Flashback
“ song eun.. dimana Jin Woo? Aku
tidak melihatnya dari tadi” tanya hyung dengan wajah datar. Aku menggeleng,
mendengar aku menjawab seperti ini sepertinya hyung marah. Hyung menutup pintu
meninggalkan aku sendirian di ruang make-up. Tiba-tiba seorang pelayan masuk
memberikan amplop coklat yang dikirim atas namaku. Aku membuka isi amplop itu
dan mengeluarkan isinya, beberapa cetakan foto Jin Woo dan seorang yeoja yang aku
kenal adalah sahabatnya. Dibalik foto itu dilampirkan secarik kertas.
“ Song Eun sshi , lebih baik kamu
batalkan pernikahan itu. Percuma saja jika menunggu Jin Woo datang, dia tidak
akan datang. Selama ini Jin Woo tidak pernah mencintaimu, dia hanya mencintaiku.
Ingat itu! sekarang aku juga sudah mengandung anaknya, jadi jangan harap kamu
akan menikah dengannya.”
Kim Rae In
Mataku membendung air mata yang
sebentar lagi akan mengalir deras. Aku lepas mahkota yang terpasang di kepalaku,
menatap wajahku di kaca dengan penuh amarah. Amarah ku luapkan dengan
menghantamkan kepalan tangan kananku ke kaca. Sekarang tanganku ini sudah
ditutupi darah, bahkan gaun pengantin juga sudah ternodai darah. Saat aku ingin
mengambil tissue basah untuk membersihkan noda di gaun, tiba-tiba pintu
terbuka, pada awalnya aku kira hyung, tapi tebakanku kali ini salah. Dia Lee
Hyukjae. “song eun..seben.. tanganmu terluka!.. apa yang terjadi?” tanyanya
sambil mengangkatku ke bangku. Aku tidak menjawab pertanyaannya ,aku langsung
memeluknya erat dan menangis di balik punggungnya. “waeyo? Uljima.. apa yang
terjadi?” tanyanya lagi. Aku melonggarkan pelukanku tadi , mengambil foto yang
kuterima dan memintanya untuk membacanya. “ Hyukjae.. bawa aku pergi dari
sini.. jebal”. “dimana kotak P3K?” tanyanya , mengabaikan permohonanku. “nan
gwaenchanna.. tidak perlu khawatir dengan tanganku” jawabku. “ gantilah gaunmu
itu”. Setelah selesai mengganti pakaian, aku melihat Hyukjae sedang duduk di
sofa. “kajja..” ucapnya datar.
Flashend
Kejadian itu membuatku takut akan
menjalin hubungan. Aku takut kejadian itu terulang lagi. Melupakan seseorang
tidaklah gampang. Rasanya ingin amnesia agar bisa melupakan semua kenangan itu
dan memulainya dari awal lagi, terlebih tidak ingin bertemu dengan Park Jin Woo
si brengsek itu. Aku mampu bertahan karena 3 sahabatku , meskipun mereka
laki-laki, tapi mereka banyak membantu , menghibur di saat aku membutuhkan
mereka. Sebut saja Lee Hyukjae , Lee Donghae & Lee SungMin. Hari ini 3
sahabatku itu mengajakku pergi ke Lotte World sekedar melepas penat karena
lelah bekerja. Setelah selesai berpakaian, aku segera menunggu di ruang tamu,
menunggu Sungmin menjemputku. Terdengar suara klakson mobil dari luar. “
ahjumma.. aku pergi dulu ya, jika eomma menelfon bilang saja aku pergi dengan 3
sahabatku” ucapku yang sudah membuka
pintu utama. “ne..arrayo” balas ahjumma. Aku segera membuka pintu mobil
Sungmin.
Setelah menjemput Donghae, kami melanjutkan
perjalanan menuju ke Lotte World. Kata Sungmin , Hyukjae tidak ikut karena eommanya
sakit. Jalan menuju Lotte World menjadi sangat ramai. Donghae baru saja
mendapat telfon dari bosnya untuk segera ke kantor. Akhirnya rencana kami
batal. Aku diantar Sungmin pulang. Sesampainya di kamar, aku menghempaskan
tubuhku ke ranjang. Belum ada 10 menit di kamar , bibi memanggilku turun karena
ada tamu yang mencariku. Penasaran siapa tamu di bawah, aku percepat langkahku
menuruni anak tangga , langkah kaki-ku berhenti di lantai dasar, melihat si
brengsek itu dengan yeoja di sampingnya yang kupastikan adalah Kim Rae In. Aku
menarik nafas panjang. “annyeong.. Lee Song Eun” sapa yeoja di samping si
brengsek tadi. “ ada apa?” tanyaku dalam posisi masih berdiri. Yeoja itu
menyodorkan undangan pernikahan mereka dengan menunjukan wajah puas melihatku marah
seperti ini. “ aku harap kamu bisa datang ke pernikahan kami..”. “arra..!”
jawabku keras. “oppa..kajja.. sepertinya dia butuh sendiri” ucapnya sambil
menarik si brengsek itu keluar.
Rasanya kepala ingin pecah. Nafsu
makan tidak ada sejak 2 hari yang lalu melihat pasangan brengsek itu
menginjakkan kaki di rumah ini. Bahkan aku tidak ingin keluar kamar. HP
non-aktif. Berulang kali bibi mengetuk pintu, tidak aku pedulikan. Andwae! Aku
tidak boleh seperti ini. Aku perlu udara segar. Aku segera mengganti pakaian
setelah mandi. Saat membuka pintu kamar, kepalaku mulai pening. Mungkin karena
2 hari tidak makan, sebentar juga sudah baik. 1 anak tangga lagi seharusnya aku
sudah sampai di lantai dasar, tapi tubuhku kehilangan tenaga sehingga semuanya
terlihat gelap.
Lee Hyuk Jae POV
Karena aku khawatir dengan keadaan
song eun sejak 2 hari tidak bisa dihubungi. Aku pergi ke rumahnya. Aku takut
terjadi sesuatu dengannya. Song Eun adalah anak mandiri yang terlalu cuek
dengan kesehatannya. Sekali sakit, butuh berbulan-bulan menunggu keadaannya fit
seperti semula. Eomma dan appanya juga sibuk dengan pekerjaannya di Paris
sehingga Song Eun jarang dikontrol. Orang tuaku berteman baik dengan orang
tuanya , begitu juga dengan orang tua Sungmin dan Donghae. Karena itulah aku disuruh
menjaga song eun dengan baik. Sehingga tidak akan ada kecurigaan yang muncul
jika aku perhatian dengan Song Eun. Donghae dan Sungmin tahu aku mencintainya.
POV end
Sesampainya di depan rumah Song
Eun. Aku melihat ahjumma sedang menyiram tanaman-tanaman di depan. Segera aku
menghampirinya dan bertanya keadaan Song Eun. Ahjumma bilang Song Eun sudah 2
hari tidak makan sejak kedatangan Jin Woo dan pacarnya. Aku meminta ijin dengan
ahjumma untuk masuk, ahjumma mengantarkan aku masuk ke dalam. Saat ahjumma
membuka pintu utama , ahjumma berteriak “ Song Eun-na?”. Melihatnya terkapar di
bawah tangga, segera aku mengendongnya ke mobil, mengantarnya ke rumah sakit. Menggendongnya
dari mobil ke ruang UGD, dokter memintaku menunggu di luar. Song Eun, ada apa
lagi dengan dirimu? Sudah berulang kali aku bilang, jika ada masalah, carilah
aku. Aku pasti akan membantumu. Menopang sisi dirimu yang rapuh karenanya. Jebal,
Song Eun.
Ternyata penyakitnya hanya penyakit
umum, hari ini Song Eun diperbolehkan pulang dengan dokter. Aku masih mendampinginya
sampai di mobilku. Belum menginjak gas untuk melaju, aku melihat wajah song eun
masih pucat dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu. “ Song Eun.. ada apa?”
tanyaku menatapnya. “ Jin Woo dan Rae In ke rumah membawa undangan pernikahan
mereka yang dilaksanakan lusa, sejak saat itu aku teringat dengan..”. “aku akan
pergi denganmu!” potongku langsung. “aku tidak bisa , hyukjae yya” jawabku
sambil memalingkan wajah ke jendela karena tidak ingin hyukjae melihat aku
menangis. “lihat aku!” perintahku ke Song Eun yang menatap ke jendela. “kenapa
kamu selalu ingin membantuku?” tanya Song Eun yang menangis. “ aku ini
sahabatmu, aku tidak ingin melihatmu menangis karena namja itu lagi, arra?”
jawabku kesal. Aku menginjak gas menuju rumah Song Eun. Di perjalanan, Song Eun
tetap melanjutkan tangisannya itu. Aku tetap tidak menghiraukannya. “ jika kamu
merasa tidak nyaman dengan perlakuanku, mulai sekarang aku tidak akan ikut
campur masalahmu lagi” ucapku memecah keheningan. “ mianhe..hyukjae..ini
salahku masih memikirkan masa lalu itu, jebal.. aku butuh seseorang untuk
membangkitkan aku dari lubang ini” jawabnya. Kini kami sudah sampai di depan
rumah Song Eun, aku membuka pintu untuknya , memapahnya ke dalam rumah.
Terlihat ahjumma yang begitu senang melihat Song Eun sudah pulang. Aku
mengantarkan Song Eun ke kamarnya. Setelah itu cepat-cepat berpamit pulang.
Hari ini pesta pernikahan Jin Woo
dan Rae In akan berlangsung nanti malam. Kiriman gaun dan sepatu dari Hyukjae
sudah kuterima. Dengan segera aku membersihkan diri, memakai gaun dan sepatu
itu, menunggu hyukjae datang. “ Song Eun na.. cantik sekali gaunmu itu” kata
ahjumma melirik gaunku ini. “ ah..gomawo “ balasku. Suara mobil hyukjae
terdengar dari sini. Aku segera keluar dan masuk ke dalam mobil. Aku menyerahkan
undangan itu ke hyukjae, hyukjae membukanya lalu segera menginjak gas. Kami
sampai di Hotel dimana pesta pernikahan itu berlangsung. Hyukjae membukakan aku
pintu dan memintaku untuk menggengam tangannya saat aku tidak kuat melilhat
pasangan itu keluar nanti. Kami menunggu kedatangan pengantin itu ke ruangan
yang besar ini. Hyukjae memegang tanganku erat. Jantungku serasa lebih cepat
dari biasanya. Apa mungkin aku jatuh cinta padanya? Ani , dia sahabatku, tidak
boleh. Iringan lagu wedding diperdengarkan ke semua orang memenuhi ruangan ini.
Jin Woo dan Rae In berjalan memasuki ruangan diiringi pula dengan tepuk tangan
para tamu. Kini , Jin Woo terlihat aneh setelah melihatku dan hyukjae datang
begitupula Rae In. Aku tidak menghiraukan pandangan mereka melainkan sedang
mencari solusi untuk menghentikan detak jantungku yang belum juga reda. Hyukjae
mengajakku untuk bersalaman dengan mereka. Aku ikuti seluruh keinganannya.
Setelah selesai aku ditariknya keluar dari ruangan. “ semua baik-baik saja
kan?” tanyanya tersenyum. “ne” jawabku.
Hyukjae tetap tidak melepaskan
pegangan tangannya sampai di depan mobil. Saat kami sudah masuk di mobil,
hyukjae bilang ingin mampir ke pinggir Sungai Han. Aku mengganguk saja karena
sekarang aku juga ingin mencari angin malam. Kami keluar dari mobil , berdiri
di depan mobil memandang Sungai Han dan menikmati angin yang lewat. Hyukjae
menyodorkan sebuah kotak panjang untukku. Dia memintaku untuk membukanya.
Sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati dengan not musik dipadu dengan
berlian warna putih dan biru muda. “ neomu yeppo yoo” ucapku terkagum-kagum.
Hyukjae bertanya apa aku tahu arti dari lambang kalung itu. Aku menggeleng. “
lambang hati dan not lagu itu artinya aku akan mencintaimu seperti iringan
musik yang selalu menemaniku” tutupnya. Aku terbelalak dengan ucapannya tadi.
Dia malah mengeluarkan kalung itu memasangkan kalung itu di leher ku. Hyukjae
menggengam 2 tanganku “ Song Eun..apa kamu mau menjadi istriku?” tanyanya yang
membuatku spontan melepaskan genggamannya itu. “ kita tidak bisa bersama , hyuk
jae” jawabku. “ wae?” tanyanya. “kita bersahabat” jawabku pendek. “ apa aku
salah mencintaimu? Tepatnya apa aku tidak boleh mencintaimu?” tanyanya. Kini
pelupuk mata hyukjae dikelilingi air mata yang akan jatuh. Aku mengambil posisi
tepat di depannya, menatapnya dan menghapus air matanya dengan kedua tanganku.
Tiba-tiba hyukjae memelukku. Awalnya aku ingin melepas pelukannya, tapi dia
menangis , jadi aku memutuskan membiarkan dirinya menangis di belakang
punggungku. “mian.. hyukjae” ucapku saat dia masih memelukku. “jika kamu belum
bisa melupakan Jin Woo sepenuhnya, aku bisa menunggu, jebal , song eun”
ucapnya.\
Seminggu kemudian...
Setelah kejadian itu , seminggu ini
aku tidak mengabari Hyukjae sekalipun. Meski aku sering memikirkannya
akhir-akhir ini, kemungkinan aku belum bisa bersama , pikirku sekarang. Hpku
berdering, Donghae menelfonku “ yya! Song eun , cepat ke bandara sekarang”
teriakknya. “wae?” tanyaku. “ Hyukjae akan berangkat ke Italy 1 jam lagi , jika
kau mencintainya , kesana!” tutupnya mengakhiri panggilan. “ andwae.. hyukjae
tidak boleh pergi.. siapa yang akan memelukku nanti jika aku membutuhkan
seseorang? Donghae dan Sungmin sudah punya yeojachingu, meskipun mereka
sahabatku. Tapi satu-satunya sahabat yang selalu menjagaku adalah Hyukjae.”
Pikirku. Segera aku mengambil kunci mobil , menancap gas menuju bandara.
Kecepatan mobil sudah hampir maksimal. Aku harus sampai di bandara secepatnya.
Sesampainya di bandara incheon, aku
mencari sosok hyuk jae dari ujung ke ujung. Bandara yang begitu besar,
bagaimana caranya aku menemukan dia? Aku meminta petugas untuk mencari nama
hyukjae di monitor. Katanya sepertinya sudah di ruang boarding. Itu artinya aku
terlambat datang. Aku mencoba menelfon ke handphonenya, ah, tersambung. Jebal ,
Hyukjae. Aku mengakui aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku sendiri disini. Aku
mulai menangis lagi. Di tengah-tengah keramaian bandara. Berharap hyukjae masih
ada disini. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku, ternyata donghae. “ dasar
cengeng.” Ejeknya sambil tertawa. “mwo ya? Geumanhe!” aku menghapus air mataku.
“ aku tahu kau juga mencintainya” kata donghae. “ jadi selama ini kau sudah
tahu kalau hyukjae mencintaiku? Berarti sungmin juga?” tanyaku. “ apa yang kami
tidak tahu? Pabbo!” menepuk kepala ku. “ ige mwoya? Aku tidak mencintainya” aku
mengelaknya lagi. “ untuk apa kesini kalau tidak dengan alasan itu? aku
membohongimu ! yang mau ke Italy adalah Sungmin! Bukan Hyukjae”. Jelasnya. “
dimana hyukjae?” tanyaku. “ di belakangmu” jawab sungmin dengan wajah songong.
Aku memutar balik badanku , terlihat hyukjae memandangiku. Aku langsung
memeluknya erat, begitu juga dengan hyuk jae. “haishh.. kalian ini mau pacaran
jangan disini.. Sungmin sudah mau berangkat, bukannya ucapkan selamat jalan”
ucap hae panjang lebar. Akhirnya kami tertawa. Mengantar sungmin ke depan pintu
keberangkatan.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar