Jumat, 25 Mei 2012

Please look at me, I still exist


Author : admin petals
Title     : Please look me, I still exist
Genre  : romance, little bit comedy, oneshoot
Cast    : Lee Donghae, Cho Kyuhyun,  Han Hyejin
Han Hye Jin’s pov
Aku bergeliat diatas kasur. Mencoba membuka mataku yang masih berat. Hangat dan sinar mentari mulai mengintip dari luar jendela menembus gorden kamarku. Sedikit heran, matahari bisa menembus gorden ku yang tebal ? aku tidak yakin..
“bangunlah, sudah pagii” suara itu mengganggu telingaku. Aku mencoba membuka mataku, dan ia baru saja mengecup lembut pipiku.
“aku sudah bangun. Sudah kukatakan jangan membuka gorden di pagi2 seperti ini.” jawabku ketus segera berjalan meninggalkannya ke kamar mandi dan mulai membasuh wajahku.
Aku baru ingat. Ya, beberapa hari yang lalu aku baru saja menikah dan ialah suami pilihan eomma-ku. Aku menatap wajahku sendiri lekat di depan cermin dan kemudian tersenyum sinis menatap pada wajahku di cermin karena aku sedang memikirkannya. Aku saja sangat bingung mengapa aku bisa menikahinya. Jelas2 aku tidak mengenalnya sama sekali. baru satu minggu aku kenal dangannya, pernikahan sudah digelar. Apakah menurut kalian itu wajar ? aku tidak mengenalnya, bagaimana aku bisa menikahinya ? terdengar cukup aneh, namun inilah hidupku. Diselimuti oleh keanehan dan kecangungan.
Aku turun dan menuju ruang makan. Perutku sangat lapar.
“sarapanlah. Aku sudah memasak makanan kesukaanmu, tempe orek, semur jengkol dan pete bakar.” Katanya lembut sambil menatap mataku langsung dan lekat. Aku benci tatapannya seperti itu padaku.
“aku tidak lapar” kataku ketus. Tanganku yang sedari tadi sudah memegang perut, ku pindahkan begitu saja, berbalik dan menuju kembali kekamar. Masuk kekamar dan menyibakkan selimutku dan kembali terlelap.
“hyejin-ah! Tunggu” panggilnya. Aku tidak menggubrisnya. Aku tidak peduli dengannya. Akhirnya ia masuk ke kamar ku. Oh, mungkin salah. Mungkin aku harus mengatakan ‘kamar kami’ , tapi sayangnya aku tidak suka mengatakan itu.
“apa kau tidak takut sakit maag ? makanlah” katanya.
Aku bergeming dalam selimut yang menutup hampir seluruh tubuhku. Ia pria yang baik, apakah pantas menikah denganku? Mengapa ia bisa begitu baik padaku ? konyol sekali.. mana mungkin ia bisa mencintaiku hanya dalam kurun waktu satu minggu. Kita lihat saja nanti, sampai kapan ia akan bertahan berlama lama menjadi suamiku. Palingan saja satu bulan lagi aku akan menerima surat perceraian darinya dan aku bisa bebas. Bebas mengejar cinta lamaku yang kulepas begitu saja karena kekeliruanku.
Akhirnya seharian aku hanya tertidur dikasur mengingat hari ini adalah hari minggu. Bagi para pengantin baru, seminggu setelah menikah adalah waktu paling tepat untuk membereskan perabotan rumah yang masih sedikit berantakan. Namun berbeda dengan pernikahan ku ini. siapa yang peduli dengannya ? entah mengapa melihatnya saja aku sudah muak. Muak dengannya dan muak dengan kehidupanku.
Malam hari..
Aku mendengar suara ketukan pintu. Apakah itu bunyi pintu kamarku ? aku menurunkan selimutku sedikit dan melihat siapa itu. Hah... dia lagi dia lagi...
“sudah seminggu aku tidur di sofa, rencananya aku akan tidur di kamar sebelah hari ini. namun kamar sebelah masih berantakan dan sedikit kotor. Aku ingin tidur disini.” Katanya
“HAA ?” tanyaku spontan dan segera menutup mulutku.
“kenapa ? kita suami istri kan ?” tanyanya membuatku malu.
“tapi kan kitaaa....” jawabku terbata melihatnya sudah mengambil posisi disampingku. Aku sedikit menjauhi tubuhku.
“sudah suami istri, belum yadongan, tidur disebelahnya saja tidak boleh” katanya pelan membuatku tak begitu mendengar jelas.
“apa kau bilang ?” tanyaku keras
“ah tidak, tadi ada kucing masuk pake daster trus bulunya di kepang”
“dasar cowo setress -_-” kataku
“apa kau bilang barusan ?!” tanya nya ngotot
“ani.. tadi ada monyet yadongan trus beranak ikan -_-” kataku segera menyibakkan selimut menutup tubuhku dan menghadap membelakanginya.
Dan akhirnya disinilah kami. Berada didalam atmosfir kecanggungan disebuah kamar pengantin. Aku menatap kosong dan lurus ketembok aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Dan aku tidak akan peduli dengannya. Rasa canggung dan gugup itu tidak bisa ditutupi lagi. Jantungku berdebar cepat membuatku susah payanh menelan air liurku sendiri.
“kau gugup ?” tanya nya memecah keheningan.
“ah tidak” jawabku singkat berusaha menyembunyikan suara gugupku. Aku mendengar ia tertawa halus.
Aku merasakan hawa yang sangat tidak enak darinya. apa yang sedang ia lakukan ?
“apakah kau masih belum bisa mencintaiku ?” pertanyaannya terdengar begitu serius. Perlahan aku berbalik dan menatapnya yang telah lebih dulu menatapku.
“jangan bercanda. Kita baru saja saling mengenal” kataku tanpa menatap matanya yang bulat. Kurasa ia menatapku tajam dan intens. Tatapannya, sudah kukatakan aku membenci tatapan tajamnya itu. Seolah memojokkanku dan selalu memaksaku untuk menerimanya. Ketika aku menatap matanya, hatiku seakan luluh begitu saja, namun aku tidak mau dan tidak akan membiarkan hatiku luluh hanya keran tatapannya. Aku masih mengharapkan itu. Sebuah harapan kosong yang tak pernah bisa kugapai namun aku tetap menungggu kesempatan itu datang.
“bagaimana kalau aku katakan aku mencintaimu?”
Aku hanya menyeringai lebar dan ia tahu itu. Aku tidak menjawabnya dan kurasa ia tak begitu bodoh untuk mengetahui maksudku. Ia kan pemenang olimpiade matematika, mana mungkin ia sebodoh itu dan tak bisa menebak pikiranku.
“belajarlah untuk mencintaiku, kumohon” katanya sambil memelukku dan aku berada didalam dekapan eratnya. Tubuhnya yang hangat membuatku benar2 nyaman. Apa yang aku lakukan ? melanggar janjiku pada diriku sendiri ? aku segera menepis pelukannya dan kembali mengahadap membelakanginya.
“mian, aku belum siap. Terlalu cepat, oppa” kataku sambil memejamkan mataku ketika memanggilnya ‘oppa’. Aku tidak pernah bisa membenci nya secara berlebihan, aku akan selalu luluh pada semua orang yang bersikap baik padaku. Namun aku juga harus kokoh pada pendirianku. Yang kumau bukanlah, dia! Bukan Cho Kyuhyun. Yang kumau adalah Lee Donghae. Airmataku kembali mengalir dan hilang diantara sela2 rambutku.
Aku berusaha untuk tidur dan menganggap semuanya baik2 saja dan semua akan kembali ketika pagi hari tiba. Namun tanpa kusadari, ditengah malam seperti ini, tiba2 aku terbangun dan terjaga dari tidurku. Aku sempat terkejut melihat posisiku sekarang. Ia memelukku erat dan kepalaku kusandarkan rileks di dada bidangnya. Baiklah, suasana hatiku seperti ini membuatku melanggar janjiku sendiri. Aku terbuai oleh dekapannya. Jujur, ini sangat nyaman. Bahkan aku merindukan saat dimana orang2 perhatian dan memelukku erat berusaha menenangkanku. Dan inilah yang kurasakan pada pria ini. seorang pria yang selalu kucoba untuk menghindarinya karena takut hatiku berpaling padanya. Seorang pria yang hanya menatapnya saja membuatku tak kuat berdiri dan menopang tubuhku sendiri. Maaf donghae-ssi, biarkan aku merasakan kehangatan ini untuk malam ini saja. Aku menginginkan kehangatan seperti ini sudah lama sejak kau pergi meninggalkanku dan memilih untuk melanjutkan hidupmu menjadi seorang penyanyi disana.
Jujur saja, membiarkanmu menjadi penyanyi adalah kesalahan terbesarku. Aku tidak pernah mengira semuanya akan seperti ini. aku menyesali keputusanku karena membiarkanmu meraih cita2mu menjadi penyanyi dan akhirnya meninggalkanku sendiri disini.
-FLASHBACK-
“donghae-ssi, apakah kau benar2 akan meraih mimpimu dengan cara mengikuti audisin menyanyi besok ?” tanyaku.
“ne.” Jawabnya yakin
“baiklah. Hwaiting donghae-ah! Kau pasti bisa meraih mimpimu. Ketika kau sukses nanti, aku yang akan menjadi orang pertama yang duduk dibangku VIP untuk menyaksikan konsermu.”
“ne hyejin! Gomawo. Doakan aku terus. Semoga aku bisa membanggakan eomma, appa, dan kau” katanya.
**
“Han Hyejin !!!!” seseorang teriak dari ujung sana. Kupikir siapa dia ? meneriakiku sembarangan. Malah suasana hatiku sedang tidak enak begini. Aku menyipitkan mataku melihat siapa yang datang.
“kau tahu ? aku diterima !! dan besok aku akan segera berangkat ke seoul untuk trainee!” katanya bahagia.
“apaa ? seoul ? besok?” tanyaku
Ia mengangguk mantap.
Apa kau tahu Lee Donghae, mendengar kau akan ke seoul membuat hatiku benar2 nyeri. Kau akan ke seoul dan berarti kau akan meninggalkanku ? sendiri disini ? dikota Mokpo yang penuh dengan sejuta kenangan kita ? aku bahkan tak sanggup lagi untuk berdiri dan menahan sesuatu yang bergelinang di pelupuk mataku. Aku mencoba mengulas sebuah senyum bahagia untuknya. Berusaha meyakinkannya bahwa aku mendukungnya sepenuh hati.
“aku masuk dulu ya. Aku tidak begitu sehat hari ini” kataku sembari melambaikan tangan padanya. Ia mengangguk dan ikut masuk kerumah yang berada tepat disebelah rumahku.
Perasaan ini .. entah mengapa begitu sakit. Benar2 sakit. Kumohon, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Apa yang sudah kau lakukan Lee Donghae ?
Aku sedang terduduk dibawah pohon setelah lelah bersepeda seharian di sekitar komplek rumah. Tempat ini, tempat yang selalu kudatangi bersamanya setelah lari pagi bersama disetiap hari minggu. Aku duduk rileks sambil mengusap keringatku dan meneguk satu botol air minum. Tiba2 ..
BUUUKK!!!!
Sesuatu seperti menghantam keras ubun ubun ku. Aku refleks menoleh keatas dan aku hanya bisa terperangah.
“sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu ?” tanya pria itu yang sedang berusaha turun dari pohon.
“donghae-ssi ?” batinku. Ia mengacak-acak rambutku seperti satu tahun yang lalu.
“sudah, tidak perlu kaget begitu. Apakah aku se-seram itu bagimu ?” katanya sambil cekikikan. Akhirnya kami duduk berdua dibawah pohon.
“untuk apa kau kemari ? bukankah kau sedang sibuk ?” tanyaku dengan intonasi pengucapan yang tajam. Entah mengapa aku menjadi kesal terhadapnya. Ia tertawa dan akhirnya mengacak rambutku lagi.
“tidak. aku hanya ingin menjengukmu. Kau belum berubah ya. Masih sama saja” kata donghae. Beberapa waktu selanjutnya, ia mengeluarkan sebuah benda putih diikat pita yang begitu indah.
“aku selalu ingin kemari dan memberimu ini, namun sekarang baru sempat. Aku akan segera menikah. Datanglah. Kehadiranmu akan menjadi yang terpenting bagiku.”  Ucapnya bahagia.
Aku hanya mentap benda itu datar dan kosong. Mengambil benda itu perlahan dan menatapnya lagi dengan ‘kosong’.
“ne” jawabku pelan dan tegas namun terdengar suaraku bergetar.
“apa kau baik2 saja ?”
“tidak. aku hanya sedikit lelah. Aku harus segera pulang, aku ada janji dengan eomma” kataku setelah mengulas senyum dan segera mengayuh sepedaku menjauhi dan meninggalkannya.  Selama diperjalanan, airmataku keluar bercucuran membuat pandanganku buram. Cairan bening itu mengalir begitu banyak dan tak henti2nya mengalir. Apa yang harus kulakukan ? melepaskannya ?  setelah 20 tahun mengenalnya dan ialah cinta pertamaku, aku harus merelakannya begitu saja ?
**
Dan hari itu pun telah datang, seorang wanita cantik dengan pakaian serba putih dihiasi pita merah dirambutnya membuatnya tampak begitu cantik. Bersanding didepan altar bersama Lee Donghae. Sungguh, mianhe donghae-ssi. Jeongmal mianhe, aku tak kuat melihat semua ini.
Kakiku membawaku keluar dari ruangan kebahagiaan bagi kedua mempelai itu. Aku tak bisa menahan hatiku dengan emosi sakit yang memuncak dan akhirnya semuanya tercermin dan tumpah kedalam bentuk airmata. Aku harap donghae tidak melihatku seperti ini dan acara dapat dilanjutkan dengan baik dan Lee Donghae, bisa menjalankan hidupnya yang baru tanpaku.
Dan beberapa bulan setelah itu, eomma menjodohkanku dengan seorang pria, anak dari teman dekat eomma yang bernama Cho Kyuhyun. Aku tidak tahu apakah ia mampu mengembalikan rasa cinta agar tumbuh kembali dalam diriku sejak kulihat cinta pertamaku yang begitu kelam. Kuharap ia bisa mengembalikan perasaanku yang sesungguhnya. Perasaanku yang ceria dan kadang terlihat konyol namun berubah begitu saja hanya karena seseorang. Terdengar cukup aneh memang, aku mengharapkannya ia bisa membahagiakanku, namun kusendiri masih inign tetap tinggal dalam kesedihanku yang berlarut dan tetap masih ingin menunggu donghae. Konyol bukan ? aku meminta orang lain membahagiakanku sementara aku masih betah tinggal didalam kesedihanku.
FLASHBACK END
Dan benar kata pepatah, ibu tidak pernah salah. Aku sudah menyadari ialah satu2 nya orang yang bisa membuatku kembali seperti semula. Kembali menjadi Han Hyejin yang penuh dengan keceriaan. Aku memang belum sepenuhnya bisa menerimanya hadir begitu saja dalam hidupku bahkan langsung masuk kedalam hidupku dengan status ‘suamiku’, namun setidaknya aku mulai bisa membuka mata dan hatiku untuknya dan mencoba mengubur dalam2 kenangan kelam itu. Walaupun pada awalnya aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan tetap menunggu Lee Donghae sampai kapanpun, aku menarik kata2 ku sendiri. Semua kebaikan dan kesabarannya selama ini, telah lulus ujian.
Pada awal pernikahan ku dengannya, aku sudah yakin ia akan menceraikanku dalam waktu dekat itu, namun kurasa tidak. kalian tahu, waktu berjalan begitu cepat. Percaya atau tidak, ini sudah tahun kedua aku menikah dengannya. Dan besok tepat anniversary tahun kedua pernikahanku dengan pria malang itu. Pria malang yang selalu kuperlakukan jahat, selalu mengacuhkannya dan tak pernah peduli padanya sebagai seorang istri.
**
Setelah seharian lelah bekerja dikantor, akhirnya aku dan kyu pun pulang kerumah. Ia sampai dirumah terlebih dahulu karena aku masih ada urusan.
“cepatlah mandi, kita makan bersama malam ini. untuk malam ini saja, kumohon” katanya. Aku bergeming dan terus berjalan menuju kamar tanpa menghiraukannya.
Setelah selesai mandi, aku turun keruang makan.
“apa yang kau lakukan disana ?” tanyaku ketus padanya.
“menunggumu. Ayo kita makan bersama” jawabnya lembut. Aku hanya tersnyum smirk dan berbalik kemudian kembali keatas.
“Han Hyejin!” panggilnya
“TOLONG JANGAN SEPERTI ITU. BELAJARLAH MENCINTAIKUKU! KUMOHON! BERHENTI MENGACUHKANKU HAN HYEJIN” katanya tiba2dengan keras dan nada yang tinggi. Aku yang tersentak kaget dan tidak2 emosiku memuncak dan tak bisa kutahan juga.
“APA YANG KAU KATAKAN ?! JANGAN MENERIAKI KU SEPERTI ITU !” jawabku tak kalah keras. Mendengar ucapannya yang sangat tinggi itu membuat aku ingin menangis. Ini kali pertamanya ia membentakku seperti ini. pada awalnya memang rencanaku untuk mengacuhkannya dihari ini dan akan mengubah sikapku hari ini juga. Namun tak kusangka ia bisa sebegitu meledsaknya. Hanya hari ini. mengapa semua menjadi kacau lagi ? aku yang tak bisa menahan emosi kembali berteriak padanya. Aku kemudian menangis dalam keadaan menunduk.
Cho Kyuhun’s pov
“eh ? hyejin-ah .. mianhe”
Apa yang sudah aku lakukan ? apa yang terjadi denganku hari ini ! mengapa aku membentaknya? Apa yang sudah kulakukan. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu padanya.
“hyejin-ah, mianhe. Itu tadi diluar kendaliku. Sst... sudah jangan menangis. Maaf, aku tidak sengaja” kataku sambil berusaha menenangkannya agar ia tidak menangis. Ya ampun, mengapa aku sekonyol itu. Dihari yang spesial ini, aku ingin memberikannya sesuatu yang berbeda namun mengapa emosiku tiba2 tidak stabil seperti ini ? mungkin aku terlalu kesal dengannya karena sudah dua tahun aku tidak dianggap. Pabbo ! pabbo! Namja pabbo !
Aku berusaha memeluknya.
“sstt.. hyejin-ah. Mianhe, aku tidak bermaksud.” Kataku lagi. Kuharap ia mengertinya. Ia tidak menolak aku peluk, namun herannya tangisnya semakin menjadi.
“ssttt... sudah.. jangan menangis.. apa kau tidak ingat hari ini hari apa ?” tanya ku sambil mengusap rambut lembutnya. Tiba2 ia melepas pelukanku, mengusap airmatanya.
“hmm ?” tanyaku heran. Gadis aneh!
“mianhe selama ini aku tidak bisa melihatmu. Maaf selama ini aku hanya menatap didalam masa laluku dan tidak pernah menganggapmu ada. Terima kasih untuk segalanya, Kyuhyun oppa. Kau terlalu baik padaku” katanya sambil tersenyum kecil dan menatapku dengan mata berlinang airmata
“aku janji aku akan mengubah sikapku dan lebih menghargaimu. Beri aku waktu beberapa minggu berlatih bersikap baik padamu sekaligus bersikap layaknya seorang istri untuk memulai hidup baru bersamamu.” Sambungnya lagi
“aku sudah menunggumu selama dua tahun, menunggumu beberapa minggu bukanlah masalah bagiku. Sejak awal sudah kukatakan bukan, aku mencintaimu dan perasaan itu datang begitu saja tanpa kuketahui. Ketika kau bertanya mengapa aku mencintaimu, jawabannya adalah tidak tahu. Because love has no reason to explain” jawabku dengan jelas. Kini ia yang memelukku erat.
“Yeongwonhi Saranghae Han Hyejin” kataku mengusap rambutnya lembut.
“gomawo oppa. Saranghae”

THE END

Senin, 14 Mei 2012

Mianhe, Heechul Oppa


Author : Admin petals
Title     : Mianhe, Heechul oppa
Genre  : sad ending, one shoot
Cast     : Kim Heechul, Choi Jin Ri (sulli-fx), another cast
“hyung.. jangan lupakan dia. Tapi kenanglah dia. Percayalah padaku, sekeras apapun itu, kenanglah dia karena memang itu seharusnya. Jika kau berusaha melupakannya, itu akan membuatmu semakin ingat , tak bisa melepaskannya dan hanya akan menyakiti dirimu saja” kata yesung mencoba untuk menasihati hyung-nya yang sedang patah hati.
Heechul hanya bisa duduk termenung. Di dalam dorm tidak ada siapa2. Heechul memang pandai menyembunyikan perasaannya kepada member lain. Ketika member lain pergi dan hanya tinggal yesung yang sedang bermain dengan kura2 nya, heechul tak lagi bisa menyembunyikan perasaannya. Yesung yang diam2 sedari tadi memperhatikan heechul akhirnya menghampirinya, menanyakan dengan jelas apa yang terjadi hingga heechul menceritakan segalanya.
Tiba2 suara ponsel heechul berdering..
“heechul-ssi ? kau heechul kan ?” seseorang berbicara dengan panik disana.
“ne. Neon heechul. Mworago ?”
“kau cepat lah kemari wanita yang memiliki ponsel ini kecelakaan parah dan sekarang koma. Kau harus segera kemari” katanya.
“MWOOO ??? sekarang ia dimana ?” tanya heechul panik
“sekarang ia sedang di busan, tepatnya rumah sakit setelah beberapa kilometer memasuki kota busan. Kau cepatlah kemari” katanya
“ne!” jawab heechul
Heechul segera meraih jaketnya dan kunci mobilnya. “hyung.. kau mau kemana ?”
“kau tetaplah di dorm. Aku harus ke busan sekarang. Akan kukabari nanti” katanya segera pergi meninggalkan yesung yang terdiam seribu kata karena tercengang.
Kim Heechul’s pov
Aku khawatir dan cemas dengannya. Demi apapun itu Tuhan, tolong lindungi dia. Walaupun ia sudah mencampakkan ku seperti ini, aku tetap tidak akan rela ia pergi begitu saja. Walaupun aku harus merasakan sakit yang lebih dalam lagi, asalkan kau memastikannya baik2 saja, tidak ada masalah bagiku untuk kau melakukan apapun padaku. Ia telah mencampakkanku, dan aku ingin ia bahagia setelah ini. jangan membuatnya menerima cobaan yang berat lagi. Kumohon...
Aku dengan kecepatan penuh, aku segera menancap gas mobilku untuk pergi ke busan untuk melihat keadaannya. Memang terdengar konyol, apabila aku mengebut dan aku juga mengalami kecelakaan, bukankah sama saja seperti film romeo dan juliet yang dua burung merpati merajut cinta malah mati bersama dan tidak ada satupun diantara mereka yang hidup, namun aku tidak memikirkan itu lagi. Semua yang ku mau hanyalah melihatnya. Secepatnya!
Dan akhirnya setelah berjam-jam menuju perjalanan dari seoul ke busan, aku sampai. Tepat dirumah sakit yang disebutkan. Aku segera menuju resepsionis dan menanyakan pasien yang kucari sedang dirawat diruang berapa. Aku segera berlari menuju lift dan menekan sebuah tombol.
“apa kau keluarganya ?” tanya seorang pria bersama seorang dokter. Dengan cepat aku menjawab,
“ne!”
“ia kritis dan sekarang koma. Ia membutuhkan banyak darah. Mian, ia menjadi kritis seperti ini karena aku baru bisa menolongnya 30 menit setelah kecelakaan”
“ambil saja darahku. Darahku cocok dengan darahnya” kataku. Dokter dengan cepat membawaku ke ruang donor darah dan aku terasa lemas. Tubuhku langsung terasa terkulai lemas dan pucat.
“kau harus banyak istirahat. Darahmu banyak diambil” kata dokter, aku hanya bisa mengangguk kecil.
Setelah seharian aku terbaring diranjang rumah sakit, akhirnya aku beranjak dari tidurku dan berjalan menuju sebuah ruangan. Aku belum berani masuk. Kuintip samar2 lewat kaca pintu seorang gadis yang sangat berarti dan telah mengubah seluruh hidupku terbaring lemah dan tak sadarkan diri. Hatiku terasa ngilu dan pilu. Seperti dirobek oleh sesuatu yang begitu tajam. Sangat sakit...
“jin ri.. jebal.. bangunlah.” Batinku.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk. Kulihat perban diseluruh kepalanya dan lengan mungilnya. Alat pendeteksi jantung yang bergerak sangat pasif membuatku makin sakit. Kapan kau sadar choi jin ri ? kau sudah menyakitku, mengapa kau lakukan lagi dengan keadaanmu yang perlahan membunuhku seperti ini ? aku meneteskan airmata.
Aku berjalan pelan keluar kamarnya dan menghampiri ruangan dokter yang menanganinya,
“dok, aku bersedia melakukan apapun deminya. Kumohon selamatkan dia”
“mian heechul-ssi, aku dan seluruh dokter disini hanya bisa melakukan yang terbaik untuknya. Sisanya serahkan saja kepada Tuhan.” Jawab pria setengah baya itu dengan pasrah. Karena tak ada lagi yang dibicarakan, akhirnya aku keluar dari ruangannya.
Aku kembali keruangan itu, ruangan dengan bau yang khas
“aku akan menunggumu jinri-ah.. sampai kapanpun” aku pun hanya terduduk lemas dikursi tepi ranjang. Menatap wajah putih pucatnya. Sesekali mencium punggung tangannya.
**
“jin ri-ah.. ayoo bangun. Sudah berapa hari kau tidur. Dasar babo. Mengapa kau berani melakukan ini padaku. Awas saja kalau kau bangun nanti, akan ku pukul keningmu yah” kataku sambil menarik gorden jendela agar sinar dan hangat mentari masuk dan membangunkannya.
Beberapa hari kemudian..
“heechul-ssi.. keadaan jin ri tampak membaik. Akan tetapi...”
Seorang dokter yang sudah kukenal tiba2 menghampiriku yang sedang duduk membaca buku menemani yeoja yang tertidur pulas disampingku dan ia mengatakan kalimat barusan. Membuatku sangat penasaran dengan kelanjutan kalimatnya.
“ia akan mengalami amnesia dan ia membutuhkan darah lebih” sambungnya.
Mataku membulat sempurna seolah tak percaya. Sudah kukatakan sejak beberapa waktu lalu, aku akan melakukan apapun deminya.
“lakukan yang terbaik dan ambil darah saya” ucapku tegas.
“mian heechul-ssi. Saya tidak bisa. Darahmu sudah banyak diambil, kalau darahmu didonorkan padanya lagi kemungkinan besar kau yang akan menggantikannya terbaring lemah disini”
Emosiku tiba2 tidak stabil dan meluap. Kucenkram keras kerah baju bagian depannya.
“kukatakan ambil darahku” kataku tegas. Ia kemudian hanya pasrah dan mengangguk. Aku mengikutinya keruang donor darah lagi.
Beberapa menit kemudian...
“heechul-ssi, kau harus tetap disini dan makan obat ini jika kau ingin tubuhmu baik2 saja.” Kata dokter sambil menyodorkan sebuah botol mungil dengan tablet merah didalamnya dan kuyakin itu adalah obat penambah darah.
“gomawo”
Kepalaku terasa pening berat. Aku memegang kepalaku kuat dan penglihatanku buram. Tubuhku lemah dan aku tak sadarkan diri lagi.
**
Terakhir ku ingat aku hanya terbaring lemah disebuah ranjang yang tak begitu empuk. Lantas, dimana aku ini ? perlahan ku coba membuka kelopak mataku yang masih terasa sangat berat dan owhhh.. kepalaku .. seperti ditindih berpuluh puluh kilogram besi. Benar2 pusing dan sangat berat. Mataku yang tak sepenuhnya terbuka menangkap samar2 sesosok manusia. Aku menyipitkan mataku agar bisa melihatnya jelas. Hmm.. aku melihat seorang wanita yang sedang duduk dikursi roda.
“hmm ...” gumamku
“kau sudar sadar ?” suara lembutnya, aku mengenal suara ini. terngiang jelas terakhir aku mendegar suara ini beberapa minggu yang lalu dan sekarang aku kembali mendengarnya.
“gomawo kau sudah berbaik hati mendonorkan darahmu untukku. Hmm.. apakah kita saling mengenal sebelumnya ?” tanya yeoja itu dengan senyum manisnya. Ahh... hatiku.. perasaanku.. lagi2 sakit yang kurasakan. Namun aku tidak mungkin memperlihatkan itu padanya, kalian pikir sekonyol apa aku ini. aku berusaha mengulas sebuah senyum sumringah di bibirku.
“ne, cheonma. Kita belum pernah bertemu” ucapku dengan begitu lancarnya. Akui saja, aku memang pandai menyembunyikan kebohongan. Dan mungkin aku patut bangga akan hal itu.
Choi Jin ri’s pov
Kami sempat terdiam tenggelam ditengah kecanggungan dan kekakuan atmosfir ruangan ini. kami sibuk dengan pikiran masing2 dan tidak ada satupun dari kami yang ingin membuka pembicaraan kami. Tentu saja, aku tidak mengenalnya, lantas apa yang ingin aku tanyakan. Tiba2 saja kepalaku terasa ngilu dan semakin aku melihatnya, otakku serasa bekerja lima kali lebih keras,
“kembalilah ke kamarmu dan istirahatlah yang cukup” katanya spontan dan langsung turun dari ranjangnya untuk membawaku kembali kekamarku. Perasaanku seakan ada yang ganjil. Aku seperti mengenal orang ini, namun baru beberapa menit aku hanya sedikit mencoba mengingatnya saja membuat kepalaku seakan ingin koyak.
“tidak perlu diingat. Jangan memaksakan dirimu” ucapnya yang membuatku bertanya-tanya apa maksudnya. Ia pergi meninggalkanku yang masih kesakitan memegangi kepalaku dan membuatku penasaran.
Kim Heechul’s pov
Aku.. benar2... terasa lemas... apa yang terjadi pada tubuhku ? akhirnya aku pulang ke hotel yang sudah beberapa malam kutinggal. Aku terkejut ketika aku melihat yesung dan siwon sudah berada di lobby.
“hyung.. neon gwenchana ? bagaimana dengannya ?” tanya siwon langsung
“siwon-ah.. jangan berkata seperti itu dulu, heechul hyung sedang memerlukan istirahat banyak. Ayo kita bawa dia kekamarnya” ketus yesung segera.
Setelah sampai dikamarku, aku mengaduk saku celanaku untuk mencari ponselku, dan akhirnya aku menemukannya. Aku mencoba menghubungi salah satu manajerku untuk mengatakan keadaanku sekarang. Siwon dan yesung yang sedang berbicara berdua dipojok ujung kamar dekat sana tidak memperhatikan apa yang kulakukan. Tak kusangka, tubuhku bisa selemah ini. bahkan memegang ponselku pun aku tak kuat.
BRUUKK!
Tubuhku terhempas ke lantai karena ponselku yang juga barusan terjatuh. Suara keras tadi berhasil membuat yesung dan siwon segera menghampiriku. Aku sadar akan sesuatu.
“yesung-ssi, siwon-ssi, jangan pernah memaksa jin ri untuk mengingatku lagi. Tidak apa2, biarkan dia melanjutkan hidup barunya. Serahkan ini kepadanya. Berjanjilah padaku” kataku dan langsung pingsan karena tak kuat menahan sakit. Tanganku tergeletak lemas dilantai setelah memberikan secarik kertas putih polos itu.
--
“hyuunnggg.... kau kenapa ?” siwon panik dan segera membawa heechul kembali kerumah sakit.
Yesung menyimpan kertas polos itu pada sakunya dan ikut mengantar siwon ke rumah sakit. Heechul segera dibawa ke UGD.
“dok, bagaimana dengan heechul hyung ? ada apa dengannya”
Yesung segera bertanya secara bertubi tubi setelah satu jam dokter masih asik berkutat didalam ruang emergency. Dokter hanya menggeleng. Apa itu maksudnya ? menggeleng ? dengan pasrah ?
“dok, tolong jangan bercanda!” bentak siwon mulai tak bisa mengontrol emosinya dan matanya mulai panas
“daya tahan tubuhnya begitu lemah. Ia mendonorkan beberapa liter darah beberapa waktu lalu dan ia tidak meminum habis pil obat yang kuberikan untuk memperkuat dirinya sekaligus menambah eritrosit nya. Akibatnya dengan cepat sel darah putih menguasai tubuhnya dan ia sudah divonis terjangkit kanker darah atau leukimia” jelas dokter panjang lebar.
“lalu apakah ia masih bisa bertahan ?”
“kemungkinan kecil. Daya tahan tubuhnya tidak kuat. Ia bisa bertahan hingga besok saja sudah keajaiban. Dan kurasa mungkin alat2 medis kami juga tidak bisa membantunya banyak. Berdoalah.” Tutup dokter segera pergi. Yesung dan siwon hanya bisa terdiam. Tak tahu harus melakukan dan berkata apa selain melangkah masuk melihat hyung mereka yang sudah tak berdaya dan beberapa waktu lagi akan meninggalkan super junior dan dunia.
“hyung.. bangunlah. Kuyakin kau pasti kuat.” Suara berat yesung bercampur dengan isak tangisnya memenuhi seluruh ruangan ICU. Tiba2 seseorang masuk. Siwon sontak menoleh dan tenryata wanita kursi roda itu. Ia terperangah dan tidak mengedipkan matanya sama sekali.
“aku sudah tahu semuanya dari dokter. Jeosong hamnida heechul-ssi. Maaf aku tidak bisa mengingat mu dan aku hanya bisa berterima kasih atas segalanya yang telah kau berikan” katanya lembut sambil mengeluarkan airmata. Seluruh perasaannya kini diselimuti perasaan bersalah. Mengapa ia harus hilang ingatan dan tak bisa mengingat sama sekali mengenai pria baik itu ? pria yang datang bagaikan malaikat yang mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan hidupnya. Isak tangisnya semakin meledak.
“ini.. jangan kau buka kalau ingatanmu belum pulih. Itu pesannya, kalau kau melanggarnya, berarti kau tidak pernah menghargainya dan ia akan menyesal telah menolongmu” kata yesung sambil menyodorkan kertas yang dititipkan heechul tadi.
“ne. Naneun yakseok handa” jawabnya sambil mengusap wajahnya yang basah dan perlahan mendorong kursi rodanya keluar ruangan itu.
Yesung dan siwon masih betah tinggal didalam ruangan itu. Memerhatikan setiap inci wajah heechul yang sangat putih pucat. Siwon memegang telapak tangannya dan ia refleks melepaskannya lagi.
“hyung, tangannya sangat dingin” kata siwon dan langsung meraba leher serta denyut jantung yang juga berada dibelakang leher dan..
TTTTTIIIITTTT!!!!
Suara mesin itu berbunyi nyaring secara datar dan pasif. Yang tandanya...
“hyunggg!!!! Jangan pergii !!” teriak yesung mulai menangis dan tangannya sibuk mengguncang tubuh heechul memaksanya untuk bangun. Sedangkan siwon sibuk keluar ruangan dan berteriak meminta tolong kepada dokter dan suster. Dan setelah dokter sampai, dokter hanya bisa terdiam pasrah, mencabut semua alat medis termasuk alat nafas dan jarum infus serta menaikkan selimut menutup seluruh tubuh heechul.
“selamat jalan heechul-ssi.. kau orang yang paling mulia yang pernah aku temui” kata dokter memberikan hormat dengan membungkukkan badannya 90 derajat pada heechul.
Kim Heechul’s pov
Ya, dan disinilah. Aku disebuah alam dimana penuh dengan ketenangan dan jauh dari manusia dimuka bumi. Aku sudah pergi. Pergi untuk tidur yang panjang dan lelap serta tak akan kembali lagi. Gomawo untuk semua yang telah datang ke hidupku. Eomma, appa, eonnie.. termasuk super junior. Kalian tahu, pernah melewati kebahagiaan dan kepahitan bersama super junior adalah suatu kehormatan yang tak  pernah bisa diungkapkan olehku. Mereka, saudaraku yang sempat singgah dikehidupanku walaupun tak lama. Hanya sekitar kurang lebih 8 tahun. akan tetapi mereka mengajariku dan membuatku belajar banyak bagaimana menghargai dan menyayangi sesama. Terutama untuk wanita itu. Choi Jin Ri, seorang wanita yang datang, menetap, dan pergi dari hidupku begitu saja tanpa kuinginkan. Kehadirannya membuatku mengerti arti pengorbanan yang sesungguhnya. Dimana pengorbanan bukan hanya berupa materi , namun juga fisik dan batin. Aku tidak kesal bahkan sampai membencinya karena detik2 dimana aku akan pergi, ia bahkan tidak mengingatku sama sekali. aku bahkan merasa bahagia, seorang kim heechul yang dulunya tidak peduli dan suka berkelakuan kasar kepada siapapun, kini bisa mengorbankan hidupnya untuk seseorang yang sangat berarti baginya. Merelakannya demi kebahagiaannya sudah cukup bukan ? apalagi tadi, beberapa menit yang lalu, aku mendengar ia mengatakan sesuatu padaku.
“Jeosong hamnida heechul-ssi. Maaf aku tidak bisa mengingat mu dan aku hanya bisa berterima kasih atas segalanya yang telah kau berikan”
Kalimat itu masih melekat dan terngiang ditelingaku. Benar2 jelas. Aku hanya bisa melewati jembatan ini untuk menuju menghadap Tuhan dengan airmata bahagia yang tak bisa lagi kubendung. Kubiarkan tetasan bening itu jatuh mengalir bebas melewati pelupuk mataku.
“Choi Jin Ri, gomawo kau sudah sempat singgah dihati dan hidupku. Aku kan selalu mengingatmu sampai kapanpun. Kau tenang saja, aku akan memohon kepada Tuhan untuk selalu menjaga dan memberikan yang terbaik untukmu. Termasuk semoga dikehidupan selanjutnya kita bisa bertemu lagi dan aku benar2 bisa membahagiakanmu”
                                                •                             •                             •
Choi Jin Ri’s pov
Dan disinlah aku. Duduk sendiri dibalkon rumahku sambil memeluk lutut. Dipagi fajar seperti ini bahkan ayam pun belum berkokok melakukan tugasnya membangunkan para manusia serta matahari yang masih tertidur lelap. Aku terjaga ditengah subuh gelap seperti ini mengahbiskan malam yang tersisa. Mataku menatap dan menerawang jauh ke arah langit yang hampa dan tak terbatas. Tidak ada satupun hiasan indah yang bertengger dilangit. Aku hanya menatapnya dengan penuh senyuman. Secarik kertas yang kugenggam erat dan tak kubiarkan siapapun menyentuhnya, termasuk angin sepoi yang berhembus kencang menerpa rambutku yang kugerai lepas. Aku membukanya perlahan.
Choi Jin Ri..
Apakah ingatanmu sudah kembali . kukatakan jangan membuka kertas ini sebelum ingatanmu pulih bukan ? kalau kau tidak menurutiku, aku akan mengetahuinya. Jadi jangan coba2 membohongiku yah, yeoja pabbo.
Jin ri.. walaupun kau sudah bahagia dengan orang lain disana, ingatlah satu hal, aku berbahagia selama kau bisa mengulas sebuah senyum lebar nan indah yang asli dari hatimu. Terima kasih atas jangka waktu empat tahun milikmu yang telah kau habiskan bersama denganku. Aku akan mengingat semuanya disini, dialamku sendiri. Aku janji. Jangan meneteskan airmatamu untuk apapun yang tak layak kau tangisi.. juga jangan mencoba melupakanku, aku yakin kau tidak akan  bisa :p tapi kenanglah aku dihatimu, mengingatku sebagai memori hidup milikmu yang terindah. Aku akan tetap mencintaimu. Sampai kapanpun itu, aku akan mendoakanmu dari atas sana untuk yang terbaik bagimu.
Saranghae, Choi Jin ri..
Kim Heechul

Mianhe heechul oppa, aku tidak bisa tidak menangis. Mengingatmu saja sudah membuat mataku membendung air yang tak bisa lagi kukontrol ini dengan susah payah. Tapi tenanglah, ini bukan airmata kesedihan. Ini airmata terharu. Terharu dan bahagia dimana aku bisa mengingat dan mengenang semua tentangmu. Semuanya dan tak ada yang terlewatkan, batinku.
Dan kini aku kembali termenung, mencengkram kertas itu kuat. Mungkin hampir robek karena kertas itu sudah bercampur airmata hingga lunak dan kini ku pegang erat. Aku tidak bisa membohongi diriku lagi, airmata yang jatuh ini mengandung sedikit rasa sakit dan penyesalan. Penyesalan yang amat teramat dalam dari lubuk hatiku. Mengapa aku harus melupakannya karena kecelakaan konyol itu ? seandainya aku tidak mengalami kecelakaan, aku bisa kembali kepadanya dan mengatakan bahwa pria itu brengsek. Pria yang membuatku mencampakkan heechul oppa. Aku dalam perjalanan menuju seoul dari busan setelah aku dibohongi oleh han geng. Dasar pria China brengsek! Aku membencinya seumur hidupku.
Tapi sudahlah, yang penting sekarang aku bahagia ia telah tenang dialam sana dan aku dapat mengenangnya jelas diotak dan hatiku. Semua tentangnya akan kususun rapi disetiap sekatan sudut hatiku.
“MIANHE HEECHUL OPPPAAAAAA ! SARANGHAAAAEEEE !!!!” teriakku pada langit luas berharap ia mendengarkanku.
“yongwonhi saranghae choi jin ri”

THE END

Sabtu, 12 Mei 2012

Tired for waiting you be mine part 5


“aku tahu semua tentangmu. Kau tidak perlu menjelaskannya lagi” potongnya pada kalimat yang belum selesai kuucapkan. Aku hanya bisa tersenyum.
“siwon oppa ? bolehkan aku memanggilmu dengan sebutan itu, siwon-ssi ?”
“Dari dulu kau sudah harus memanggilku dengan sebutan itu. Aku ini kan lebih tua darimu, Chagi..” jawabnya dengan memberikan penekanan intonasi pada kata terakhirnya. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya. Tiba2 ia menarikku keluar rumahnya.
“oppa, kita mau kemana ?” tanyaku heran namun mengikuti langkahnya yang agak cepat. Ia tak menjawab dan terus berjalan.
Ting Tongg...
Seperti suara bel sebuah apartemen.
“hey siwon-ssi ? kau sudah kembali ke korea  ? sejak kapan ? mengapa tidak memeberitahu kami ?” tanya seorang namja yang membuka pintu. kalau tidak salah bernama.. hmmm.. itu ,, wook apa yah ? aku lupa
“leeteuk hyung ! cepat kemari, lihat siapa yang datang” teriaknya lagi.
Aku hanya bisa terdiam tercengang. Ini dorm super junior ? mengapa bisa bising seperti ini ? ada tawa yang keras, ada seperti suara game, ada suara seperti sedang memasak, ada suara musik, pokoknya semuanya campur menjadi satu.
“siwon-ah ? kau sudah kembali ?” tanya seorang namja yang lain. Kurasa ini leadernya. Ia terdengar sangat ramah dan memepersilahkan kami masuk. Bahkan sebelum itu ia sempat membungkukkan badannya padaku.
“iya hyung. Tadi pagi baru sampai korea.”
“hmm.. lantas siapa yang kau bawa ini ?” tanya leeteuk, kalau tidak salah. Ia mengatakan itu sambil melirikku.
“hmm.. yeojachingu-ku hyung.” Jawab siwon oppa sambil merangkulku dan tersenyum. Leeteuk itu hanya mengangguk. Tiba2 semua memeber super junior keluar menampakkan diri mereka dari ruangan masing2. Aduuhh, kalau begini caranya bagaimana aku ingat semua nama mereka ?! mereka ini banyak sekali. yang ku tahu hanya shindong, yang badannya paling langsing dan...
Mataku berhenti pada seorang namja dipojokkan sana. Tentu aku mengenalnya. Siwon oppa seolah mengerti apa yang sedang kupikirkan segera merangkulku lebih erat dan memintaku untuk memperkenalkan diri pada sekumpulan namja dihadapanku.
“annyeong haseyo, Lee Hyena-imnida. Bangeupsumnida” kataku. Semua nya menatapku heran.
“hyung ? ia bisa berbahasa korea? Bukankah ia dari china ?” tanya namja putih itu.
“ne, namun ia sempat tinggal dikorea.”
“ohhh....”
Akhirnya semua memperkenalkan diri dari yang ujung sana.
“shindong imnida”
“kyuhyun imnida”
“sungmin imnida”
“ryeowook imnida”
“yesung imnida”
“leeteuk imnida. Aku leader super junior”
“donghae imnida”
Dan yang terakhir..
Aku tersenyum padanya dan membungkukkan badanku 90 derajat.
“eunhyuk imnida” ucapnya pelan dengan ekspresi datar namun bibirnya tertampak seulas senyum yang sangat tipis.
“bangeupsumnida eunhyuk oppa” kataku.
Semuanya sudah berakhir, anggap saja aku tidak pernah mengenalnya dan ini pertama kalinya aku melihatnya. Aku sudah tidak mengingat apapun lagi tentang korea, dan ini aku anggap adalah perjalanan ku ke korea untuk yang pertama dalam hidupku.

THE END

Tired for waiting you be mine part 4


Keadaan siwon pun semakin membaik. Ia sudah boleh diizinkan untuk pulang dari rumah sakit.
“siwon-ssi, mian aku tak bisa mengantar mu pualng. Hari ini aku ada kelas tambahan. Neon gwenchana yo ?” tanyaku lewat telepon padanya.
“nan gwenchana. Tidak perlu khawatir” jawabnya.
“baiklah. Annyeong” kataku dan ia segera menutup telepon.
Aku senang ia sudah bisa pulang dan kembali menjalankan aktivitas sehari-harinya, termasuk aktivitas nya yang selalu mengusikku. Rasanya sudah lama dan aku merindukannya. Rasanya bahagia saja, mengetahui bahwa ia sudah baik2 saja. Asal kalian tahu saja, ketika orang asing itu meneleponku adan mengatakan kalau siwon mengalami kecelakaan, aku sangat takut ia mengalami amnesia dan melupakan semuanya. Termasuk namanya sendiri. Aku benar2 cemas ketika itu, setiap menit aku berdoa, memohon kepada Tuhan agar ia baik2 saja dan ia tidak mengalami luka atau cedera yang parah. Dan Tuhan begitu baik padaku, ia mendengarkan permohonanku. Terima Kasih Tuhan. Gamsahamnida.
                                                •                             •                             •
“siwon-ah, apa kau sudah memepersiapkan semuany ? kita harus segera kembali ke korea. Kuliahmu juga tak bisa dilanjutkan lagi. Sudah tidak ada waktu. Lagian syuting film-mu sudah selesai kan ?” tanya seorang pria setengah baya.
“ne. Baiklah. Kapan kita ke korea ?”
“malam ini juga” jawabnya.
“mwo ?! cepat sekali ??”
“iya, kau masih ada kontrak bersama super junior.”
“hmm, baiklah.” Jawab siwon.
                                                •                             •                             •
“ne ? nuguseyeo ?”
“hyena-ssi, malam ini juga aku dan siwon akan terbang ke korea. Kau susul kami yah. Segera beli tiket korea. Kita akan bertemu besok pagi di incheon airport”
“mwo ? untuk apa aku menyusul kalian ?” tanya hyena polos.
“ckckck! Kau ini memang yeoja aneh. Kau kan mencintai siwon. Ayo susul dia. Kalau kau tidak menyusulnya, ku yakin kau akan menyesal. Ia memiliki banyak teman wanita di korea. Kalau kau tidak mendapatkannya, penyesalan akan menghantui mu seumur hidup!” ucap sang manajer siwon menakut-nakuti hyena.
Hyena tampak shock.
“hmm, ne” hyena hanya menjawab itu. Ia belum memutuskan akan menyusulnya ke korea atau tidak. ia bingung. Pekerjaan dan kuliahnya disini saja belum beres, bagaimana ia bisa menyusul siwon ? otaknya berpikir keras. Bekerja 100 kali lipat lebih keras dari biasanya.  Ia sendiri pun bingung mengapa otak jenius nya kali ini seperti tidak berfungsi. ia bahkan tak punya ide sama sekali. Akhirnya ia hanya duduk di lantai kamarnya dan termenung.hari masih pagi, ia harus cepat memutuskan hal itu. Hingga 15 menit kemudian, otaknya seakan hidup dan mengarahkan sarafnya agar menjadi hyperactive. Ia meraih tas jinjingnya dan keluar kamar pergi ke suatu tempat.
**
“eric-ssaem, bolehkah aku ujian kelulusan sekarang ? aku ada urusan hingga harus segera terbang ke korea.”
“hmm ? kau yakin ?”
“ne”
Eric-ssaem pun memberikan beberapa lembar soal yang harus dikerjakan dan diselesaikan hyena hari ini juga. Tepatnya sore ini juga.
**
Setelah yakin semua urusannya di China sudah beres, hyena segera mebereskan kopernya. Ia benar2 bergerak begitu cepat dan ia tak ketinggalan satu benda pun. Setelah meyakinkan semuanya sudah selesai, segera ia mengunci rumahnya rapat2 dan menghentikan sebuah taxi yang pertama kali lewat didepan rumahnya.
“satu tiket menuju korea malam ini” katanya cepat. Menyelesaikan semua administrasinya dan langsung menunggu diruang tunggu. Matanya menjelajahi seluruh sudut ruang tunggu, namun ia kecewa. Ia tak menemukan orang yang ia cari. Hingga beberapa waktu kemudian,
“hmm.. aku baru ingat. Dia kan artis. Mana mungkin ikut menunggu disini” batin hyena kecewa.
**
@INCHEON AIRPORT
Lee Hyena’s pov
Aku baru turun dari pesawat. Incheon airport terlihat begitu sepi. Aku bingung harus kemana. Mataku mencari dua sosok manusia yang membawaku hingga sampai ditempat ini. aku tidak bisa menemukannya. Aku panik. Bagaimana ini ? sudah delapan tahun aku tidak menginjakkan kakiku ke negara yang membuat masa laluku begitu kelam. Aku hampir melupakan semuanya tentang negara ini karena ambisiku untuk melupakan kehidupan ku sebelumnya. Aduhh.. bagaimana ini, batinku.
Aku melihat sesosok orang yang baru saja lewat dihadapanku. Aku yakin itu dia dan aku segera menghampirinya.
“siwon-ssi ?”
Ia berbalik mendengar ada yang memanggilnya yang tak lain adalah diriku.
“hmm ? hyena ? kau disini ?” tanya nya terkejut. Aku hanya mengangguk. Aku memang tak pandai berkata-kata. Tapi aku juga tidak suka berbasa basi.
“siwon-ssi. Apakah pertanyaanmu tempo hari yang lalu masih berlaku ?”
“hmm? Yang mana ?”
Aku menggaruk kepalaku tanda tersipu malu.
“yang dirumah sakit” jawabku singkat tak berani menatapnya. Ia hanya tersenyum. Oh tidak! wajahku memerah. Entah mengapa aku tiba2 saja memeluknya.
“saranghae siwon-ssi” ucapku.
“nado” bisik nya pelan ditelingaku. Hembusan napas yang menerpa helai2 kecil rambutku membuatku terasa nyaman.
“aku membutuhkan penjelasan” katanya segera menarikku ke mobilnya.
Hingga sampai dirumah siwon, ia berganti pakaian dan duduk bersamaku disofa.
“lantas, apa yang membuatmu berani mengatakan itu ?” tanya siwon berhasil membua aku mati kutu lagi.
“hmm , katakan yang jujur saja ya. Aku tak pandai berbohong.” Kataku malu2. Siwon terkekeh melihat tingkahku yang malu2 kucing. Aku pun berdeham mencoba mengeluarkan kharisma mu sebagai seorang yeoja yang dingin. Tapi tidak bisa ._. siwon malah makin menertawaiku hingga ia tersedak karena sedang minum kopinya ._.
“jadi, hmm.. kurasa aku baru menyadarinya kemarin. Ketika majaermu mengatakan bahwa kau akan kembali kesini kemarin malam. Dan ia katakan bahwa .. hmm ...”
“apa ?” tanya siwon penasaran melebarkan matanya dan menatapku dalam.
“ia katakan bahwa kau banyak teman wanita disini. Dan kalau aku membiarkanmu pergi begitu saja, aku akan menyesal seumur hidup.”
Aku mendengar gelak tawanya yang terbahak. Tawanya yang begitu lebar membuatku ingin menutupi wajahku dengan kain hitam saja.
“dan setelah ia mengatakan itu, aku duduk termenung. Kurasa ia memang benar. Siapa yang tidak ingin memilik namja chingu yang nyaris sempurna seperti mu. Dan aku sadar, bahwa sebenarnya aku telah menyukaimu sejak kau memintaku mengajarimu mandarin untuk pertama kalinya. Hanya saja aku selalu menyangkal perasaanku sendiri.” Sambungku. Ia masih tertawa dan segera memelukku erat. Senyumnya yang masih lebar menempel dibibirnya tak bisa ia hapus. Ia memelukku sambil tersenyum lebar dan indah.
“gomawo kau tidak lagi membuatku menunggumu. Menunggumu membalas perasaanku. Dan, tentunya aku harus berterima kasih dengan manajer ku itu.” Katanya.
“kau tahu, kau satu2nya orang yang membuatku kembali. Meembuatku kembali menjadi seperti lee hyena yang dulu. Aku tidak pernah mempercayai orang semenjak....”

Tired for waiting you be mine part 3


“jangan pura2 peduli padaku lagi hyena... lakukan saja sesukamu” sambungnya lagi langsung meraih ponsel yang tadi ia letakkan diatas meja dan pergi begitu saja. Aku yang hanya bingung dan tak mengerti, spontan mencengkram tangannya. Ia berhenti namun tak menoleh.
“ada apa denganmu ?” tanyaku polos. Ia menepis genggamanku dan berjalan cepat menuju pintu utama. Aku kemudian terduduk disofa terdekat. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Ia tak terlihat baik hari ini. aku cemas.
Siwon’s pov
Entah mengapa hari ini pikiranku begitu kacau. Mungkin karena mood ku dibuat buruk sejak tadi pagi. pertama, saat di universitas, kepala dosen memarahiku karena nilaiku semakin turun. Mungkin karena faktor jadwal syuting ku yang padat, katanya jika aku tidak memperbaiki nilaiku secepatnya, aku akan di keluarkan tanpa melewati ujian kelulusan. Kedua, eomma meneleponku mengatakan bahwa appa sakit demam tinggi, memintaku untuk mengambil cuti secepatnya untuk kembali ke korea, sekaligus super junior mendapat tawaran show disuatu tempat dan leeteuk hyun telah tanda tangan kontrak. Dan tadi sore, paman Kim memintaku menemuinya dan kami rapat. Ia katakan bahwa rating film-ku yang berjudul skip beat rendah. Tidak banyak penggemarnya hingga populasiku terancam turun. Dan barusan, ia, yeoja yang kuharap bisa bersikap baik dan memperhatikan serta mengerti keadaanku bisa bersikap baik dan menghiburku padaku, malah ia mendiamkanku dan bersikap dingin padaku. Emosiku barusan benar2 meledak dan aku tuangkan semuanya padanya.
APAAA ???!! aku meluapkan emosiku padanya / aku benar2 baru menyadarinya barusan. Beberapa detik yang lalu. Aku spontan rem mendadak dan
BRUKKK !!
--
Siwon tak sadarkan diri. Mobil yang barusan ia kendarai menabrak tepat tiang listrik. Belum lagi ia lupa memakai sabuk pengaman karena sedari tadi ia tak berkonsentrasi menyetir dan memikirkan masalahnya. Kepalanya membentur keras di stir mobil dan mengeluarkan banyak darah dari keningnya. Orang2 yang lewat segera menghampiri dan membawa siwon menuju rumah sakit.
Lee Hyena’s pov
“yeoboseyo ? neon Lee Hyena-sshi ?” tanya seseorang dengan suara yang asing bagiku. Aku belum menjawab. Aku malah menatap ponselku kembali setelah bebapa waktu aku angkat, memastikan apakah benar itu adalah siwon. Dan benar, layar ponselku tertera nama siwon. Lantas siapa ini yang menelepon ? suara seorang pria yang berat.
“ne. Kau siwon-sshi kah ?” tanyaku
“ani,, siwon kecelakaan dan sedang diruang UGD sekarang, ini adalah nomor yang terakhir ia hubungi, jadi aku meneleponmu saja” jelasnya. Badanku seakan lemas dan aku terduduk lemas dilantai kamarku.
“hallo.. bisakah kau ke rumah sakit Opera sekarang ?”
“ne!” jawabku. Tanpa berganti pakaian lagi, segera ku raih tas jinjing, kunci mobil, dan jaketku.
Pintu segera kubanting tutup dan segera tancap gas menuju rumah sakit.
Dirumah sakit...
Aku serasa tak kuat melihat semua ini. aku belum memasuki ruangannya. Aku tak berani melihatnya. Hatiku serasa pilu melihatnya seperti, sekujur tubuhnya dibalut kain kasa dan bahkan nafasnya saja dibantu alat medis. Aku menigntip dari kaca kecil yang ada dipintu kamarnya. Aku meneteskan airmataku. Ini untuk kedua kalinya aku menangis melihat seseorang terbaring lemah dirumah sakit setelah adikku-Lee So ra. Aku tak bisa membendung airmataku lagi, hati dan mataku terasa sangat panas. Akhirnya dengan segala kekuatanku, aku memberanikan diri untuk masuk dan melihatnya. Airmataku mengalir semakin deras. Aku menggenggam tangannya erat dan duduk disebuah kursi tepi ranjang nya.
“siwon-sshi.. mengapa kau seperti ini ?” tanyaku pelan. Airmataku tumpah mengenai tangannya yang lemah. Mesin pendeteksi jantung hanya bisa bergerak perlahan dan tanpa lengkungan gelombang yang mencolok, itu tandanya jantungnya melemah dan sekarang ia koma. Bagaimana ini ? hatiku memang sakit tadi ia berbicara seperti itu padaku, namun aku juga tak mampu melihatnya terbaring tak berdaya disini. Jika diizinkan, lebih baik aku yang menggantikannya tidur diranjang rumah sakit ini. terlalu banyak orang yang masih menyayangi nya. Sedangkan aku hanya sebatang kara yang juga hampir mati apabila tak ditolong oleh seorang bibi malaikat. Aku menangis keras di atas tangannya. Hingga ku dengar suara pintu..
“apa kau Hyena ?” tanyanya ramah. Aku mengangguk kecil.
“aku managernya. Terima kasih sudah menjaganya sejak beberapa jam yang lalu. Aku ada urusan hingga aku tak bisa segera datang menemaninya. Bisakah kau menemaninya setiap hari untuk menggantikanku ? kalau kau tidak bisa atau merepotkanmu, tidak apa. Aku akan menyewa suster perawat untuk menjaganya” katanya panjang lebar.
“anii, aku tidak keberatan jika harus menjaganya setiap hari. Aku akan mengambil cuti pada ku dan pekerjaanku” kataku. Manajer siwon pun mengangguk dan membungkukkan badannya tanda terima kasih.  Kemudian ia mengajakku untuk duduk disofa tepi ranjang siwon aku pun menurutinya. Duduk dengan perasaan begitu sedih disampingnya.
“aku ingin minta tolong kepadamu, Hyena-ssi”
“minta tolong apa ?”
“tolonglah jangan bersikap dingin dan diam lagi pada siwon. Ia begitu mencintaimu. Pasti kau tak bodoh dan sudah mengetahuinya, ia mencintaimu sejak SMA 2. Kau tahu, hari ini masalah datang bertubi tubi padanya”
Ia tidak melanjutkan kalimatnya lagi, membuatku merasa penasaran. Masalah apa itu. Hingga tak lama kemudian, manajer siwon kembali berbicara. Ia menceritakan semua masalah swion yang hari ini menimpanya.
“jadi begitulah.” Tutupnya
Aku hanya bisa terdiam termenung. Berarti aku sudah salah mengiranya. Yang pertama, ia hendak meneleponku, namun mungkin tidak keburu. Yang kedua, aku yang sedikit sakit hati karena dibentaknya tadi sore kini mengerti bahwa ia tak bermaksud mengatakan seperti itu padaku. Ia hanya stress dan ditambah lagi aku, orang yang ia cintai, memperlakukannya seperti itu.
“mianhe siwon-ah” batinku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku sambil menangis.
**
“siwon-ssii, sudah empat hari kau tidak memperlihatkan senyum indahmu. Mengapa kau masih asik dialam mimpi ? bangunlah. Banyak orang merindukanmu disini” kataku sambil membasuh wajahnya dengan sehelai handuk kecil. Setiap hari aku datang dari pagi hingga sore unutk menjaganya, merawatnya, dan menemaninya. Sore harinya aku pulang untuk membersihkan diri dan beres2 rumah sebentar.
“siwon-ssi, cepatlah kau bangun. Aku harus kuliah tahu. Apa kau ingin nanti aku tidak lulus dan harus mengulang dari semester pertama lagi. Kau ini jahat sekali padaku.” Sambungku lagi. Aku berbicara padanya, namun ia sama sekali tidak merespon apapun. Mengingatnya seperti ini membuat air mataku jatuh lagi.
**
Besok ada ulangan bidang seni arsitektur. Aku bahkan belum menyentuh buku sama sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk belajar dirumah sakit bersama siwon. Aku pun mulai membuka selembar demi selembar kertas yang tertempel rapi menjadi sebuah buku itu. Hingga 2 jam kemudian..
“baiklah, aku selesai. Kini saatnya untuk mengganti pakaianmu.” Kataku.

**
“Siwonn.. akhir bulan ini sudah ujian kelulusan. Kau bahkan belum belajar apa2. Bagaimana kalau kau tidak lulus? Makanya cepatlah bangun. Aku akan mengajarimu semuanya.”
Aku yang sedang mengganti rangkaian bunga disamping tempat tidur siwon tiba2 melihat jarinya bergerak dan mendengar mesin pendeteksi jantung berbunyi nyaring. Kulihat langsung dan, gelombangnya bergerak naik turun dengan tajam. Segera aku berlari keluar memanggil dokter untuk memeriksanya.
“ia sudah melewati masa komanya. Tapi ia belum sepenuhnya sadar” kata dokter.
Aku sangat senang. Akhirnya, setelah satu minggu ia terbaring tak sadarkan diri dirumah sakit, ia bisa sadar juga.
“hyee..n..na-ssi” kata pertama yang aku dengar setelah minggu terakhir ini ia tertidur. Ia memanggil namaku. Aku langsung duduk dikursi tepi ranjangnya dan menggemgam tangannya erat.
“ne. Siwon-ssi” jawabku
“s..sarang..haee”  kataya sambil tersenyum. Ahh.. senyum itu. Mengapa ia terlihat tampan jika tersenyum dalam keadaan seperti ini sih ? apa mungkin karena sudah lama aku tidak melihat senyum manisnya itu , sehingga aku merindukannya dan ketika ia tersenyum barusan kukatakan ia tampan ?
Aku pun hanya tersenyum. Ini bukan waktunya mengatakan hal seperti itu, menurutku. Pulihkan saja dulu keadaannya, masalah itu lain waktu bisa dibicarakan lagi.
“jeongmal saranghae, nae yeojachingu dwejullae ?” tanyanya membuatku kaget. Namun ekspresiku kujadikan sebisa mungkin agar tak terlihat kaget.
“pulihkan dulu kesehatanmu” aku hanya menjawab itu. Ia pun menurunkan sedikit bibirnya sudah terangkat lebar karena tersenyum mendengar jawabanku barusan. Dasar konyol, dalam keadaan seperti ini masih berani menyatakan cinta.
                                                •                             •                             •

Tired waiting for you be mine part 2


“apa kau kelelahan ? kurang tidur ? istirahatlah. Kalau kau mau kau boleh istirahat disini dulu, nanti kuantar pulang. Sekaligus jika kau mau aku bisa membuatkan mu makanan. Kau terlihat pucat” kataku dengan sedikit menunduk dan sesekali menghindari pandangannya.
Siwon’s pov
Sudah kukatakan kan ? dia ini baik. Sangat baik. Ia bahkan begitu perhatian padaku. Aku hanya bisa tersenyum menatapnya. Walaupun ia tak menatapku, aku bisa melihat jelas wajahnya memerah. Mungkin ia tak bisa menahan malu. Dan mungkin ini kali pertamanya ia peduli pada orang lain, jadi ia sedikit merasa tak percaya diri.
“benarkah ? gomawo hye na-ssi” kataku sambil menunggunya membawaku ke kamar tamu.
“gwenchana, ayo ikut aku.” Katanya sambil berjalan didepanku. Aku memiliki sebuah ide.
“awwhh..” gumamku. Ia spontan menoleh dan memikulku karena melihatku yang tiba2 saja hampir jatuh sambil mencengkram kepalaku erat.
“neon gwenchana ?” tanya nya panik. Aku tidak menjawab dan malah memejamkan mataku. Ia membantuku berjalan hingga sampai kamar tamu.
“ kau tunggulah disini. Aku akan memasakkan mu bubur.” Katanya segera keluar kamar. Kurasa ia canggung berada disatu rumah bersama seorang pria , hihihi ^^
Suara beratku yang spontan memanggilnya membuatnya menghentikan langkahnya yang sudah berada didepan pintu kamar.
“hmm ?” gumamnya tanpa melihatku
“gomawo”  kataku
Ia hanya tersenyum tanpa melihatku. Senyum yang kulihat jelas yang tersungging di bibir kecilnya.
**
Aku yang sangat penasaran setelah pergi dari rumahnya, aku segera menghampiri bibi Lee. Aku segera bertanya mengenai semua tentang gadis itu. Gadis misterius yang membuatku gentayangan karena sangking penasarannya. Akhirnya ahjumma pun menjelaskan semuanya. Semuanya ! tak ketinggalan hingga ke detail-detailnya. Dan sekarang aku mengerti. Cerita yang diceritakan hyuk jae dan ahjumma benar. Membuatku mengambil kesimpulan bahwa ia memang wanita yang tegar walaupun ku tahu ia sempat mengalami depresi berat hingga ia merubah kepribadiannya menjadi pendiam dan dingin.
**
Mungkin takdir, siapa yang tahu ? Hyena tiba2 saja mendapat telepon dari sesorang manajemen artis yang ia kenal cukup dekat. Menawarinya job untuk syuting sebuah film FTV dan ia diminta untuk menjadi seorang karakter yang aneh, dingin, dan pandai bermain drum. Itu benar2 karakternya. Mungkin bahkan ia tak perlu berakting. Dengan sifatnya seperti ini saja ia sudah terlihat aneh. Dengan cepat ia gadis multi talenta itu segera menerima tawaran itu dengan senang hati.
“dan lawan mainmu adalah Choi Siwon. Kau mengenalnya bukan ?” tanya seorang pria berperawakan tegas dihadapannya.
“mwo ? jinjjayo ? kau tidak bercanda ahjussi ?” tanya hye na tak percaya dan memastikan bahwa ia salah dengar.
“benar. Choi Siwon. Jangan bilang kau tak mengenalnya hye na-sshi”
“hmm.. aku tahu” jawab hye na datar
“baiklah kita mulai satu jam lagi”
Ahjusshi tadi segera pergi untuk mengurus keperluan syuting yang lainnya. Seseorang tiba2 saja menepuk pundak hye na dan membuatnya tersentak serta membangunkan dari lamunannya.
“apa kau siap ?” tanya pria tinggi sempurna itu.
Hye na hanya boisa mengangguk pasrah. Akting nya terlihat sangat sempurna dimata sang sutradara. Ditambah lagi ia bertemu dan melihat orang yang bahkan membuatnya selalu bersikap dingin. Sempurnalah sudah film ini. mungkin akan sukses besar dipasaran, ucap sang sutradara senang.
**
“hari ini kita akan syuting di studio. Kim Na na akan bermain drum. Baca skenario pasal 33 ayat 1 (koperasi donk ?!)”
“nee” jawab semua krew serempak.
Siwon’s pov
Aku memegang gitarku dan siap. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku ketika syuting dimulai dan ia harus memukul drum. Pakaiannya dengan kemeja kotak2 bersama tank top berwarna hitam. Belum lagi kalungnya yang menghiasi dadanya tertampak sangat sempurna. Celana jeans yang membalut kaki skinny nya membuatku meleleh dan mungkin hampir mimisan. Benar2 keren. Ia terlihat seperti bukan Lee Hyena yang aku kenal sangat dingin dan pendiam. Ekspresi dan raut wajahnya yang begitu menikmati setiap pukulan bunyi drum membuat kakiku lemas. Seandainya ia bisa terus menjadi seorang Kim Nana, bahkan di dunia nyata. Aku akan sangat bahagia. Demi apapun itu Tuhan, aku ingin Choi Siwon dan Lee Hyena bisa seperti Park Jung Min dan Kim Nana, doaku dalam hati. Aku tidak sadar bahwa ia sedang menatapku. Aku sadar itu 0,1 detik yang lalu ketika ia telah menyelesaikan part nya dan kini giliranku. Dengan kunci gitar yang sudah siap, aku segera memetik gitarku lembut sesuai nada yang telah ditentukan.
**
“ada apa ?” sapaku padanya yang sedang mengobrak abrik mesin mobilnya.
“molla. Mesinnya tiba2 mati dan tak bisa dinyalakan” jawabnya masih mengutak atik mesinnya.
“boleh ku bantu ?”
“ne” jawabnya segera menggeser posisinya agak kesamping agar aku bisa mereparasi mobilnya. Setelah setengah jam aku berkutat dengan mesin mobilnya, akhirnya bisa dinyalakan juga.
“sudah. Pulanglah. Sudah malam dan tak ada orang lagi.” Kataku
“ne. Gomawo siwon-ssi” katanya sambil melihat sekeliling dan hanya mendapati daun dan beberapa sampah kertas yang bertebangan karena tak ada lagi orang lain selain kami berdua di lokasi syuting.
“lalu kau ? mana mobilmu ?”
“disana.” Kataku sambil menunjuk arah yang agak jauh. Ia hanya mengangguk.
“baiklah. Aku pulang dulu. Sekali lagi gomawo. annyeong”
Ia membungkukkan badannya sedikit dan segera masuk kemobilnya tanpa menungguku membalas pamitannya. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang kurang percaya diri. Melambaikan tangan pada mobilnya yang perlahan menjauh dari tempatku berdiri sekarang.
**
Lee Hyena’s pov
Ahh.. dia berbeda sekali antara ketika kuliah dan syuting. Maksudku, penampilannya. Ketika di universitas, ia tampak sederhana walaupun tetap terlihat menggoda bagi para yeoja di kampus. Berbeda dengan tadi, ia tampak.. hmmm...keren mungkin ? apalagi ketika ia bermain gitarnya. Pantas saja ia menjadi idola satu kampus. Tak heran...
**
Lagi2 ia menghampiriku. Mengangguku yang sedang memerhatikan desain interior untuk sebuah gedung kesenian. Datang dengan senyum manis dan konyolnya itu. Kukatakan manis karena ya memang manis dan juga ia memiliki lesung pipi yang sangat dalam. Tetapi juga terlihat konyol. 
Seperti tak merasa bersalah. Jelas2 aku merasa terganggu dengan kehadirannya disini. Kalau saja ia sampai berani mengajakku berdiskusi yang tidak penting, akan kulempar bangku seketika!
“kau sedang apa ?” tanyanya.
Aku belum meliriknya. Sudah kukatakan kan, ia seperti tidak ada pekerjaan saja. Apa ia tidak lelah mengganggu orang terus menerus? Lebih baik ia pulang dan beristirahat. Dan tentunya belajar untuk kelulusan nanti jika ia bosan untuk berlama-lama bolak balik di universitas ini. aku hanya berbicara sendiri dalam pikiranku tanpa menghiraukannya. Selanjutnya..
“aku ingin memintamu untuk menjadi guru kursus ku” katanya. Sepertinya ia mengetahui pikiranku hingga ia langsung to the point. Aku membelalakkan mataku yang sedang menatap bukuku. Menatapnya dengan wajah seram, mian siwon-ssi ._.v itu refleks ._. ia mengeluarkan ekspresi kagetnya ketika melihat raut wajahku yang seram itu dan aku sadar segera membuang wajahku tak menatapnya.
“mian. Kalau tidak mau tidak apa2”
Ia berdiri sejenak dan pergi. Lagi2 refleks aku menarik pergelangan tangannya dan menatapnya tepat di pupil matanya.
“hmm ?” ia berbalik menatapku dengan wajah memelas.
“aku kan belum jawab. Kau tidak sopan karena tidak membiarkanku jawab dulu” kataku memojokkannya untuk menutupi rasa maluku.
“bukan itu maksudku hyena-ssi.. kukira kau...”
“aku menerimanya. Aku akan menjadi guru kursusmu hingga ujian kelulusan nanti” potongku pada kalimat yang ia belum selesai ia katakan. Matanya berubah menjadi binar2 bahagia. Ia berbalik dan apa ?! ia memelukku ?! aku tak bergerak sedikitpun. membiarkan tubuh kekarnya menutupi tubuhku yang agak kurus ini. hmm...
“mian..” katanya perlahan melepas dekapan erat yang membuatku hampir sesak nafas dan ia mendengar nafasku yang terengah. Mungkin juga karena aku tidak berkutik sedikitpun hingga ia fikir aku marah padanya. Aku hanya mengulas sebuah senyum tipis padanya yang juga tersenyum tersipu malu sambil mengaruk kepalanya yang tak gatal.
“kita mulai lusa, kau datanglah kerumahku jam 4 sore. Dan aku tidak suka terlambat. Jika kau ada syuting dan tak bisa datang, kau harus mengabariku secepatnya agar aku tidak menunggumu hingga jenggotan” jelasku
“ne! Arrasseo!” jawabnya tegas. Ia kembali membungkukkan badannya dan mengatakan terima kasih. Aku juga ikut membungkkuk sekali dan membiarkannya pergi begitu saja.
**
Hari pertama saja sudah begitu menjengkelkan, batinku. Aku tahu ia entertainer, tapi ia tak bisa seenaknya ‘ngaret’ seperti ini juga. Baiklah, bel berbunyi, dan kuyakin itu pasti dia. Kubuka pintuku dan benar kan apa kataku. Nafasnya terengah. Ia pikir aku akan mengasihaninya ? Cihhh! Jangan harap.
“mengapa tidak memberitahuku kalau kau telat ?” tanyaku dingin sambil berjalan masuk disusul olehnya dibelakangku.
“mian, tadi ada rapat mendadak.” Jawabnya masih berusaha mengatur nafasnya yang cepat seperti orang sehabis lari maraton
“oh” jawabku langsung mengambil posisi pada ruang tamu. Aku tahu ia merasa bersalah, namun apalah daya. Aku sudah terlanjur jengkel dengannya. Akhirnya kami hanya memulai kursus ditemani suasana dan keadaan yang begitu dingin dan canggung. Aku bahkan tak mau melihatnya.
“Lee Hyena ! maaf jika aku sudah telat dan selalu menggangumu. Maaf untuk selalu menghampirimu dan membutmu serasa tak nyaman. Tapi kumohon jangan perlakukan aku seperti ini. aku juga seorang manusia yang memiliki perasaan. Aku lelah kau selalu bersikap dingin padaku. Bersikap tak peduli, cuek terhadapku. Aku memang banyak melakukan kesalahan, tapi tolong, kau juga manusia yang bisa melakukan kesalahan bahkan telat sekalipun. Jika kau menerimaku kursus denganmu karena terpaksa, kau boleh mengatakannya dan aku akan berhenti. Berhenti kursus denganmu dan bahkan jika aku bisa, aku akan berhenti mengganggu hidupmu lagi.” Jelasnya panjang lebar dengan nada tinggi dan suara yang lantang. Aku tak berekspresi dan hanya terdiam mematung menatapnya. Apakah ia sebegitu marahnya denganku karena aku mendiamkannya ? kurasa ini bukan kali pertamanya ketika aku mendiamkannya. Tapi mengapa hari ini ia bisa meledak bagaikan kompor rusak begini ? apakah sesuatu terjadi padanya ? wajahnya tampak seperti bukan choi siwon yang biasa ku kenal. Ia terlihat sangat menyeramkan, menurutku.