Sabtu, 12 Mei 2012

Tired for waiting you be mine part 3


“jangan pura2 peduli padaku lagi hyena... lakukan saja sesukamu” sambungnya lagi langsung meraih ponsel yang tadi ia letakkan diatas meja dan pergi begitu saja. Aku yang hanya bingung dan tak mengerti, spontan mencengkram tangannya. Ia berhenti namun tak menoleh.
“ada apa denganmu ?” tanyaku polos. Ia menepis genggamanku dan berjalan cepat menuju pintu utama. Aku kemudian terduduk disofa terdekat. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Ia tak terlihat baik hari ini. aku cemas.
Siwon’s pov
Entah mengapa hari ini pikiranku begitu kacau. Mungkin karena mood ku dibuat buruk sejak tadi pagi. pertama, saat di universitas, kepala dosen memarahiku karena nilaiku semakin turun. Mungkin karena faktor jadwal syuting ku yang padat, katanya jika aku tidak memperbaiki nilaiku secepatnya, aku akan di keluarkan tanpa melewati ujian kelulusan. Kedua, eomma meneleponku mengatakan bahwa appa sakit demam tinggi, memintaku untuk mengambil cuti secepatnya untuk kembali ke korea, sekaligus super junior mendapat tawaran show disuatu tempat dan leeteuk hyun telah tanda tangan kontrak. Dan tadi sore, paman Kim memintaku menemuinya dan kami rapat. Ia katakan bahwa rating film-ku yang berjudul skip beat rendah. Tidak banyak penggemarnya hingga populasiku terancam turun. Dan barusan, ia, yeoja yang kuharap bisa bersikap baik dan memperhatikan serta mengerti keadaanku bisa bersikap baik dan menghiburku padaku, malah ia mendiamkanku dan bersikap dingin padaku. Emosiku barusan benar2 meledak dan aku tuangkan semuanya padanya.
APAAA ???!! aku meluapkan emosiku padanya / aku benar2 baru menyadarinya barusan. Beberapa detik yang lalu. Aku spontan rem mendadak dan
BRUKKK !!
--
Siwon tak sadarkan diri. Mobil yang barusan ia kendarai menabrak tepat tiang listrik. Belum lagi ia lupa memakai sabuk pengaman karena sedari tadi ia tak berkonsentrasi menyetir dan memikirkan masalahnya. Kepalanya membentur keras di stir mobil dan mengeluarkan banyak darah dari keningnya. Orang2 yang lewat segera menghampiri dan membawa siwon menuju rumah sakit.
Lee Hyena’s pov
“yeoboseyo ? neon Lee Hyena-sshi ?” tanya seseorang dengan suara yang asing bagiku. Aku belum menjawab. Aku malah menatap ponselku kembali setelah bebapa waktu aku angkat, memastikan apakah benar itu adalah siwon. Dan benar, layar ponselku tertera nama siwon. Lantas siapa ini yang menelepon ? suara seorang pria yang berat.
“ne. Kau siwon-sshi kah ?” tanyaku
“ani,, siwon kecelakaan dan sedang diruang UGD sekarang, ini adalah nomor yang terakhir ia hubungi, jadi aku meneleponmu saja” jelasnya. Badanku seakan lemas dan aku terduduk lemas dilantai kamarku.
“hallo.. bisakah kau ke rumah sakit Opera sekarang ?”
“ne!” jawabku. Tanpa berganti pakaian lagi, segera ku raih tas jinjing, kunci mobil, dan jaketku.
Pintu segera kubanting tutup dan segera tancap gas menuju rumah sakit.
Dirumah sakit...
Aku serasa tak kuat melihat semua ini. aku belum memasuki ruangannya. Aku tak berani melihatnya. Hatiku serasa pilu melihatnya seperti, sekujur tubuhnya dibalut kain kasa dan bahkan nafasnya saja dibantu alat medis. Aku menigntip dari kaca kecil yang ada dipintu kamarnya. Aku meneteskan airmataku. Ini untuk kedua kalinya aku menangis melihat seseorang terbaring lemah dirumah sakit setelah adikku-Lee So ra. Aku tak bisa membendung airmataku lagi, hati dan mataku terasa sangat panas. Akhirnya dengan segala kekuatanku, aku memberanikan diri untuk masuk dan melihatnya. Airmataku mengalir semakin deras. Aku menggenggam tangannya erat dan duduk disebuah kursi tepi ranjang nya.
“siwon-sshi.. mengapa kau seperti ini ?” tanyaku pelan. Airmataku tumpah mengenai tangannya yang lemah. Mesin pendeteksi jantung hanya bisa bergerak perlahan dan tanpa lengkungan gelombang yang mencolok, itu tandanya jantungnya melemah dan sekarang ia koma. Bagaimana ini ? hatiku memang sakit tadi ia berbicara seperti itu padaku, namun aku juga tak mampu melihatnya terbaring tak berdaya disini. Jika diizinkan, lebih baik aku yang menggantikannya tidur diranjang rumah sakit ini. terlalu banyak orang yang masih menyayangi nya. Sedangkan aku hanya sebatang kara yang juga hampir mati apabila tak ditolong oleh seorang bibi malaikat. Aku menangis keras di atas tangannya. Hingga ku dengar suara pintu..
“apa kau Hyena ?” tanyanya ramah. Aku mengangguk kecil.
“aku managernya. Terima kasih sudah menjaganya sejak beberapa jam yang lalu. Aku ada urusan hingga aku tak bisa segera datang menemaninya. Bisakah kau menemaninya setiap hari untuk menggantikanku ? kalau kau tidak bisa atau merepotkanmu, tidak apa. Aku akan menyewa suster perawat untuk menjaganya” katanya panjang lebar.
“anii, aku tidak keberatan jika harus menjaganya setiap hari. Aku akan mengambil cuti pada ku dan pekerjaanku” kataku. Manajer siwon pun mengangguk dan membungkukkan badannya tanda terima kasih.  Kemudian ia mengajakku untuk duduk disofa tepi ranjang siwon aku pun menurutinya. Duduk dengan perasaan begitu sedih disampingnya.
“aku ingin minta tolong kepadamu, Hyena-ssi”
“minta tolong apa ?”
“tolonglah jangan bersikap dingin dan diam lagi pada siwon. Ia begitu mencintaimu. Pasti kau tak bodoh dan sudah mengetahuinya, ia mencintaimu sejak SMA 2. Kau tahu, hari ini masalah datang bertubi tubi padanya”
Ia tidak melanjutkan kalimatnya lagi, membuatku merasa penasaran. Masalah apa itu. Hingga tak lama kemudian, manajer siwon kembali berbicara. Ia menceritakan semua masalah swion yang hari ini menimpanya.
“jadi begitulah.” Tutupnya
Aku hanya bisa terdiam termenung. Berarti aku sudah salah mengiranya. Yang pertama, ia hendak meneleponku, namun mungkin tidak keburu. Yang kedua, aku yang sedikit sakit hati karena dibentaknya tadi sore kini mengerti bahwa ia tak bermaksud mengatakan seperti itu padaku. Ia hanya stress dan ditambah lagi aku, orang yang ia cintai, memperlakukannya seperti itu.
“mianhe siwon-ah” batinku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku sambil menangis.
**
“siwon-ssii, sudah empat hari kau tidak memperlihatkan senyum indahmu. Mengapa kau masih asik dialam mimpi ? bangunlah. Banyak orang merindukanmu disini” kataku sambil membasuh wajahnya dengan sehelai handuk kecil. Setiap hari aku datang dari pagi hingga sore unutk menjaganya, merawatnya, dan menemaninya. Sore harinya aku pulang untuk membersihkan diri dan beres2 rumah sebentar.
“siwon-ssi, cepatlah kau bangun. Aku harus kuliah tahu. Apa kau ingin nanti aku tidak lulus dan harus mengulang dari semester pertama lagi. Kau ini jahat sekali padaku.” Sambungku lagi. Aku berbicara padanya, namun ia sama sekali tidak merespon apapun. Mengingatnya seperti ini membuat air mataku jatuh lagi.
**
Besok ada ulangan bidang seni arsitektur. Aku bahkan belum menyentuh buku sama sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk belajar dirumah sakit bersama siwon. Aku pun mulai membuka selembar demi selembar kertas yang tertempel rapi menjadi sebuah buku itu. Hingga 2 jam kemudian..
“baiklah, aku selesai. Kini saatnya untuk mengganti pakaianmu.” Kataku.

**
“Siwonn.. akhir bulan ini sudah ujian kelulusan. Kau bahkan belum belajar apa2. Bagaimana kalau kau tidak lulus? Makanya cepatlah bangun. Aku akan mengajarimu semuanya.”
Aku yang sedang mengganti rangkaian bunga disamping tempat tidur siwon tiba2 melihat jarinya bergerak dan mendengar mesin pendeteksi jantung berbunyi nyaring. Kulihat langsung dan, gelombangnya bergerak naik turun dengan tajam. Segera aku berlari keluar memanggil dokter untuk memeriksanya.
“ia sudah melewati masa komanya. Tapi ia belum sepenuhnya sadar” kata dokter.
Aku sangat senang. Akhirnya, setelah satu minggu ia terbaring tak sadarkan diri dirumah sakit, ia bisa sadar juga.
“hyee..n..na-ssi” kata pertama yang aku dengar setelah minggu terakhir ini ia tertidur. Ia memanggil namaku. Aku langsung duduk dikursi tepi ranjangnya dan menggemgam tangannya erat.
“ne. Siwon-ssi” jawabku
“s..sarang..haee”  kataya sambil tersenyum. Ahh.. senyum itu. Mengapa ia terlihat tampan jika tersenyum dalam keadaan seperti ini sih ? apa mungkin karena sudah lama aku tidak melihat senyum manisnya itu , sehingga aku merindukannya dan ketika ia tersenyum barusan kukatakan ia tampan ?
Aku pun hanya tersenyum. Ini bukan waktunya mengatakan hal seperti itu, menurutku. Pulihkan saja dulu keadaannya, masalah itu lain waktu bisa dibicarakan lagi.
“jeongmal saranghae, nae yeojachingu dwejullae ?” tanyanya membuatku kaget. Namun ekspresiku kujadikan sebisa mungkin agar tak terlihat kaget.
“pulihkan dulu kesehatanmu” aku hanya menjawab itu. Ia pun menurunkan sedikit bibirnya sudah terangkat lebar karena tersenyum mendengar jawabanku barusan. Dasar konyol, dalam keadaan seperti ini masih berani menyatakan cinta.
                                                •                             •                             •

Tidak ada komentar:

Posting Komentar