“jangan pura2 peduli padaku lagi hyena... lakukan saja
sesukamu” sambungnya lagi langsung meraih ponsel yang tadi ia letakkan diatas
meja dan pergi begitu saja. Aku yang hanya bingung dan tak mengerti, spontan
mencengkram tangannya. Ia berhenti namun tak menoleh.
“ada apa denganmu ?” tanyaku polos. Ia menepis genggamanku
dan berjalan cepat menuju pintu utama. Aku kemudian terduduk disofa terdekat.
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Ia tak terlihat baik hari ini.
aku cemas.
Siwon’s pov
Entah mengapa hari ini pikiranku begitu kacau. Mungkin
karena mood ku dibuat buruk sejak tadi pagi. pertama, saat di universitas,
kepala dosen memarahiku karena nilaiku semakin turun. Mungkin karena faktor
jadwal syuting ku yang padat, katanya jika aku tidak memperbaiki nilaiku
secepatnya, aku akan di keluarkan tanpa melewati ujian kelulusan. Kedua, eomma
meneleponku mengatakan bahwa appa sakit demam tinggi, memintaku untuk mengambil
cuti secepatnya untuk kembali ke korea, sekaligus super junior mendapat tawaran
show disuatu tempat dan leeteuk hyun telah tanda tangan kontrak. Dan tadi sore,
paman Kim memintaku menemuinya dan kami rapat. Ia katakan bahwa rating film-ku
yang berjudul skip beat rendah. Tidak banyak penggemarnya hingga populasiku
terancam turun. Dan barusan, ia, yeoja yang kuharap bisa bersikap baik dan
memperhatikan serta mengerti keadaanku bisa bersikap baik dan menghiburku
padaku, malah ia mendiamkanku dan bersikap dingin padaku. Emosiku barusan
benar2 meledak dan aku tuangkan semuanya padanya.
APAAA ???!! aku meluapkan emosiku padanya / aku benar2 baru
menyadarinya barusan. Beberapa detik yang lalu. Aku spontan rem mendadak dan
BRUKKK !!
--
Siwon tak sadarkan diri. Mobil yang barusan ia kendarai
menabrak tepat tiang listrik. Belum lagi ia lupa memakai sabuk pengaman karena
sedari tadi ia tak berkonsentrasi menyetir dan memikirkan masalahnya. Kepalanya
membentur keras di stir mobil dan mengeluarkan banyak darah dari keningnya.
Orang2 yang lewat segera menghampiri dan membawa siwon menuju rumah sakit.
Lee Hyena’s pov
“yeoboseyo ? neon Lee Hyena-sshi ?” tanya seseorang dengan
suara yang asing bagiku. Aku belum menjawab. Aku malah menatap ponselku kembali
setelah bebapa waktu aku angkat, memastikan apakah benar itu adalah siwon. Dan
benar, layar ponselku tertera nama siwon. Lantas siapa ini yang menelepon ?
suara seorang pria yang berat.
“ne. Kau siwon-sshi kah ?” tanyaku
“ani,, siwon kecelakaan dan sedang diruang UGD sekarang, ini
adalah nomor yang terakhir ia hubungi, jadi aku meneleponmu saja” jelasnya.
Badanku seakan lemas dan aku terduduk lemas dilantai kamarku.
“hallo.. bisakah kau ke rumah sakit Opera sekarang ?”
“ne!” jawabku. Tanpa berganti pakaian lagi, segera ku raih
tas jinjing, kunci mobil, dan jaketku.
Pintu segera kubanting tutup dan segera tancap gas menuju
rumah sakit.
Dirumah sakit...
Aku serasa tak kuat melihat semua ini. aku belum memasuki ruangannya.
Aku tak berani melihatnya. Hatiku serasa pilu melihatnya seperti, sekujur
tubuhnya dibalut kain kasa dan bahkan nafasnya saja dibantu alat medis. Aku
menigntip dari kaca kecil yang ada dipintu kamarnya. Aku meneteskan airmataku.
Ini untuk kedua kalinya aku menangis melihat seseorang terbaring lemah dirumah
sakit setelah adikku-Lee So ra. Aku tak bisa membendung airmataku lagi, hati
dan mataku terasa sangat panas. Akhirnya dengan segala kekuatanku, aku
memberanikan diri untuk masuk dan melihatnya. Airmataku mengalir semakin deras.
Aku menggenggam tangannya erat dan duduk disebuah kursi tepi ranjang nya.
“siwon-sshi.. mengapa kau seperti ini ?” tanyaku pelan.
Airmataku tumpah mengenai tangannya yang lemah. Mesin pendeteksi jantung hanya
bisa bergerak perlahan dan tanpa lengkungan gelombang yang mencolok, itu
tandanya jantungnya melemah dan sekarang ia koma. Bagaimana ini ? hatiku memang
sakit tadi ia berbicara seperti itu padaku, namun aku juga tak mampu melihatnya
terbaring tak berdaya disini. Jika diizinkan, lebih baik aku yang
menggantikannya tidur diranjang rumah sakit ini. terlalu banyak orang yang
masih menyayangi nya. Sedangkan aku hanya sebatang kara yang juga hampir mati
apabila tak ditolong oleh seorang bibi malaikat. Aku menangis keras di atas
tangannya. Hingga ku dengar suara pintu..
“apa kau Hyena ?” tanyanya ramah. Aku mengangguk kecil.
“aku managernya. Terima kasih sudah menjaganya sejak
beberapa jam yang lalu. Aku ada urusan hingga aku tak bisa segera datang
menemaninya. Bisakah kau menemaninya setiap hari untuk menggantikanku ? kalau
kau tidak bisa atau merepotkanmu, tidak apa. Aku akan menyewa suster perawat
untuk menjaganya” katanya panjang lebar.
“anii, aku tidak keberatan jika harus menjaganya setiap
hari. Aku akan mengambil cuti pada ku dan pekerjaanku” kataku. Manajer siwon
pun mengangguk dan membungkukkan badannya tanda terima kasih. Kemudian ia mengajakku untuk duduk disofa tepi
ranjang siwon aku pun menurutinya. Duduk dengan perasaan begitu sedih
disampingnya.
“aku ingin minta tolong kepadamu, Hyena-ssi”
“minta tolong apa ?”
“tolonglah jangan bersikap dingin dan diam lagi pada siwon.
Ia begitu mencintaimu. Pasti kau tak bodoh dan sudah mengetahuinya, ia
mencintaimu sejak SMA 2. Kau tahu, hari ini masalah datang bertubi tubi
padanya”
Ia tidak melanjutkan kalimatnya lagi, membuatku merasa
penasaran. Masalah apa itu. Hingga tak lama kemudian, manajer siwon kembali
berbicara. Ia menceritakan semua masalah swion yang hari ini menimpanya.
“jadi begitulah.” Tutupnya
Aku hanya bisa terdiam termenung. Berarti aku sudah salah
mengiranya. Yang pertama, ia hendak meneleponku, namun mungkin tidak keburu.
Yang kedua, aku yang sedikit sakit hati karena dibentaknya tadi sore kini
mengerti bahwa ia tak bermaksud mengatakan seperti itu padaku. Ia hanya stress
dan ditambah lagi aku, orang yang ia cintai, memperlakukannya seperti itu.
“mianhe siwon-ah” batinku menutup wajahku dengan kedua
telapak tanganku sambil menangis.
**
“siwon-ssii, sudah empat hari kau tidak memperlihatkan
senyum indahmu. Mengapa kau masih asik dialam mimpi ? bangunlah. Banyak orang
merindukanmu disini” kataku sambil membasuh wajahnya dengan sehelai handuk
kecil. Setiap hari aku datang dari pagi hingga sore unutk menjaganya,
merawatnya, dan menemaninya. Sore harinya aku pulang untuk membersihkan diri
dan beres2 rumah sebentar.
“siwon-ssi, cepatlah kau bangun. Aku harus kuliah tahu. Apa
kau ingin nanti aku tidak lulus dan harus mengulang dari semester pertama lagi.
Kau ini jahat sekali padaku.” Sambungku lagi. Aku berbicara padanya, namun ia
sama sekali tidak merespon apapun. Mengingatnya seperti ini membuat air mataku
jatuh lagi.
**
Besok ada ulangan bidang seni arsitektur. Aku bahkan belum
menyentuh buku sama sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk belajar dirumah sakit
bersama siwon. Aku pun mulai membuka selembar demi selembar kertas yang
tertempel rapi menjadi sebuah buku itu. Hingga 2 jam kemudian..
“baiklah, aku selesai. Kini saatnya untuk mengganti
pakaianmu.” Kataku.
**
“Siwonn.. akhir bulan ini sudah ujian kelulusan. Kau bahkan
belum belajar apa2. Bagaimana kalau kau tidak lulus? Makanya cepatlah bangun.
Aku akan mengajarimu semuanya.”
Aku yang sedang mengganti rangkaian bunga disamping tempat
tidur siwon tiba2 melihat jarinya bergerak dan mendengar mesin pendeteksi
jantung berbunyi nyaring. Kulihat langsung dan, gelombangnya bergerak naik
turun dengan tajam. Segera aku berlari keluar memanggil dokter untuk
memeriksanya.
“ia sudah melewati masa komanya. Tapi ia belum sepenuhnya
sadar” kata dokter.
Aku sangat senang. Akhirnya, setelah satu minggu ia
terbaring tak sadarkan diri dirumah sakit, ia bisa sadar juga.
“hyee..n..na-ssi” kata pertama yang aku dengar setelah
minggu terakhir ini ia tertidur. Ia memanggil namaku. Aku langsung duduk
dikursi tepi ranjangnya dan menggemgam tangannya erat.
“ne. Siwon-ssi” jawabku
“s..sarang..haee”
kataya sambil tersenyum. Ahh.. senyum itu. Mengapa ia terlihat tampan
jika tersenyum dalam keadaan seperti ini sih ? apa mungkin karena sudah lama
aku tidak melihat senyum manisnya itu , sehingga aku merindukannya dan ketika
ia tersenyum barusan kukatakan ia tampan ?
Aku pun hanya tersenyum. Ini bukan waktunya mengatakan hal
seperti itu, menurutku. Pulihkan saja dulu keadaannya, masalah itu lain waktu
bisa dibicarakan lagi.
“jeongmal saranghae, nae yeojachingu dwejullae ?” tanyanya
membuatku kaget. Namun ekspresiku kujadikan sebisa mungkin agar tak terlihat
kaget.
“pulihkan dulu kesehatanmu” aku hanya menjawab itu. Ia pun
menurunkan sedikit bibirnya sudah terangkat lebar karena tersenyum mendengar
jawabanku barusan. Dasar konyol, dalam keadaan seperti ini masih berani
menyatakan cinta.
•
• •
Tidak ada komentar:
Posting Komentar