Senin, 14 Mei 2012

Mianhe, Heechul Oppa


Author : Admin petals
Title     : Mianhe, Heechul oppa
Genre  : sad ending, one shoot
Cast     : Kim Heechul, Choi Jin Ri (sulli-fx), another cast
“hyung.. jangan lupakan dia. Tapi kenanglah dia. Percayalah padaku, sekeras apapun itu, kenanglah dia karena memang itu seharusnya. Jika kau berusaha melupakannya, itu akan membuatmu semakin ingat , tak bisa melepaskannya dan hanya akan menyakiti dirimu saja” kata yesung mencoba untuk menasihati hyung-nya yang sedang patah hati.
Heechul hanya bisa duduk termenung. Di dalam dorm tidak ada siapa2. Heechul memang pandai menyembunyikan perasaannya kepada member lain. Ketika member lain pergi dan hanya tinggal yesung yang sedang bermain dengan kura2 nya, heechul tak lagi bisa menyembunyikan perasaannya. Yesung yang diam2 sedari tadi memperhatikan heechul akhirnya menghampirinya, menanyakan dengan jelas apa yang terjadi hingga heechul menceritakan segalanya.
Tiba2 suara ponsel heechul berdering..
“heechul-ssi ? kau heechul kan ?” seseorang berbicara dengan panik disana.
“ne. Neon heechul. Mworago ?”
“kau cepat lah kemari wanita yang memiliki ponsel ini kecelakaan parah dan sekarang koma. Kau harus segera kemari” katanya.
“MWOOO ??? sekarang ia dimana ?” tanya heechul panik
“sekarang ia sedang di busan, tepatnya rumah sakit setelah beberapa kilometer memasuki kota busan. Kau cepatlah kemari” katanya
“ne!” jawab heechul
Heechul segera meraih jaketnya dan kunci mobilnya. “hyung.. kau mau kemana ?”
“kau tetaplah di dorm. Aku harus ke busan sekarang. Akan kukabari nanti” katanya segera pergi meninggalkan yesung yang terdiam seribu kata karena tercengang.
Kim Heechul’s pov
Aku khawatir dan cemas dengannya. Demi apapun itu Tuhan, tolong lindungi dia. Walaupun ia sudah mencampakkan ku seperti ini, aku tetap tidak akan rela ia pergi begitu saja. Walaupun aku harus merasakan sakit yang lebih dalam lagi, asalkan kau memastikannya baik2 saja, tidak ada masalah bagiku untuk kau melakukan apapun padaku. Ia telah mencampakkanku, dan aku ingin ia bahagia setelah ini. jangan membuatnya menerima cobaan yang berat lagi. Kumohon...
Aku dengan kecepatan penuh, aku segera menancap gas mobilku untuk pergi ke busan untuk melihat keadaannya. Memang terdengar konyol, apabila aku mengebut dan aku juga mengalami kecelakaan, bukankah sama saja seperti film romeo dan juliet yang dua burung merpati merajut cinta malah mati bersama dan tidak ada satupun diantara mereka yang hidup, namun aku tidak memikirkan itu lagi. Semua yang ku mau hanyalah melihatnya. Secepatnya!
Dan akhirnya setelah berjam-jam menuju perjalanan dari seoul ke busan, aku sampai. Tepat dirumah sakit yang disebutkan. Aku segera menuju resepsionis dan menanyakan pasien yang kucari sedang dirawat diruang berapa. Aku segera berlari menuju lift dan menekan sebuah tombol.
“apa kau keluarganya ?” tanya seorang pria bersama seorang dokter. Dengan cepat aku menjawab,
“ne!”
“ia kritis dan sekarang koma. Ia membutuhkan banyak darah. Mian, ia menjadi kritis seperti ini karena aku baru bisa menolongnya 30 menit setelah kecelakaan”
“ambil saja darahku. Darahku cocok dengan darahnya” kataku. Dokter dengan cepat membawaku ke ruang donor darah dan aku terasa lemas. Tubuhku langsung terasa terkulai lemas dan pucat.
“kau harus banyak istirahat. Darahmu banyak diambil” kata dokter, aku hanya bisa mengangguk kecil.
Setelah seharian aku terbaring diranjang rumah sakit, akhirnya aku beranjak dari tidurku dan berjalan menuju sebuah ruangan. Aku belum berani masuk. Kuintip samar2 lewat kaca pintu seorang gadis yang sangat berarti dan telah mengubah seluruh hidupku terbaring lemah dan tak sadarkan diri. Hatiku terasa ngilu dan pilu. Seperti dirobek oleh sesuatu yang begitu tajam. Sangat sakit...
“jin ri.. jebal.. bangunlah.” Batinku.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk. Kulihat perban diseluruh kepalanya dan lengan mungilnya. Alat pendeteksi jantung yang bergerak sangat pasif membuatku makin sakit. Kapan kau sadar choi jin ri ? kau sudah menyakitku, mengapa kau lakukan lagi dengan keadaanmu yang perlahan membunuhku seperti ini ? aku meneteskan airmata.
Aku berjalan pelan keluar kamarnya dan menghampiri ruangan dokter yang menanganinya,
“dok, aku bersedia melakukan apapun deminya. Kumohon selamatkan dia”
“mian heechul-ssi, aku dan seluruh dokter disini hanya bisa melakukan yang terbaik untuknya. Sisanya serahkan saja kepada Tuhan.” Jawab pria setengah baya itu dengan pasrah. Karena tak ada lagi yang dibicarakan, akhirnya aku keluar dari ruangannya.
Aku kembali keruangan itu, ruangan dengan bau yang khas
“aku akan menunggumu jinri-ah.. sampai kapanpun” aku pun hanya terduduk lemas dikursi tepi ranjang. Menatap wajah putih pucatnya. Sesekali mencium punggung tangannya.
**
“jin ri-ah.. ayoo bangun. Sudah berapa hari kau tidur. Dasar babo. Mengapa kau berani melakukan ini padaku. Awas saja kalau kau bangun nanti, akan ku pukul keningmu yah” kataku sambil menarik gorden jendela agar sinar dan hangat mentari masuk dan membangunkannya.
Beberapa hari kemudian..
“heechul-ssi.. keadaan jin ri tampak membaik. Akan tetapi...”
Seorang dokter yang sudah kukenal tiba2 menghampiriku yang sedang duduk membaca buku menemani yeoja yang tertidur pulas disampingku dan ia mengatakan kalimat barusan. Membuatku sangat penasaran dengan kelanjutan kalimatnya.
“ia akan mengalami amnesia dan ia membutuhkan darah lebih” sambungnya.
Mataku membulat sempurna seolah tak percaya. Sudah kukatakan sejak beberapa waktu lalu, aku akan melakukan apapun deminya.
“lakukan yang terbaik dan ambil darah saya” ucapku tegas.
“mian heechul-ssi. Saya tidak bisa. Darahmu sudah banyak diambil, kalau darahmu didonorkan padanya lagi kemungkinan besar kau yang akan menggantikannya terbaring lemah disini”
Emosiku tiba2 tidak stabil dan meluap. Kucenkram keras kerah baju bagian depannya.
“kukatakan ambil darahku” kataku tegas. Ia kemudian hanya pasrah dan mengangguk. Aku mengikutinya keruang donor darah lagi.
Beberapa menit kemudian...
“heechul-ssi, kau harus tetap disini dan makan obat ini jika kau ingin tubuhmu baik2 saja.” Kata dokter sambil menyodorkan sebuah botol mungil dengan tablet merah didalamnya dan kuyakin itu adalah obat penambah darah.
“gomawo”
Kepalaku terasa pening berat. Aku memegang kepalaku kuat dan penglihatanku buram. Tubuhku lemah dan aku tak sadarkan diri lagi.
**
Terakhir ku ingat aku hanya terbaring lemah disebuah ranjang yang tak begitu empuk. Lantas, dimana aku ini ? perlahan ku coba membuka kelopak mataku yang masih terasa sangat berat dan owhhh.. kepalaku .. seperti ditindih berpuluh puluh kilogram besi. Benar2 pusing dan sangat berat. Mataku yang tak sepenuhnya terbuka menangkap samar2 sesosok manusia. Aku menyipitkan mataku agar bisa melihatnya jelas. Hmm.. aku melihat seorang wanita yang sedang duduk dikursi roda.
“hmm ...” gumamku
“kau sudar sadar ?” suara lembutnya, aku mengenal suara ini. terngiang jelas terakhir aku mendegar suara ini beberapa minggu yang lalu dan sekarang aku kembali mendengarnya.
“gomawo kau sudah berbaik hati mendonorkan darahmu untukku. Hmm.. apakah kita saling mengenal sebelumnya ?” tanya yeoja itu dengan senyum manisnya. Ahh... hatiku.. perasaanku.. lagi2 sakit yang kurasakan. Namun aku tidak mungkin memperlihatkan itu padanya, kalian pikir sekonyol apa aku ini. aku berusaha mengulas sebuah senyum sumringah di bibirku.
“ne, cheonma. Kita belum pernah bertemu” ucapku dengan begitu lancarnya. Akui saja, aku memang pandai menyembunyikan kebohongan. Dan mungkin aku patut bangga akan hal itu.
Choi Jin ri’s pov
Kami sempat terdiam tenggelam ditengah kecanggungan dan kekakuan atmosfir ruangan ini. kami sibuk dengan pikiran masing2 dan tidak ada satupun dari kami yang ingin membuka pembicaraan kami. Tentu saja, aku tidak mengenalnya, lantas apa yang ingin aku tanyakan. Tiba2 saja kepalaku terasa ngilu dan semakin aku melihatnya, otakku serasa bekerja lima kali lebih keras,
“kembalilah ke kamarmu dan istirahatlah yang cukup” katanya spontan dan langsung turun dari ranjangnya untuk membawaku kembali kekamarku. Perasaanku seakan ada yang ganjil. Aku seperti mengenal orang ini, namun baru beberapa menit aku hanya sedikit mencoba mengingatnya saja membuat kepalaku seakan ingin koyak.
“tidak perlu diingat. Jangan memaksakan dirimu” ucapnya yang membuatku bertanya-tanya apa maksudnya. Ia pergi meninggalkanku yang masih kesakitan memegangi kepalaku dan membuatku penasaran.
Kim Heechul’s pov
Aku.. benar2... terasa lemas... apa yang terjadi pada tubuhku ? akhirnya aku pulang ke hotel yang sudah beberapa malam kutinggal. Aku terkejut ketika aku melihat yesung dan siwon sudah berada di lobby.
“hyung.. neon gwenchana ? bagaimana dengannya ?” tanya siwon langsung
“siwon-ah.. jangan berkata seperti itu dulu, heechul hyung sedang memerlukan istirahat banyak. Ayo kita bawa dia kekamarnya” ketus yesung segera.
Setelah sampai dikamarku, aku mengaduk saku celanaku untuk mencari ponselku, dan akhirnya aku menemukannya. Aku mencoba menghubungi salah satu manajerku untuk mengatakan keadaanku sekarang. Siwon dan yesung yang sedang berbicara berdua dipojok ujung kamar dekat sana tidak memperhatikan apa yang kulakukan. Tak kusangka, tubuhku bisa selemah ini. bahkan memegang ponselku pun aku tak kuat.
BRUUKK!
Tubuhku terhempas ke lantai karena ponselku yang juga barusan terjatuh. Suara keras tadi berhasil membuat yesung dan siwon segera menghampiriku. Aku sadar akan sesuatu.
“yesung-ssi, siwon-ssi, jangan pernah memaksa jin ri untuk mengingatku lagi. Tidak apa2, biarkan dia melanjutkan hidup barunya. Serahkan ini kepadanya. Berjanjilah padaku” kataku dan langsung pingsan karena tak kuat menahan sakit. Tanganku tergeletak lemas dilantai setelah memberikan secarik kertas putih polos itu.
--
“hyuunnggg.... kau kenapa ?” siwon panik dan segera membawa heechul kembali kerumah sakit.
Yesung menyimpan kertas polos itu pada sakunya dan ikut mengantar siwon ke rumah sakit. Heechul segera dibawa ke UGD.
“dok, bagaimana dengan heechul hyung ? ada apa dengannya”
Yesung segera bertanya secara bertubi tubi setelah satu jam dokter masih asik berkutat didalam ruang emergency. Dokter hanya menggeleng. Apa itu maksudnya ? menggeleng ? dengan pasrah ?
“dok, tolong jangan bercanda!” bentak siwon mulai tak bisa mengontrol emosinya dan matanya mulai panas
“daya tahan tubuhnya begitu lemah. Ia mendonorkan beberapa liter darah beberapa waktu lalu dan ia tidak meminum habis pil obat yang kuberikan untuk memperkuat dirinya sekaligus menambah eritrosit nya. Akibatnya dengan cepat sel darah putih menguasai tubuhnya dan ia sudah divonis terjangkit kanker darah atau leukimia” jelas dokter panjang lebar.
“lalu apakah ia masih bisa bertahan ?”
“kemungkinan kecil. Daya tahan tubuhnya tidak kuat. Ia bisa bertahan hingga besok saja sudah keajaiban. Dan kurasa mungkin alat2 medis kami juga tidak bisa membantunya banyak. Berdoalah.” Tutup dokter segera pergi. Yesung dan siwon hanya bisa terdiam. Tak tahu harus melakukan dan berkata apa selain melangkah masuk melihat hyung mereka yang sudah tak berdaya dan beberapa waktu lagi akan meninggalkan super junior dan dunia.
“hyung.. bangunlah. Kuyakin kau pasti kuat.” Suara berat yesung bercampur dengan isak tangisnya memenuhi seluruh ruangan ICU. Tiba2 seseorang masuk. Siwon sontak menoleh dan tenryata wanita kursi roda itu. Ia terperangah dan tidak mengedipkan matanya sama sekali.
“aku sudah tahu semuanya dari dokter. Jeosong hamnida heechul-ssi. Maaf aku tidak bisa mengingat mu dan aku hanya bisa berterima kasih atas segalanya yang telah kau berikan” katanya lembut sambil mengeluarkan airmata. Seluruh perasaannya kini diselimuti perasaan bersalah. Mengapa ia harus hilang ingatan dan tak bisa mengingat sama sekali mengenai pria baik itu ? pria yang datang bagaikan malaikat yang mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan hidupnya. Isak tangisnya semakin meledak.
“ini.. jangan kau buka kalau ingatanmu belum pulih. Itu pesannya, kalau kau melanggarnya, berarti kau tidak pernah menghargainya dan ia akan menyesal telah menolongmu” kata yesung sambil menyodorkan kertas yang dititipkan heechul tadi.
“ne. Naneun yakseok handa” jawabnya sambil mengusap wajahnya yang basah dan perlahan mendorong kursi rodanya keluar ruangan itu.
Yesung dan siwon masih betah tinggal didalam ruangan itu. Memerhatikan setiap inci wajah heechul yang sangat putih pucat. Siwon memegang telapak tangannya dan ia refleks melepaskannya lagi.
“hyung, tangannya sangat dingin” kata siwon dan langsung meraba leher serta denyut jantung yang juga berada dibelakang leher dan..
TTTTTIIIITTTT!!!!
Suara mesin itu berbunyi nyaring secara datar dan pasif. Yang tandanya...
“hyunggg!!!! Jangan pergii !!” teriak yesung mulai menangis dan tangannya sibuk mengguncang tubuh heechul memaksanya untuk bangun. Sedangkan siwon sibuk keluar ruangan dan berteriak meminta tolong kepada dokter dan suster. Dan setelah dokter sampai, dokter hanya bisa terdiam pasrah, mencabut semua alat medis termasuk alat nafas dan jarum infus serta menaikkan selimut menutup seluruh tubuh heechul.
“selamat jalan heechul-ssi.. kau orang yang paling mulia yang pernah aku temui” kata dokter memberikan hormat dengan membungkukkan badannya 90 derajat pada heechul.
Kim Heechul’s pov
Ya, dan disinilah. Aku disebuah alam dimana penuh dengan ketenangan dan jauh dari manusia dimuka bumi. Aku sudah pergi. Pergi untuk tidur yang panjang dan lelap serta tak akan kembali lagi. Gomawo untuk semua yang telah datang ke hidupku. Eomma, appa, eonnie.. termasuk super junior. Kalian tahu, pernah melewati kebahagiaan dan kepahitan bersama super junior adalah suatu kehormatan yang tak  pernah bisa diungkapkan olehku. Mereka, saudaraku yang sempat singgah dikehidupanku walaupun tak lama. Hanya sekitar kurang lebih 8 tahun. akan tetapi mereka mengajariku dan membuatku belajar banyak bagaimana menghargai dan menyayangi sesama. Terutama untuk wanita itu. Choi Jin Ri, seorang wanita yang datang, menetap, dan pergi dari hidupku begitu saja tanpa kuinginkan. Kehadirannya membuatku mengerti arti pengorbanan yang sesungguhnya. Dimana pengorbanan bukan hanya berupa materi , namun juga fisik dan batin. Aku tidak kesal bahkan sampai membencinya karena detik2 dimana aku akan pergi, ia bahkan tidak mengingatku sama sekali. aku bahkan merasa bahagia, seorang kim heechul yang dulunya tidak peduli dan suka berkelakuan kasar kepada siapapun, kini bisa mengorbankan hidupnya untuk seseorang yang sangat berarti baginya. Merelakannya demi kebahagiaannya sudah cukup bukan ? apalagi tadi, beberapa menit yang lalu, aku mendengar ia mengatakan sesuatu padaku.
“Jeosong hamnida heechul-ssi. Maaf aku tidak bisa mengingat mu dan aku hanya bisa berterima kasih atas segalanya yang telah kau berikan”
Kalimat itu masih melekat dan terngiang ditelingaku. Benar2 jelas. Aku hanya bisa melewati jembatan ini untuk menuju menghadap Tuhan dengan airmata bahagia yang tak bisa lagi kubendung. Kubiarkan tetasan bening itu jatuh mengalir bebas melewati pelupuk mataku.
“Choi Jin Ri, gomawo kau sudah sempat singgah dihati dan hidupku. Aku kan selalu mengingatmu sampai kapanpun. Kau tenang saja, aku akan memohon kepada Tuhan untuk selalu menjaga dan memberikan yang terbaik untukmu. Termasuk semoga dikehidupan selanjutnya kita bisa bertemu lagi dan aku benar2 bisa membahagiakanmu”
                                                •                             •                             •
Choi Jin Ri’s pov
Dan disinlah aku. Duduk sendiri dibalkon rumahku sambil memeluk lutut. Dipagi fajar seperti ini bahkan ayam pun belum berkokok melakukan tugasnya membangunkan para manusia serta matahari yang masih tertidur lelap. Aku terjaga ditengah subuh gelap seperti ini mengahbiskan malam yang tersisa. Mataku menatap dan menerawang jauh ke arah langit yang hampa dan tak terbatas. Tidak ada satupun hiasan indah yang bertengger dilangit. Aku hanya menatapnya dengan penuh senyuman. Secarik kertas yang kugenggam erat dan tak kubiarkan siapapun menyentuhnya, termasuk angin sepoi yang berhembus kencang menerpa rambutku yang kugerai lepas. Aku membukanya perlahan.
Choi Jin Ri..
Apakah ingatanmu sudah kembali . kukatakan jangan membuka kertas ini sebelum ingatanmu pulih bukan ? kalau kau tidak menurutiku, aku akan mengetahuinya. Jadi jangan coba2 membohongiku yah, yeoja pabbo.
Jin ri.. walaupun kau sudah bahagia dengan orang lain disana, ingatlah satu hal, aku berbahagia selama kau bisa mengulas sebuah senyum lebar nan indah yang asli dari hatimu. Terima kasih atas jangka waktu empat tahun milikmu yang telah kau habiskan bersama denganku. Aku akan mengingat semuanya disini, dialamku sendiri. Aku janji. Jangan meneteskan airmatamu untuk apapun yang tak layak kau tangisi.. juga jangan mencoba melupakanku, aku yakin kau tidak akan  bisa :p tapi kenanglah aku dihatimu, mengingatku sebagai memori hidup milikmu yang terindah. Aku akan tetap mencintaimu. Sampai kapanpun itu, aku akan mendoakanmu dari atas sana untuk yang terbaik bagimu.
Saranghae, Choi Jin ri..
Kim Heechul

Mianhe heechul oppa, aku tidak bisa tidak menangis. Mengingatmu saja sudah membuat mataku membendung air yang tak bisa lagi kukontrol ini dengan susah payah. Tapi tenanglah, ini bukan airmata kesedihan. Ini airmata terharu. Terharu dan bahagia dimana aku bisa mengingat dan mengenang semua tentangmu. Semuanya dan tak ada yang terlewatkan, batinku.
Dan kini aku kembali termenung, mencengkram kertas itu kuat. Mungkin hampir robek karena kertas itu sudah bercampur airmata hingga lunak dan kini ku pegang erat. Aku tidak bisa membohongi diriku lagi, airmata yang jatuh ini mengandung sedikit rasa sakit dan penyesalan. Penyesalan yang amat teramat dalam dari lubuk hatiku. Mengapa aku harus melupakannya karena kecelakaan konyol itu ? seandainya aku tidak mengalami kecelakaan, aku bisa kembali kepadanya dan mengatakan bahwa pria itu brengsek. Pria yang membuatku mencampakkan heechul oppa. Aku dalam perjalanan menuju seoul dari busan setelah aku dibohongi oleh han geng. Dasar pria China brengsek! Aku membencinya seumur hidupku.
Tapi sudahlah, yang penting sekarang aku bahagia ia telah tenang dialam sana dan aku dapat mengenangnya jelas diotak dan hatiku. Semua tentangnya akan kususun rapi disetiap sekatan sudut hatiku.
“MIANHE HEECHUL OPPPAAAAAA ! SARANGHAAAAEEEE !!!!” teriakku pada langit luas berharap ia mendengarkanku.
“yongwonhi saranghae choi jin ri”

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar