Author : admin petals
Title : come to
me tonight, please
Genre : sad ending, oneshoot
Cast : Kim Jong
Woon (yesung), Lee Ji eun
Malam ini, aku hanya bisa terdiam. Mengharapkan ia kembali. Duduk
bergeming hening di kursi trotoar. Memeluk dan menghangatkan diriku sendiri. Salju
yang berguguran dari langit tampak begitu indah. mendinginkan hatiku yang
begitu perih, panas, dan terluka. Memohon dengan amat dan sangat agar Tuhan
mengembalikannya padaku. Juga mengingat kejadian tujuh hari silam yang terjadi
tepat di tempat ini. tepat diwaktu ini.. Kuharap ia kembali, jebal....
-flashback-
Seorang yeoja yang sedang berjalan ditengah kesendirian nya
dimalam hari menyusuri trotoar yang hanya ditemani lampu jalanan yang remang
remang dan tak begitu terang.
“ji eun! Tunggu!” teriak seorang dengan suara berat dari
sebrang jalan dan mencoba berlari menyebrang jalan menghampiri ji eun.
“YESUNG OPPA!!!!”
BRUUKKKK !
Telat sudah. Sebuah truk bermuatan 75 ton menabrak tubuh itu
dan terhempas jauh. Lee ji eun melihat dengan mata kepalanya sendiri kejadian
ironi itu. Ia hanya bisa menangis dan menangis segera ia berlari kencang
menghampiri tubuh yang sudah tak berbentuk itu.
“yesung oppa! Tolong.. Tolong..” teriak ji eun sekuat
tenaga.
Ditengah malam yang begitu gelap, bahkan bintang dan bulan
pun tak nampak. Yesung, pergi begitu saja. Nyawanya tiba2 dipanggil oleh Tuhan
lewat sebuah truk. Ji eun hanya bisa menangis pasrah. Berteriak minta tolong. Memeluk
erat pria itu. Tangannya bercampur darah yang keluar dari kepala yang bocor dan
ubun-ubun kepala namja itu terbelah dua. Dadanya terasa beggitu lunak dan tak
bertulang. Tulang rusuknya sudah hancur berkeping-keping, termasuk denyut
jantungnya yang telah berhenti karena jantungnya pecah. Ji eun memeluk yesung
kuat, menempelkan wajahnya pada wajah namja itu. Membuat sekujur tubuhnya
dipenuhi oleh darah. Bahkan wajah putihnya yang dibasahi airmata.
“yesung oppa ! jangan pergi. Bangunlah!! Kau tidak bisa
meninggalkanku sendiri disini” ucap ji eun. Tangisnya semakin menjadi.
“ji eun.. ss...sa..rang...h..ha..e” ucapnya lirih.
Benar2 suatu keajaiban besar. Ia masih sempat mengucapkan
kalimat itu. Ya, cinta! Kata cinta yang memiliki kekuatan yang begitu kuat dan
mistis. Ia bahkan masih sempat dan diberi waktu oleh Tuhan untuk mengucapkan
kalimat penting itu pada orang yang benar2 ia cintai.
“oppa.. jangan pergi. Bertahanlah! Kau akan selamat. Aku akan
segera membawamu ke rumah sakit. Bertahanlah sebentar”
“a...aku mau p..pulang” jawabnya.
Tiba2 sebuah taxi lewat dan ji eun segera meminta tolong
pada ahjussi taxi itu untuk mengantarkan mereka pulang. Ahjussi bahkan menangis
dan membantu ji eun mengangkat tubuh yang tak berdaya itu untuk masuk ke taxi.
Setelah sampai dirumah yesung, ji eun dan ahjussi segera
memikul yesung untuk masuk kerumahnya. Eomma, appa, dan jong jin begitu shock. Eommanya
bahkan hampir pingsan. Airmata mengalir deras dari pelupuk mata indah eomma
yesung.
“jong woon-ah” panggil eomma lirih.
“appa, tolong nyalakan lampunya. Mengapa gelap sekali ?”
tanya yesung.
Sebenarnya yesung telah pergi. pergi untuk selamanya karena
namanya telah diambil oleh Yang Maha Kuasa. Namun, Tuhan terlalu baik padanya.
Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk berbicara pada orang2 yang begitu ia
sayangi. Oleh karena itu, ia melihat bahwa semuanya gelap.
“mengapa panas sekali ? tolong nyalakan kipasnya jong jin-ah”
ucapnya lagi.
Semuanya yang mendengar ucapannya ahnya terdiam tanpa
bergerak sedikitpun. kepala yesung ditidurkan pada paha appanya. Terkulai lemas
dan tak berdaya.
“hyung.. jangan pergi meninggalkanku. Aku masih
membutuhkanmu hyung..” ucap jong jin dengan penuh kesedihan
Eomma nya hanya bisa terduduk lemas. Mengelus lembut rambut
yesung.
“eomma, appa, jong jin, aku menyanyangi kalian”
Setelah kalimat terakhir yang diucapkan yesung dalam keadaan
terpejam, ia terlihat seperti tertidur. Tidur dengan tenang, untuk jangka waktu
yang panjang dan mungkin tidak akan kembali lagi. Semua kenangan ini, ia bawa
pergi. Mengingat semua memori indah yang pernah ia alami selama ia hidup
didunia. Bersama keluarganya, ji eun, member super junior.
Yesung’s pov
Tuhan, hari ini aku datang menghadapMu. Aku tidak marah kau
memanggilku sebegitu cepatnya. Aku juga tidak membencimu karena kau membuatku
kehilangan orang2 yang aku sayangi. Mungkin memang sudah waktunya. Aku juga
ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih kau telah memberikanku kesempatan
untuk berbicara pada orang yang amat sangat kusayangi untuk terakhir kalinya. Jeongmal
gomawo. Aku janji, karena kau sudah begitu baik padaku, aku akan menjadi
malaikat yang baik dan menolong manusia dibumi. Namun aku memiliki satu
permintaan padaMu, Tuhan.
“apa itu ?”
“izinkan aku untuk turun ke bumi untuk menemui seseorang
setelah tujuh hari aku meninggal dunia.” Pintaku pada Tuhan
“baiklah. Tapi kau harus ingat. Kau hanya boleh turun ke
bumi sebelum matahari muncul yaitu tepat pada pukul 6 pagi. Jika kau
melanggarnya, jiwamu akan hilang dan kau tidak bisa lagi memantau orang yang
kau sayangi dari atas sini”
“baiklah. Terima kasih” jawabku
-flashback end-
Ji eun baru saja pulang dari pemakaman yesung. Tepat hari
ini adalah hari ketujuh meninggalnya yesung. Ia begitu sedih. Jujur saja, ia
masih belum rela dan belum siap ditinggalkan oleh yesung, namja yang begitu ia
cintai.
“ini terlalu cepat.. begitu cepat.. Tuhan, tolong! Aku ingin
bertemu dengannya untuk sekali saja. Izinkan aku. Aku belum pernah mengatakan
kata ‘saranghae’ padanya. Selalu ia yang mengatakannya padaku.”
“setiap malam aku merasa bersalah. Aku begitu mencintainya
nya. Namun entah mengapa, semasa ia masih disisiku, aku tidak pernah yakin
dengannya. Hingga hal itu membuatku tidak pernah mengutarakan perasaanku yang
sesungguhnya padanya. Yesung oppa.. jeongmal mianhe. Aku sangat mencintaimu. Kuharap
kau dengar ini oppa..” batin ji eun
“nado saranghae ji
eun-ah.. kau tidak perlu mengatakannya. Aku sudah tahu. Kau harus merelakan ku
pergi ya. Jangan bersedih. Aku tetap bersama mu. Aku selalu melihatmu dari
atas. Kau saja yang tidak tahu :P”
Akhirnya karena semakin malam salju turun semakin deras, ji
eun memutuskan untuk pulang. Ia tidak mungkin membiarkan dirinya mati beku
disini. Berjalan, setapak demi setapak hingga ia sampai dirumahnya. Ia segera
menaikki tangga dan menuju kamarnya. Sudah pukul 9 malam. Ia hendak tidur,
namun ia tak kuasa. Ia takut, jika ia tidur yesung akan datang dan tak tega
untuk membangunkannya hingga ia tidak berkesempatan untuk berbicara pada
yesung. Ia hanya mengganti pakaiannya, berjalan menuju ranjang, berbaring
kearah kiri dan memeluk guling. Ia masih tak memejamkan matanya. Menatap lurus
kearah cermin yang ada didepannya.
BLUSSHHH.....
Tiba2 ia melihat sebuah kabut putih yang melewati cerminnya.
Ia kaget. Segera ia terduduk dan panik. Menerawang ruang kamarnya. Melihat kesetiap
sudut.
“apa itu tadi ?” tanyanya dalam hati
“ini aku, Lee Ji eun..”
terdengar suara serak seorang pria.
Ji eun’s pov
Aku panik dan terkejut. Suara siapa tadi ? aku mendengarnya,
namun masih samar samar. Dan anehnya aku seperti melihat wave putih melewati
cermin besarku. Aku berdiri mendekati jendela dan menutupnya rapat. Malah eomma
dan appa sudah tidur dan kamarku jauh dari kamar mereka. aku takut. Sangat takut.
“tak perlu takut. Ini aku.
Orang yang sudah berubah menjadi malaikat sekaligus orang yang selalu kau
panggil tiap malam. Dan kini aku datang ji eun.. lihatlah pada cermin. Aku disini”
katanya samar. Aku merasakan hawa dingin yang menyeramkan. Dengan perlahan,
kucoba menatap cerminku. Berjalan mendekati cermin dan memberanikan diri untuk
berdiri dihadapan benda aneh itu. Setelah berdiri tepat didepan cermin, aku
tidak melihat apapun. Kumiringkan kepalaku dan tetap saja hanya bayanganku yang
terlihat.
“lebih fokus .. aku
disini..”
Aku menyipitkan mataku dan juga mengerutkan keningku dan
tiba2..
BLUSSHH....
“whoaaaaaaa !!!” teriakku dan langsung jatuh terduduk
ditempat tidur ku.
“sshhhh... jangan berteriak”
“keee...kaaa...kauuu ?” aku benar2 tak percaya ini
“ne! Benar. Aku yesung oppa!” katanya sambil tersenyum lebar
padaku. Aku tak bisa menahan airmataku. Antara rasa bahagia, takut, terharu,
dan semuanya bercampur menjadi satu. Hanya satu yang kuinginkan, memeluknya.
“oppa..” panggilku lembut
“hmm ?” tanya nya manis.
Perlahan dari bayangan dicermin, ia mengangkat kakinya dan
keluar melalui cermin besarku itu. Tubuhnya tampak putih bersih dan masih
terlihat seperti agak kabur.
“saranghaeyo”
Ia tak berkata apapun selain tersenyum. Ia menangis. Aku berjalan
mendekatinya. Ketika kau mencoba menyentuh wajahnya, kosong. Aku tidak
menyentuh apapun.
“oppa, bagaimana caranya agar aku bisa menyentuhmu ?”
tanyaku dan sangat berharap ada cara untuk memeluknya. Bahkan kalau diijinkan,
aku ingin mencium bibir manisnya.
“cium aku. Maka kau akan mampu untuk menyentuhku” katanya
dengan tatapan jahil namun senyum yang begitu manis. Mataku terbelalak kaget. Menyentuhnya
saja aku tidak bisa, bagaimana untuk menciumnya.
“lakukan saja” katanya sedikit memaksa.
Akhirnya dengan pikiran ku yang juga agak sedikit bodoh dan
dengan mudahnya mempercayai malaikat aneh itu, aku pun berjalan mendekatinya. Mendekati
wajahnya dan memejamkan mataku. Aku tidak ingin melihat wajahku dicermin yang
akan tersipu malu ketika aku sudah ingin menciumnya, namun yang kurasakan hanya
hampa.
Chuu...
Apa ?! aku benar2 menciumnya ? apakah ini benar ? aku? Bisa mencium
hantu ? maksudku malaikat aneh yang satu ini ? perlahan kubuka mataku dan aku
kini melihat pipi kirinya yang mulus. Aku benar2 merasakan sesuatu menempel
dibibirku. Aku tidak tahu ini nyata atau tidak. kalau nyata, aku tidak akan mempercayainya.
Kalau tidak nyata, bagaimana bisa aku merasakan sesuatu menempel dibibirku ?
Setelah beberapa saat, sesuatu kurasakan bergerak dibibirku.
Gerakan yang begitu lembut membuatku mengikuti gerakan itu.
Hingga kurasakan 2 menit kemudian..
Sepasang tangan menyentuh pundakku. Aku berhenti menciumnya
dan,, didepanku benar2 YESUNG OPPA ! mata kami saling menatap lekat. Aku mengeluarkan
satu butir airmataku. Namun sebelum butiran bening itu jatuh membasahi pipiku, tangan
halus itu sudah lebih dulu menghapusnya dipelupuk mataku. Dengan cepat, aku segera memeluknya. Memeluknya
erat dan serasa tak ingin melepaskannya lagi.
“saranghae yesung oppa.. jeongmal saranghae.. bisakah kau
tinggal lebih lama bersamaku ?” bisikku
“nado saranghae lee ji eun.. mian , aku tidak bisa. Tapi jangan
khawatir. aku akan selalu berada di benakmu. Setiap kali kau mencoba berbicara
padaku melalui hatimu, aku akan berusaha menjawabnya.” Jawabnya penuh dengan
kelembutan. Suara ini, terasa sudah begitu lama aku merindukannya. Suara barito
yang khas, serak, namun selalu meneduhkan hati.
“gomawo yesung oppa kau sudah datang. Bogoshipeo...”
“nado.”
**
“lantas, kapan kau kembali kesana oppa ?” tanya ji eun pada
yesung yang kini keduanya sedang duduk dijendela, menatap bintang dan
menghabiskan malam bersama sebelum waktunya habis.
“satu jam lagi. Pukul 5 pagi aku harus segera kembali” jawab
yesung
“oiyah.. mian kalau aku tidak bisa sering2 berkomunikasi
denganmu nanti. Kau tahu, untuk berkomunikasi dengan manusia saja sangat sulit.
Membutuhkan kekuatan yang cukup besar. Belum lagi Tuhan tidak mengizinkan ku
sering2 berkomunikasi dengan manusia.” Sambungnya diselingi dengan tawanya yang
indah.
Ji eun hanya mengangguk. “lalu bagaimana keadaanmu disana selama
tujuh hari terakhir ini ?” tanya ji eun tiba2. Yesung menatapnya sekilas dab
beralih lagi pada langit.
“baik. Sangat baik. Aku merindukan eomma, appa, dan jong
jin. Tolong titipkan salamku pada mereka ya. Katakan pada mereka bahwa aku
merindukan mereka dan jangan mengkhawatirkanku. Kehidupanku yang baru baik2
saja. Jika aku diberi aku diberi kesempatan, aku akan memohon kepada Tuhan agar
aku dilahirkan kembali kedunia ini dan bertemu dengan kalian lagi” jelas yesung
panjang lebar. Matanya berkaca-kaca. Ia terharu, namun juga bahagia.
“oppa.. izinkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya. Maka aku
baru bisa tenang dan merelakanmu pergi”
Yesung menatap ji eun dalam dan penuh arti. Membuka kedua
lengannya lebar2 dan menyambut pelukan ji eun.
BLUSSHHH...
Lee ji eun’s pov
“selamat tinggal ji
eun-ah. Sampai bertemu nanti”
Suara itu lagi2 terdengar samar ditelingaku. Aku membuka
mataku dan aku hanya memeluk sebuah boneka kura2 besar. Entah itu darimana...
aku pun mengerti. Aku menatap langit dan melambaikan tanganku. Menatap kabut
putih yang perlahan menghilang tenggelam dalam luasnya langit.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar