Jumat, 25 Mei 2012

Please look at me, I still exist


Author : admin petals
Title     : Please look me, I still exist
Genre  : romance, little bit comedy, oneshoot
Cast    : Lee Donghae, Cho Kyuhyun,  Han Hyejin
Han Hye Jin’s pov
Aku bergeliat diatas kasur. Mencoba membuka mataku yang masih berat. Hangat dan sinar mentari mulai mengintip dari luar jendela menembus gorden kamarku. Sedikit heran, matahari bisa menembus gorden ku yang tebal ? aku tidak yakin..
“bangunlah, sudah pagii” suara itu mengganggu telingaku. Aku mencoba membuka mataku, dan ia baru saja mengecup lembut pipiku.
“aku sudah bangun. Sudah kukatakan jangan membuka gorden di pagi2 seperti ini.” jawabku ketus segera berjalan meninggalkannya ke kamar mandi dan mulai membasuh wajahku.
Aku baru ingat. Ya, beberapa hari yang lalu aku baru saja menikah dan ialah suami pilihan eomma-ku. Aku menatap wajahku sendiri lekat di depan cermin dan kemudian tersenyum sinis menatap pada wajahku di cermin karena aku sedang memikirkannya. Aku saja sangat bingung mengapa aku bisa menikahinya. Jelas2 aku tidak mengenalnya sama sekali. baru satu minggu aku kenal dangannya, pernikahan sudah digelar. Apakah menurut kalian itu wajar ? aku tidak mengenalnya, bagaimana aku bisa menikahinya ? terdengar cukup aneh, namun inilah hidupku. Diselimuti oleh keanehan dan kecangungan.
Aku turun dan menuju ruang makan. Perutku sangat lapar.
“sarapanlah. Aku sudah memasak makanan kesukaanmu, tempe orek, semur jengkol dan pete bakar.” Katanya lembut sambil menatap mataku langsung dan lekat. Aku benci tatapannya seperti itu padaku.
“aku tidak lapar” kataku ketus. Tanganku yang sedari tadi sudah memegang perut, ku pindahkan begitu saja, berbalik dan menuju kembali kekamar. Masuk kekamar dan menyibakkan selimutku dan kembali terlelap.
“hyejin-ah! Tunggu” panggilnya. Aku tidak menggubrisnya. Aku tidak peduli dengannya. Akhirnya ia masuk ke kamar ku. Oh, mungkin salah. Mungkin aku harus mengatakan ‘kamar kami’ , tapi sayangnya aku tidak suka mengatakan itu.
“apa kau tidak takut sakit maag ? makanlah” katanya.
Aku bergeming dalam selimut yang menutup hampir seluruh tubuhku. Ia pria yang baik, apakah pantas menikah denganku? Mengapa ia bisa begitu baik padaku ? konyol sekali.. mana mungkin ia bisa mencintaiku hanya dalam kurun waktu satu minggu. Kita lihat saja nanti, sampai kapan ia akan bertahan berlama lama menjadi suamiku. Palingan saja satu bulan lagi aku akan menerima surat perceraian darinya dan aku bisa bebas. Bebas mengejar cinta lamaku yang kulepas begitu saja karena kekeliruanku.
Akhirnya seharian aku hanya tertidur dikasur mengingat hari ini adalah hari minggu. Bagi para pengantin baru, seminggu setelah menikah adalah waktu paling tepat untuk membereskan perabotan rumah yang masih sedikit berantakan. Namun berbeda dengan pernikahan ku ini. siapa yang peduli dengannya ? entah mengapa melihatnya saja aku sudah muak. Muak dengannya dan muak dengan kehidupanku.
Malam hari..
Aku mendengar suara ketukan pintu. Apakah itu bunyi pintu kamarku ? aku menurunkan selimutku sedikit dan melihat siapa itu. Hah... dia lagi dia lagi...
“sudah seminggu aku tidur di sofa, rencananya aku akan tidur di kamar sebelah hari ini. namun kamar sebelah masih berantakan dan sedikit kotor. Aku ingin tidur disini.” Katanya
“HAA ?” tanyaku spontan dan segera menutup mulutku.
“kenapa ? kita suami istri kan ?” tanyanya membuatku malu.
“tapi kan kitaaa....” jawabku terbata melihatnya sudah mengambil posisi disampingku. Aku sedikit menjauhi tubuhku.
“sudah suami istri, belum yadongan, tidur disebelahnya saja tidak boleh” katanya pelan membuatku tak begitu mendengar jelas.
“apa kau bilang ?” tanyaku keras
“ah tidak, tadi ada kucing masuk pake daster trus bulunya di kepang”
“dasar cowo setress -_-” kataku
“apa kau bilang barusan ?!” tanya nya ngotot
“ani.. tadi ada monyet yadongan trus beranak ikan -_-” kataku segera menyibakkan selimut menutup tubuhku dan menghadap membelakanginya.
Dan akhirnya disinilah kami. Berada didalam atmosfir kecanggungan disebuah kamar pengantin. Aku menatap kosong dan lurus ketembok aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Dan aku tidak akan peduli dengannya. Rasa canggung dan gugup itu tidak bisa ditutupi lagi. Jantungku berdebar cepat membuatku susah payanh menelan air liurku sendiri.
“kau gugup ?” tanya nya memecah keheningan.
“ah tidak” jawabku singkat berusaha menyembunyikan suara gugupku. Aku mendengar ia tertawa halus.
Aku merasakan hawa yang sangat tidak enak darinya. apa yang sedang ia lakukan ?
“apakah kau masih belum bisa mencintaiku ?” pertanyaannya terdengar begitu serius. Perlahan aku berbalik dan menatapnya yang telah lebih dulu menatapku.
“jangan bercanda. Kita baru saja saling mengenal” kataku tanpa menatap matanya yang bulat. Kurasa ia menatapku tajam dan intens. Tatapannya, sudah kukatakan aku membenci tatapan tajamnya itu. Seolah memojokkanku dan selalu memaksaku untuk menerimanya. Ketika aku menatap matanya, hatiku seakan luluh begitu saja, namun aku tidak mau dan tidak akan membiarkan hatiku luluh hanya keran tatapannya. Aku masih mengharapkan itu. Sebuah harapan kosong yang tak pernah bisa kugapai namun aku tetap menungggu kesempatan itu datang.
“bagaimana kalau aku katakan aku mencintaimu?”
Aku hanya menyeringai lebar dan ia tahu itu. Aku tidak menjawabnya dan kurasa ia tak begitu bodoh untuk mengetahui maksudku. Ia kan pemenang olimpiade matematika, mana mungkin ia sebodoh itu dan tak bisa menebak pikiranku.
“belajarlah untuk mencintaiku, kumohon” katanya sambil memelukku dan aku berada didalam dekapan eratnya. Tubuhnya yang hangat membuatku benar2 nyaman. Apa yang aku lakukan ? melanggar janjiku pada diriku sendiri ? aku segera menepis pelukannya dan kembali mengahadap membelakanginya.
“mian, aku belum siap. Terlalu cepat, oppa” kataku sambil memejamkan mataku ketika memanggilnya ‘oppa’. Aku tidak pernah bisa membenci nya secara berlebihan, aku akan selalu luluh pada semua orang yang bersikap baik padaku. Namun aku juga harus kokoh pada pendirianku. Yang kumau bukanlah, dia! Bukan Cho Kyuhyun. Yang kumau adalah Lee Donghae. Airmataku kembali mengalir dan hilang diantara sela2 rambutku.
Aku berusaha untuk tidur dan menganggap semuanya baik2 saja dan semua akan kembali ketika pagi hari tiba. Namun tanpa kusadari, ditengah malam seperti ini, tiba2 aku terbangun dan terjaga dari tidurku. Aku sempat terkejut melihat posisiku sekarang. Ia memelukku erat dan kepalaku kusandarkan rileks di dada bidangnya. Baiklah, suasana hatiku seperti ini membuatku melanggar janjiku sendiri. Aku terbuai oleh dekapannya. Jujur, ini sangat nyaman. Bahkan aku merindukan saat dimana orang2 perhatian dan memelukku erat berusaha menenangkanku. Dan inilah yang kurasakan pada pria ini. seorang pria yang selalu kucoba untuk menghindarinya karena takut hatiku berpaling padanya. Seorang pria yang hanya menatapnya saja membuatku tak kuat berdiri dan menopang tubuhku sendiri. Maaf donghae-ssi, biarkan aku merasakan kehangatan ini untuk malam ini saja. Aku menginginkan kehangatan seperti ini sudah lama sejak kau pergi meninggalkanku dan memilih untuk melanjutkan hidupmu menjadi seorang penyanyi disana.
Jujur saja, membiarkanmu menjadi penyanyi adalah kesalahan terbesarku. Aku tidak pernah mengira semuanya akan seperti ini. aku menyesali keputusanku karena membiarkanmu meraih cita2mu menjadi penyanyi dan akhirnya meninggalkanku sendiri disini.
-FLASHBACK-
“donghae-ssi, apakah kau benar2 akan meraih mimpimu dengan cara mengikuti audisin menyanyi besok ?” tanyaku.
“ne.” Jawabnya yakin
“baiklah. Hwaiting donghae-ah! Kau pasti bisa meraih mimpimu. Ketika kau sukses nanti, aku yang akan menjadi orang pertama yang duduk dibangku VIP untuk menyaksikan konsermu.”
“ne hyejin! Gomawo. Doakan aku terus. Semoga aku bisa membanggakan eomma, appa, dan kau” katanya.
**
“Han Hyejin !!!!” seseorang teriak dari ujung sana. Kupikir siapa dia ? meneriakiku sembarangan. Malah suasana hatiku sedang tidak enak begini. Aku menyipitkan mataku melihat siapa yang datang.
“kau tahu ? aku diterima !! dan besok aku akan segera berangkat ke seoul untuk trainee!” katanya bahagia.
“apaa ? seoul ? besok?” tanyaku
Ia mengangguk mantap.
Apa kau tahu Lee Donghae, mendengar kau akan ke seoul membuat hatiku benar2 nyeri. Kau akan ke seoul dan berarti kau akan meninggalkanku ? sendiri disini ? dikota Mokpo yang penuh dengan sejuta kenangan kita ? aku bahkan tak sanggup lagi untuk berdiri dan menahan sesuatu yang bergelinang di pelupuk mataku. Aku mencoba mengulas sebuah senyum bahagia untuknya. Berusaha meyakinkannya bahwa aku mendukungnya sepenuh hati.
“aku masuk dulu ya. Aku tidak begitu sehat hari ini” kataku sembari melambaikan tangan padanya. Ia mengangguk dan ikut masuk kerumah yang berada tepat disebelah rumahku.
Perasaan ini .. entah mengapa begitu sakit. Benar2 sakit. Kumohon, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Apa yang sudah kau lakukan Lee Donghae ?
Aku sedang terduduk dibawah pohon setelah lelah bersepeda seharian di sekitar komplek rumah. Tempat ini, tempat yang selalu kudatangi bersamanya setelah lari pagi bersama disetiap hari minggu. Aku duduk rileks sambil mengusap keringatku dan meneguk satu botol air minum. Tiba2 ..
BUUUKK!!!!
Sesuatu seperti menghantam keras ubun ubun ku. Aku refleks menoleh keatas dan aku hanya bisa terperangah.
“sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu ?” tanya pria itu yang sedang berusaha turun dari pohon.
“donghae-ssi ?” batinku. Ia mengacak-acak rambutku seperti satu tahun yang lalu.
“sudah, tidak perlu kaget begitu. Apakah aku se-seram itu bagimu ?” katanya sambil cekikikan. Akhirnya kami duduk berdua dibawah pohon.
“untuk apa kau kemari ? bukankah kau sedang sibuk ?” tanyaku dengan intonasi pengucapan yang tajam. Entah mengapa aku menjadi kesal terhadapnya. Ia tertawa dan akhirnya mengacak rambutku lagi.
“tidak. aku hanya ingin menjengukmu. Kau belum berubah ya. Masih sama saja” kata donghae. Beberapa waktu selanjutnya, ia mengeluarkan sebuah benda putih diikat pita yang begitu indah.
“aku selalu ingin kemari dan memberimu ini, namun sekarang baru sempat. Aku akan segera menikah. Datanglah. Kehadiranmu akan menjadi yang terpenting bagiku.”  Ucapnya bahagia.
Aku hanya mentap benda itu datar dan kosong. Mengambil benda itu perlahan dan menatapnya lagi dengan ‘kosong’.
“ne” jawabku pelan dan tegas namun terdengar suaraku bergetar.
“apa kau baik2 saja ?”
“tidak. aku hanya sedikit lelah. Aku harus segera pulang, aku ada janji dengan eomma” kataku setelah mengulas senyum dan segera mengayuh sepedaku menjauhi dan meninggalkannya.  Selama diperjalanan, airmataku keluar bercucuran membuat pandanganku buram. Cairan bening itu mengalir begitu banyak dan tak henti2nya mengalir. Apa yang harus kulakukan ? melepaskannya ?  setelah 20 tahun mengenalnya dan ialah cinta pertamaku, aku harus merelakannya begitu saja ?
**
Dan hari itu pun telah datang, seorang wanita cantik dengan pakaian serba putih dihiasi pita merah dirambutnya membuatnya tampak begitu cantik. Bersanding didepan altar bersama Lee Donghae. Sungguh, mianhe donghae-ssi. Jeongmal mianhe, aku tak kuat melihat semua ini.
Kakiku membawaku keluar dari ruangan kebahagiaan bagi kedua mempelai itu. Aku tak bisa menahan hatiku dengan emosi sakit yang memuncak dan akhirnya semuanya tercermin dan tumpah kedalam bentuk airmata. Aku harap donghae tidak melihatku seperti ini dan acara dapat dilanjutkan dengan baik dan Lee Donghae, bisa menjalankan hidupnya yang baru tanpaku.
Dan beberapa bulan setelah itu, eomma menjodohkanku dengan seorang pria, anak dari teman dekat eomma yang bernama Cho Kyuhyun. Aku tidak tahu apakah ia mampu mengembalikan rasa cinta agar tumbuh kembali dalam diriku sejak kulihat cinta pertamaku yang begitu kelam. Kuharap ia bisa mengembalikan perasaanku yang sesungguhnya. Perasaanku yang ceria dan kadang terlihat konyol namun berubah begitu saja hanya karena seseorang. Terdengar cukup aneh memang, aku mengharapkannya ia bisa membahagiakanku, namun kusendiri masih inign tetap tinggal dalam kesedihanku yang berlarut dan tetap masih ingin menunggu donghae. Konyol bukan ? aku meminta orang lain membahagiakanku sementara aku masih betah tinggal didalam kesedihanku.
FLASHBACK END
Dan benar kata pepatah, ibu tidak pernah salah. Aku sudah menyadari ialah satu2 nya orang yang bisa membuatku kembali seperti semula. Kembali menjadi Han Hyejin yang penuh dengan keceriaan. Aku memang belum sepenuhnya bisa menerimanya hadir begitu saja dalam hidupku bahkan langsung masuk kedalam hidupku dengan status ‘suamiku’, namun setidaknya aku mulai bisa membuka mata dan hatiku untuknya dan mencoba mengubur dalam2 kenangan kelam itu. Walaupun pada awalnya aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan tetap menunggu Lee Donghae sampai kapanpun, aku menarik kata2 ku sendiri. Semua kebaikan dan kesabarannya selama ini, telah lulus ujian.
Pada awal pernikahan ku dengannya, aku sudah yakin ia akan menceraikanku dalam waktu dekat itu, namun kurasa tidak. kalian tahu, waktu berjalan begitu cepat. Percaya atau tidak, ini sudah tahun kedua aku menikah dengannya. Dan besok tepat anniversary tahun kedua pernikahanku dengan pria malang itu. Pria malang yang selalu kuperlakukan jahat, selalu mengacuhkannya dan tak pernah peduli padanya sebagai seorang istri.
**
Setelah seharian lelah bekerja dikantor, akhirnya aku dan kyu pun pulang kerumah. Ia sampai dirumah terlebih dahulu karena aku masih ada urusan.
“cepatlah mandi, kita makan bersama malam ini. untuk malam ini saja, kumohon” katanya. Aku bergeming dan terus berjalan menuju kamar tanpa menghiraukannya.
Setelah selesai mandi, aku turun keruang makan.
“apa yang kau lakukan disana ?” tanyaku ketus padanya.
“menunggumu. Ayo kita makan bersama” jawabnya lembut. Aku hanya tersnyum smirk dan berbalik kemudian kembali keatas.
“Han Hyejin!” panggilnya
“TOLONG JANGAN SEPERTI ITU. BELAJARLAH MENCINTAIKUKU! KUMOHON! BERHENTI MENGACUHKANKU HAN HYEJIN” katanya tiba2dengan keras dan nada yang tinggi. Aku yang tersentak kaget dan tidak2 emosiku memuncak dan tak bisa kutahan juga.
“APA YANG KAU KATAKAN ?! JANGAN MENERIAKI KU SEPERTI ITU !” jawabku tak kalah keras. Mendengar ucapannya yang sangat tinggi itu membuat aku ingin menangis. Ini kali pertamanya ia membentakku seperti ini. pada awalnya memang rencanaku untuk mengacuhkannya dihari ini dan akan mengubah sikapku hari ini juga. Namun tak kusangka ia bisa sebegitu meledsaknya. Hanya hari ini. mengapa semua menjadi kacau lagi ? aku yang tak bisa menahan emosi kembali berteriak padanya. Aku kemudian menangis dalam keadaan menunduk.
Cho Kyuhun’s pov
“eh ? hyejin-ah .. mianhe”
Apa yang sudah aku lakukan ? apa yang terjadi denganku hari ini ! mengapa aku membentaknya? Apa yang sudah kulakukan. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu padanya.
“hyejin-ah, mianhe. Itu tadi diluar kendaliku. Sst... sudah jangan menangis. Maaf, aku tidak sengaja” kataku sambil berusaha menenangkannya agar ia tidak menangis. Ya ampun, mengapa aku sekonyol itu. Dihari yang spesial ini, aku ingin memberikannya sesuatu yang berbeda namun mengapa emosiku tiba2 tidak stabil seperti ini ? mungkin aku terlalu kesal dengannya karena sudah dua tahun aku tidak dianggap. Pabbo ! pabbo! Namja pabbo !
Aku berusaha memeluknya.
“sstt.. hyejin-ah. Mianhe, aku tidak bermaksud.” Kataku lagi. Kuharap ia mengertinya. Ia tidak menolak aku peluk, namun herannya tangisnya semakin menjadi.
“ssttt... sudah.. jangan menangis.. apa kau tidak ingat hari ini hari apa ?” tanya ku sambil mengusap rambut lembutnya. Tiba2 ia melepas pelukanku, mengusap airmatanya.
“hmm ?” tanyaku heran. Gadis aneh!
“mianhe selama ini aku tidak bisa melihatmu. Maaf selama ini aku hanya menatap didalam masa laluku dan tidak pernah menganggapmu ada. Terima kasih untuk segalanya, Kyuhyun oppa. Kau terlalu baik padaku” katanya sambil tersenyum kecil dan menatapku dengan mata berlinang airmata
“aku janji aku akan mengubah sikapku dan lebih menghargaimu. Beri aku waktu beberapa minggu berlatih bersikap baik padamu sekaligus bersikap layaknya seorang istri untuk memulai hidup baru bersamamu.” Sambungnya lagi
“aku sudah menunggumu selama dua tahun, menunggumu beberapa minggu bukanlah masalah bagiku. Sejak awal sudah kukatakan bukan, aku mencintaimu dan perasaan itu datang begitu saja tanpa kuketahui. Ketika kau bertanya mengapa aku mencintaimu, jawabannya adalah tidak tahu. Because love has no reason to explain” jawabku dengan jelas. Kini ia yang memelukku erat.
“Yeongwonhi Saranghae Han Hyejin” kataku mengusap rambutnya lembut.
“gomawo oppa. Saranghae”

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar