Jam kuliah sudah berakhir bahkan bel pun sudah berbunyi.
Seperti biasanya setelah jam kuliah
berakhir aku tidak akan langsung pulang, melainkan ke perpustakaan
mencari novel dan mencari tempat yang berangin dan tenang. Itulah kebiasaanku
di luar jam kuliah. Aku adalah anak dari pemilik sekolah ini. Appaku-lah yang menanamkan sebagian
sahamnya di universitas ini. Aku termasuk anak yang susah bergaul sejak kecil.
Aku menuju ke ruang musik , saat ini di jarak 2 m terdengar suara piano dan
suara seseorang bernyanyi. Rasa penasaran yang mengelilingi otakku menjalankan
kakiku untuk lebih dekat ke pintu kaca itu. Terlihat seorang yeoja sedang bernyanyi dan memainkan
piano dengan jari-jarinya yang panjang. Suaranya yang indah memenuhi ruangan
itu sehingga aku menyembunyikan tubuhku dibalik tembok agar tidak terlihat
olehnya, tiba-tiba i-phoneku berdering, aku segera mengangkatnya “ ya appa, aku segera turun”..
Sesampainya di lantai bawah , aku masuk ke dalam mobil ,
selama perjalanan aku terpikir dengan yeoja
tadi itu. Appa tiba-tiba memanggilku
“ Donghae.. melamun ya? Daritadi appa
bicara , tidak didengarkan?” dengan rasa bersalahku , aku menjawab “ chesunghaeyo appa.. bisa diulang ?” Appa kembali bicara “ besok appa harus meeting ke Cina , sedangkan besok hyung-mu pulang
dari Paris, bisa menjemputnya ?” aku mengangguk cepat. Sehabis appa bertanya, aku kembali ke lamunanku
tadi, mengingat besok libur berarti aku tidak bisa mendengarkan suara yeoja itu bernyanyi lagi. “Argh!! Aku ini kenapa menjadi seperti ini?
Tidak mungkin aku menyukainya secepatnya itu” pikirku sambil menggelengkan
kepala beberapa kali.
“Pengurus Park ,
dimana kunci mobil?” tanyaku yang sudah siap menjemput hyung-ku.
Pengurus Park menunjuk ke arah lemari kecil diujung ruang
tamu. Aku mengambilnya dan cepat menginjak gas menuju Bandara Incheon.
Sesampainya disana, aku membawa papan yang bertuliskan “Lee Sung Min”. Akhirnya hyung-ku itu terlihat juga , setelah 15
menit berdiri sambil memegang papan itu. Hyung
memelukku erat, segera aku membalasnya dengan pelukanku juga. Kami berjalan
menuju ke mobil, memasukkan 2 koper besar itu ke bagasi mobil, dan segera
menuju ke rumah. Aku sangat menyayangi hyung-ku
ini, karena dia selalu mengerti keadaanku. Saat dia memutuskan untuk
melanjutkan kuliahnya di Paris , aku sangat kesepian, tidak ada teman bercanda
di kamar. Tapi mulai hari ini aku akan kembali bersamanya. Sejujurnya
akhir-akhir ini aku sering memikirkan yeoja
itu. Rasanya ingin cepat-cepat ke kampus. Sepanjang perjalanan , aku
menceritakan kejadian kemarin ke Sung
Min. Hyung bilang aku jatuh cinta dengannya, aku masih menyangkalnya, hyung meminta aku mengurusnya sendiri
jika aku tidak percaya dengan perkataannya.
Minggu sudah berakhir. Sekarang hari senin, semoga yeoja itu kembali bernyanyi di ruang musik,
itulah doa pertamaku di pagi yang cerah ini. Setelah selesai berpakaian, aku
segera turun untuk sarapan. Tak disangka sepagi ini hyung sudah ada di dapur, aku pastikan dia ingin membuatkan sarapan
untukku. Aku segera duduk di meja makan, tak lama hyung datang dengan 2 piring sarapan dan 2 gelas susu. “Hyung! Aku rindu menu sarapanmu ini!!”
aku langsung melahapnya. “ makan
pelan-pelan , pabbo!” ejeknya. Aku segera berdiri dan pamit dengan hyung untuk berangkat ke campus. “nanti aku jemput ya?” tanya hyung. “nan gwaenchanha , hyung.. ada supir kan” jawabku. Hyung mengangguk. Aku segera menghilang
dari hadapannya.
Akhirnya bel berbunyi juga. Aku menunggu teman sekelasku
keluar semua , baru aku keluar kelas menuju ruang musik, bertujuan agar tidak
ada yang mengikutiku. Jarak masih 3 m lagi, tapi tidak terdengar suara apapun
dari dalam ruang musik. Aku masuk ke dalam ruangan, mencari sosok yeoja itu. Aku merasa aku mendengar
suara seseorang menangis di belakang piano, aku berjalan pelan ke arah belakang
piano itu. Dan benar seorang yeoja
yang duduk memeluk lutut dengan rambut panjangnya yang aku yakini adalah yeoja
bersuara indah kemarin itu. Aku terdiam melihat yeoja itu menangis, yeoja
itu sepertinya baru menyadari sosok-ku ini sekarang. Dia mengangkat wajahnya
dan memperhatikan aku dari bawah sampai tertuju tepat di mataku. Dengan cepat
aku menyodorkan sapu tangan yang sedari tadi aku pegang “ambilah”. Yeoja itu
mengambilnya dan menghapus air matanya yang mengelilingi seluruh pelupuk
matanya. Entah apa yang aku pikirkan sedaritadi, aku baru menyadari sudah duduk
di sampingnya. Setelah aku telusuri wajahnya yang tidak jauh ini, dia juga
memiliki wajah yang cantik. “hmm..
ka..kamu mengapa menangis” tanyaku sedikit gugup karena takut dianggap ikut
campur. Yeoja itu terdiam beberapa
saat , dan akhirnya dia menceritakan apa yang terjadi dengannya, setelah
selesai, dia kembali menangis. Aku terdiam karena sebenarnya aku ingin
memeluknya , yeoja yang bertubuh
kecil dengan postur agak tinggi itu baru ditinggalkan eommanya untuk selamanya,
dan sesuai yang dia ceritakan appanya
juga sudah tiada. Air mataku hampir jatuh, aku berusaha untuk membendungnya. Aku
tidak peduli dengan semua yang akan dipikirkannya setelah aku memeluknya nnti ,
aku langsung memeluk tubuhnya yang kecil itu. Aku bersyukur dia tidak menolak,
aku mengelus punggungnya sambil mengingat kejadian eommaku juga “semuanya akan baik-baik saja, kamu harus
kuat sepertiku, aku juga sudah tidak ada eomma, uljima”. Saat yeoja itu mendengar ucapanku , dia melepaskan
pelukanku dan menatapku sejenak. Kini aku yang bercerita bahwa eommaku meninggal karena sakit leukimia.
Yeoja itu terdiam meski air matanya
belum berhenti menangis. Air mataku tidak terbendung lagi sehingga aku biarkan
mengalir, aku menunduk. Dia mengangkat wajahku dan menghapus air mataku dengan
jari-jari tangannya itu. “baiklah aku
tidak akan menangis lagi, oppa juga ya jangan menangis lagi, mian, aku
mengingatkan masa lalumu” ucapnya sambil menghapus air matanya. Aku
tersenyum melihatnya mulai bangkit kembali , aku langsung meminta nomor hpnya,
dia mengetiknya sendiri di hpku. Saat dia mau bangkit dari duduknya, aku
bertanya “ namamu?”. “oh.. Kim Hae Yeon.. mian, aku kembali dulu
ya, sampai jumpa , oppa” ucapnya. Aku mengangguk dan dia menghilang begitu
saja.
Aku kembali ke rumah dengan wajah berseri-seri. Aku
menghampiri SungMin Hyung yang duduk
di ruang tamu sedang nonton drama, itulah kebiasaannya saat mengisi waktu
kosongnya. “wae?knapa senyum-senyum
begitu?” tanyanya sambil nge-pause dramanya itu. “ aku sudah tau namanya bahkan kami sudah bertukar cerita, oh iya nomor
hpnya juga sudah dapat” ceritaku panjang lebar. “lalu?” tanyanya lagi. Dengan terpaksa aku ceritakan lagi “ dia kuliah disini karena dia mendapat
beasiswa, eomma dan appanya sudah tiada”. “ omoo.. kasian sekali” balas hyung
menutup mulutnya. Setelah selesai ngobrol dengan hyung, aku ke kamar membersihkan diri , menghempaskan tubuhku ke
ranjang , meraih hp yang ada di meja kecil, dan sms Hae Yeon. Senangnya semua dibalasnya sesuai keinginanku. Ternyata
dia mengambil jurusan arsitektur, sedangkan aku bisnis. Merasa lelah aku segera
memejamkan mataku menuju alam mimpi.
Beberapa Bulan kemudian..
Kami sudah lulus kuliah S2. Baru saja kemarin menerima
ijazah dan foto wisuda. Hari ini kami janjian bertemu di tempat biasa. Aku sudah
menunggu Hae Yeon 3 jam di Cafe
‘Pearl Peach’, tapi tidak muncul-muncul juga. Aku khawatir dengannya, tiba-tiba
hpku berdering, tenyata hyung. “wae?”
tanyaku langsung. “aku melihat Hae Yeon
di toko dekat rumah, sepertinya dia bekerja disana , toko baju ahjumma itu loh”
cerita hyung. Selama berbulan-bulan mengenalnya, dia tidak pernah bilang kalau
dia bekerja. Besoknya, aku memastikan sendiri, dan benar dia bekerja disana.
Kami tidak bertemu setiap hari, setiap minggu hanya 3-4 kali saja. Tanpa
sepengetahuannya, setiap hari melihatnya bekerja di toko ahjumma. Aku mulai
bekerja di kantor appa besok. Aku tidak bisa mengontrolnya seperti biasa.
Karena hyung sudah menjadi bos , kadang dia sering di rumah, aku memintanya untuk
mengontrolnya.
Hari pertama bekerja, aku sudah ditempatkan sebagai manager.
Ruangan yang cukup besar, dengan fasilitas penuh. Semua berjalan dengan lancar.
Aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan kantor. Melewati hari-hari dengan
bekerja seperti ini membuatku lebih mandiri dari biasanya. Sekarang sudah tepat
3 bulan aku bekerja. Gajinya juga sudah cukup untuk kebutuhanku. Appa sangat bangga dengan kinerja ku.
Ada yang janggal hari ini tentang Hae
Yeon, 3 hari ini hp Hae Yeon
tidak aktif. Aku menelfon hyung , hyung bilang sudah 4 hari tidak lihat Hae Yeon bekerja. Ada apa sebenarnya?
Aku meminta sekretarisku untuk membatalkan beberapa meeting yang aku harus
kuhadiri hari ini. Aku segera menuju ke toko ahjumma bertanya keberadaan Hae
Yeon. Ahjumma terdiam, beberapa kali aku memohon, akhirnya ahjumma memberi tahuku bahwa Hae Yeon sempat mimisan dan muntah darah
sebelum koma di rumah sakit 3 hari ini. Setelah aku mencatat nomor kamar dan
rumah sakit dimana Hae Yeon dirawat, ahjumma bilang Hae Yeon sempat menitipkan surat untukku.
“ Oppa.. saat ini
pasti kamu sedang mengkhawatirkan aku.. mian oppa.. saat kamu membaca surat ini
mungkin aku sudah tidak ada, atau aku sedang di penghujung hidupku.. aku rindu
setiap pelukan yang oppa selalu lakukan untukku disaat aku sedih.. aku takut
oppa selalu memikirkan aku, jadi aku memutuskan untuk menghadapinya sendiri..
aku senang karena cepat atau lambat aku akan bertemu dengan eomma dan appaku
disana.. aku mengidap leukimia stadium 2.. sebenarnya aku merindukanmu, aku ingin
memelukmu selama aku mampu menopang tubuhku sendiri.. tapi aku tidak mampu
lagi, oppa.. aku takut oppa menderita karena aku seperti ini..aku tahu oppa
mencintaiku, tapi lebih baik oppa belajar lupakan aku dari sekarang.. ada yang
harus oppa tahu, aku juga memiliki rasa yang sama dengan oppa.. tapi aku tidak
bisa menjadi pendamping oppa dengan keadaanku yang seperti ini..”
Saranghaeyo Oppa <3
Kim Hae Yeon
Ratusan jarum menusuk jantungku setelah membaca surat ini.
Air mataku sudah memenuhi seluruh wajahku. Mengapa
saat aku membutuhkan orang yang aku cintai , kau selalu mengambil mereka,
Tuhan? Aku ingin bersamanya, aku tidak menyalahkanMu, ijinkan aku bertemu
dengannya lagi dan setidaknya berikan
1-2 bulan agar aku bisa menghabiskan waktu bersamanya meskipun dengan
keadaannya yang tidak memungkinkan. Tapi aku janji akan menjaganya sampai akhir
hidupnya nanti. Setidaknya aku bisa bertunangan dengannya, karena aku ingin
mengenalkannya dengan semua orang bahwa dia lah orang yang aku cintai selama
hidupku. Hatiku tidak sanggup melihat kenyataan pahit yang mau tak mau harus
aku terima ini. Bahkan saat hatiku menangis, hanya yeoja yang aku cintai yang
bisa memelukku dan menenangkan hatiku. Siapa yang akan menggantikannya nanti ,
Tuhan? Beritahu aku. Cinta yang selama ini tertanam dan tumbuh dengan baik di
hatiku, kini layu bahkan mati dengan begitu saja.
Tubuhnya menjadi lebih kurus , tangan dan kakinya kaku ,
bernafas pun harus memakai alat-alat itu. Hae
Yeon jangan terlalu lama , bangunlah dari mimpi panjangmu itu. Kita harus
bertemu. Aku akan menunggumu disini sampai kau bangun. Aku janji aku akan
membahagiakanmu meskipun akhirnya kita harus dipisahkan. Aku mengenggam
tangannya erat, menangis dihadapannya. Hyung
yang aku kabari tadi tentang Hae Yeon
sekarang sudah berada di dalam ruangan. Aku meminta hyung menjaganya sebentar. Sedangkan aku keluar menelfon appa untuk meminta ijin untuk menjaga Hae Yeon. Appa tahu aku mencintai Hae
Yeon , appa juga tahu keadaannya.
Aku berterima kasih dengan appa yang
sudah mengijinkan aku tidak bekerja selama beberapa bulan karena ini. Aku
menutup telfon, aku menengok karena hyung
berteriak “hae !! Hae Yeon sudah
sadar !! panggil dokter sekarang”. Aku segera memanggil dokter dan kembali
ke kamar Hae Yeon. Setelah dokter
memeriksanya, katanya semua kembali normal, besok sudah boleh pulang, tapi
tidak boleh terlalu lelah. Aku senang mendengar kabar baik itu. Terima Kasih,
Tuhan telah mengabulkan 1 permintaanku. Hae
Yeon menangis saat aku berdiri di depannya. “untuk apa oppa disini? Jangan temui aku lagi, lupakan aku, oppa”
ucapnya sambil menangis. “ andwae, aku
mencintaimu, aku tidak ingin meninggalkanmu” aku memeluknya erat. Hae Yeon membalas pelukanku dan bilang
bahwa dia juga mencintaiku. “uljima, Hae
Yeon” aku mengelus kepalanya. “jangan
lepaskan pelukanmu, aku ingin memelukmu seperti ini terus , dan berjanjilah
akan selalu disampingku” dia masih memelukku. “peluklah aku selama kau inginkan, aku tidak akan meninggalkanmu,
beritahu apa aja yang ingin kau lakukan, aku akan mengabulkannya untukmu”.
Karena keadaan Hae
Yeon seperti ini, aku memutuskan untuk menjaganya di rumahku saja. Hyung dan appa juga setuju dan
mengijinkan aku menemani dan menjaganya. Rambutnya yang panjang kini sudah
dipotong pendek karena takut semakin banyak yg rontok. 3 minggu menjaganya di
rumah, membawanya keliling taman, menyanyikan lagu untuknya. Tapi , anehnya
hari ini dia meminta sesuatu yang tidak pernah terlintas di otakku selama ini.
Dia meminta berlibur di Pulau Jeju. Aku bertanya ke hyung dan appa. Mereka bilang pergilah dengannya, mungkin dia ingin
bersamamu. Aku meminta Pengurus Park mengurus semuanya. Tiba saatnya aku dan Hae Yeon berangkat ke Pulau Jeju.
Akhirnya kami sampai di tempat tujuan Hae Yeon. Hae Yeon yang masih aku tuntun memintaku untuk memegang
tangannya saja, aku lakukan semua yang ia mau. Udara dingin disini benar-benar
menyejukkan. Kami tidak menyewa kamar hotel , tapi aku menyewa sebuah cottage
agak besar di pinggir pantai, karena aku tahu Hae Yeon menyukai pantai. Setelah aku menyusun barang-barang, Hae
Yeon masih duduk di balkon menikmati pemandangan pantai. Aku datang membawa
segelas air dan obat-obatan yang harus ia makan. Dia meminum semua obatnya. Aku
mengajaknya pergi lihat-lihat toko-toko. Dia menyetujuinya, sampai tiba di
sebuah toko ahjussi yang menjual kerajinan yang berpasangan. Hae Yeon ikut
denganku melihat sepasang cincin yang dipajang dibalik lemari kaca. Ahjussi itu
menghampiri kami, cincin ini hanya ada 1 di Pulau Jeju, aku akan menuliskan
nama kalian di bagian dalam cincin itu jika kalian mau. Aku mengingat
permintaan dimana aku ingin bertunangan dengannya. aku memutuskan untuk
membelinya dan meminta menuliskan nama kami masing-masing. Setelah nama selesai
diukir, aku meminta ahjussi dan beberapa pembeli menjadi saksi dimana aku
bertunangan dengan Hae Yeon, aku menyematkan cincin itu di jari manis Hae Yeon “nan jeongmal saranghaeyo Hae yeon”,begitu juga Hae Yeon. Aku
meminta para pembeli dan ahjussi mendoakan Hae
Yeon agar mendapat muzijat dari Tuhan untuk kembali hidup. Beberapa orang
yang menjadi saksi dimana kami bertunangan , bahkan ada yang menangis. Kami kembali
ke cottage. Aku membawa Hae Yeon ke
kamarnya. Aku menemaninya sampai dia tertidur pulas. Aku tidak dapat memejamkan
mataku takut sesuatu terjadi dengannya. Besok adalah ulang tahunku.
Hae Yeon masih
tertidur pulas dikala matahari sudah mulai terbit. Tak lama, matanya terbuka,
aku membantunya bersandar. Aku kembal duduk ke posisi semula. “saengil chukkha hamnida..saengil chukkha
hamnida..saranghaneun lee dong hae.. saengil chukkha hamnida” ucapnyya yang
membuatku tersenyum.. dia mengeluar sebuah kotak dari lemari kecil
disampingnya. “ ini kadomu, oppa”. “
gomawo” balasku. Aku membuka kadonya karena penasaran, isinya sebuah jam
tangan , gelang yang diukir namaku dengannya, dan sapu tangan yang pernah aku
pinjamkan, tapi sapu tangan itu sudah
dijahit namaku. “nan jeongmal
saranghaeyo,oppa” Hae Yeon mengecup bibirku selama beberapa menit sambil
menangis. Dia menghentikan ciumannya itu. “arrayo,
hae yeon.. nan eonjena neol saranghaeyo”. Aku kembali meraih wajahnya dan
membalas ciumannya.
Aku dan Hae Yeon
berjalan menyusuri pinggir pantai. Sampai akhirnya kami, duduk di pinggir
pantai. Memandangi laut di Pulau Jeju dengan cermat. Hae Yeon mengeluarkan kamera polaroidnya dan memintaku foto berdua.
Aku menyimpan salah satu foto berdua kami sebagai tanda kami pernah bersama.
Saat pandanganku tertuju dengan langit yang cerah ini, tiba-tiba Hae Yeon menyenderkan kepalanya di
bahuku. Aku menggenggam tangannya erat takut akan kehilangannya. Hae Yeon menatapku sambil tersenyum. Aku ingin setiap hari menghabiskan waktu
bersamanya seperti ini. Memeluknya , mendengarkan suaranya yang indah itu
sampai akhir hidupku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan diriku
setelah dia meninggalkan aku nanti. Semua ini kenyataan. Aku menatap langit ,
berharap eomma mendengarkan apa yang aku pikirkan di dalam hati ini. Eomma, dia
adalah wanita yang aku cintai, Kim Hae Yeon. Yeoja yang memiliki bakat , suara
, dan wajah yang cantik. Sesuai dengan tipe wanita yang pernah eomma sarankan
untukku. Tapi , sayangnya sebentar lagi Tuhan akan memanggilnya, sehingga aku
tidak dapat bersama dengannya. Jika eomma bertemu dengannya, jagalah dia,
jebal.
Pagi ini, Hae Yeon
kembali memintaku mengantarkan ke pinggiran pantai lagi. Matahari ,dan angin
melengkapi kebersamaan kami. Hae Yeon
kembali memelukku erat. “oppa.. berjanjilah
denganku jangan pernah lupakan aku, kenanglah aku di dalam hatimu.. meskipun
aku harus pergi..tapi cintaku tidak akan pergi, karena cinta ini akan selalu
bersamamu.. aku akan sering datang ke mimpimu untuk memelukmu seperti ini
lagi.. jangan terjatuh karena aku tidak disampingmu.. jebal..”. “arrayo, Hae
Yeon na.. aku berjanji.. saranghaeyo Kim Hae Yeon”. Hae Yeon menyentuh wajahku dengan kedua telapak tangannya dan
mendekatkan wajahnya hingga bibir kami bertemu lagi. Tiba-tiba, tubuh Hae Yeon melemah , aku menekuk kakiku ,
membiarkan dia menyandar. Aku genggam tangannya untuk menguatkannya. Aku
langsung menelfon hyung untuk
mengirimkan bantuan secepatnya kesini. “Oppa,
sudahlah. Aku sudah harus pergi. Ini sudah waktunya” perlahan air matanya
mengalir. Aku menangis karena tidak sanggup melihatnya seperti ini. Matanya
tertutup dan tangannya terlepas dari genggamanku. Aku tahu semuanya akan
berakhir disini. Biarkan yeoja yang kucintai ini menghembuskan nafas
terakhirnya di Pulau Jeju ini. Kim Hae
Yeon , selamat jalan. Jangan pernah lupakan aku. Suatu saat nanti aku berharap
akan menemuimu lagi. Saranghaeyo Kim Hae Yeon.
THE END
~ admin fishy ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar