Senin, 25 Juni 2012

Behind My First Love


Jam kuliah sudah berakhir bahkan bel pun sudah berbunyi. Seperti biasanya setelah jam kuliah  berakhir aku tidak akan langsung pulang, melainkan ke perpustakaan mencari novel dan mencari tempat yang berangin dan tenang. Itulah kebiasaanku di luar jam kuliah. Aku adalah anak dari pemilik sekolah ini. Appaku-lah yang menanamkan sebagian sahamnya di universitas ini. Aku termasuk anak yang susah bergaul sejak kecil. Aku menuju ke ruang musik , saat ini di jarak 2 m terdengar suara piano dan suara seseorang bernyanyi. Rasa penasaran yang mengelilingi otakku menjalankan kakiku untuk lebih dekat ke pintu kaca itu. Terlihat seorang yeoja sedang bernyanyi dan memainkan piano dengan jari-jarinya yang panjang. Suaranya yang indah memenuhi ruangan itu sehingga aku menyembunyikan tubuhku dibalik tembok agar tidak terlihat olehnya, tiba-tiba i-phoneku berdering, aku segera mengangkatnya “ ya appa, aku segera turun”..

Sesampainya di lantai bawah , aku masuk ke dalam mobil , selama perjalanan aku terpikir dengan yeoja tadi itu. Appa tiba-tiba memanggilku “ Donghae.. melamun ya? Daritadi appa bicara , tidak didengarkan?” dengan rasa bersalahku , aku menjawab “ chesunghaeyo appa.. bisa diulang ?” Appa kembali bicara “ besok appa harus meeting ke Cina , sedangkan besok hyung-mu pulang dari Paris, bisa menjemputnya ?” aku mengangguk cepat. Sehabis appa bertanya, aku kembali ke lamunanku tadi, mengingat besok libur berarti aku tidak bisa mendengarkan suara yeoja itu bernyanyi lagi. “Argh!! Aku ini kenapa menjadi seperti ini? Tidak mungkin aku menyukainya secepatnya itu” pikirku sambil menggelengkan kepala beberapa kali.
Pengurus Park , dimana kunci mobil?” tanyaku yang sudah siap menjemput hyung-ku

Pengurus Park menunjuk ke arah lemari kecil diujung ruang tamu. Aku mengambilnya dan cepat menginjak gas menuju Bandara Incheon. Sesampainya disana, aku membawa papan yang bertuliskan “Lee Sung Min”. Akhirnya hyung-ku itu terlihat juga , setelah 15 menit berdiri sambil memegang papan itu. Hyung memelukku erat, segera aku membalasnya dengan pelukanku juga. Kami berjalan menuju ke mobil, memasukkan 2 koper besar itu ke bagasi mobil, dan segera menuju ke rumah. Aku sangat menyayangi hyung-ku ini, karena dia selalu mengerti keadaanku. Saat dia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Paris , aku sangat kesepian, tidak ada teman bercanda di kamar. Tapi mulai hari ini aku akan kembali bersamanya. Sejujurnya akhir-akhir ini aku sering memikirkan yeoja itu. Rasanya ingin cepat-cepat ke kampus. Sepanjang perjalanan , aku menceritakan kejadian kemarin ke Sung Min. Hyung bilang aku jatuh cinta dengannya, aku masih menyangkalnya, hyung meminta aku mengurusnya sendiri jika aku tidak percaya dengan perkataannya.

Minggu sudah berakhir. Sekarang hari senin, semoga yeoja itu kembali bernyanyi di ruang musik, itulah doa pertamaku di pagi yang cerah ini. Setelah selesai berpakaian, aku segera turun untuk sarapan. Tak disangka sepagi ini hyung sudah ada di dapur, aku pastikan dia ingin membuatkan sarapan untukku. Aku segera duduk di meja makan, tak lama hyung datang dengan 2 piring sarapan dan 2 gelas susu. “Hyung! Aku rindu menu sarapanmu ini!!” aku langsung melahapnya. “ makan pelan-pelan , pabbo!” ejeknya. Aku segera berdiri dan pamit dengan hyung untuk berangkat ke campus. “nanti aku jemput ya?” tanya hyung. “nan gwaenchanha , hyung.. ada supir kan” jawabku. Hyung mengangguk. Aku segera menghilang dari hadapannya.

Akhirnya bel berbunyi juga. Aku menunggu teman sekelasku keluar semua , baru aku keluar kelas menuju ruang musik, bertujuan agar tidak ada yang mengikutiku. Jarak masih 3 m lagi, tapi tidak terdengar suara apapun dari dalam ruang musik. Aku masuk ke dalam ruangan, mencari sosok yeoja itu. Aku merasa aku mendengar suara seseorang menangis di belakang piano, aku berjalan pelan ke arah belakang piano itu. Dan benar seorang yeoja yang duduk memeluk lutut dengan rambut panjangnya yang aku yakini adalah yeoja bersuara indah kemarin itu. Aku terdiam melihat yeoja itu menangis, yeoja itu sepertinya baru menyadari sosok-ku ini sekarang. Dia mengangkat wajahnya dan memperhatikan aku dari bawah sampai tertuju tepat di mataku. Dengan cepat aku menyodorkan sapu tangan yang sedari tadi aku pegang “ambilah”. Yeoja itu mengambilnya dan menghapus air matanya yang mengelilingi seluruh pelupuk matanya. Entah apa yang aku pikirkan sedaritadi, aku baru menyadari sudah duduk di sampingnya. Setelah aku telusuri wajahnya yang tidak jauh ini, dia juga memiliki wajah yang cantik. “hmm.. ka..kamu mengapa menangis” tanyaku sedikit gugup karena takut dianggap ikut campur. Yeoja itu terdiam beberapa saat , dan akhirnya dia menceritakan apa yang terjadi dengannya, setelah selesai, dia kembali menangis. Aku terdiam karena sebenarnya aku ingin memeluknya , yeoja yang bertubuh kecil dengan postur agak tinggi itu baru ditinggalkan eommanya untuk selamanya, dan sesuai yang dia ceritakan appanya juga sudah tiada. Air mataku hampir jatuh, aku berusaha untuk membendungnya. Aku tidak peduli dengan semua yang akan dipikirkannya setelah aku memeluknya nnti , aku langsung memeluk tubuhnya yang kecil itu. Aku bersyukur dia tidak menolak, aku mengelus punggungnya sambil mengingat kejadian eommaku juga “semuanya akan baik-baik saja, kamu harus kuat sepertiku, aku juga sudah tidak ada eomma, uljima”. Saat yeoja itu mendengar ucapanku , dia melepaskan pelukanku dan menatapku sejenak. Kini aku yang bercerita bahwa eommaku meninggal karena sakit leukimia. Yeoja itu terdiam meski air matanya belum berhenti menangis. Air mataku tidak terbendung lagi sehingga aku biarkan mengalir, aku menunduk. Dia mengangkat wajahku dan menghapus air mataku dengan jari-jari tangannya itu. “baiklah aku tidak akan menangis lagi, oppa juga ya jangan menangis lagi, mian, aku mengingatkan masa lalumu” ucapnya sambil menghapus air matanya. Aku tersenyum melihatnya mulai bangkit kembali , aku langsung meminta nomor hpnya, dia mengetiknya sendiri di hpku. Saat dia mau bangkit dari duduknya, aku bertanya “ namamu?”. “oh.. Kim Hae Yeon.. mian, aku kembali dulu ya, sampai jumpa , oppa” ucapnya. Aku mengangguk dan dia menghilang begitu saja.

Aku kembali ke rumah dengan wajah berseri-seri. Aku menghampiri SungMin Hyung yang duduk di ruang tamu sedang nonton drama, itulah kebiasaannya saat mengisi waktu kosongnya. “wae?knapa senyum-senyum begitu?” tanyanya sambil nge-pause dramanya itu. “ aku sudah tau namanya bahkan kami sudah bertukar cerita, oh iya nomor hpnya juga sudah dapat” ceritaku panjang lebar. “lalu?” tanyanya lagi. Dengan terpaksa aku ceritakan lagi “ dia kuliah disini karena dia mendapat beasiswa, eomma dan appanya sudah tiada”. “ omoo.. kasian sekali” balas hyung menutup mulutnya. Setelah selesai ngobrol dengan hyung, aku ke kamar membersihkan diri , menghempaskan tubuhku ke ranjang , meraih hp yang ada di meja kecil, dan sms Hae Yeon. Senangnya semua dibalasnya sesuai keinginanku. Ternyata dia mengambil jurusan arsitektur, sedangkan aku bisnis. Merasa lelah aku segera memejamkan mataku menuju alam mimpi.

Beberapa Bulan kemudian..
Kami sudah lulus kuliah S2. Baru saja kemarin menerima ijazah dan foto wisuda. Hari ini kami janjian bertemu di tempat biasa. Aku sudah menunggu Hae Yeon 3 jam di Cafe ‘Pearl Peach’, tapi tidak muncul-muncul juga. Aku khawatir dengannya, tiba-tiba hpku berdering, tenyata hyung. “wae?” tanyaku langsung. “aku melihat Hae Yeon di toko dekat rumah, sepertinya dia bekerja disana , toko baju ahjumma itu loh” cerita hyung. Selama berbulan-bulan mengenalnya, dia tidak pernah bilang kalau dia bekerja. Besoknya, aku memastikan sendiri, dan benar dia bekerja disana. Kami tidak bertemu setiap hari, setiap minggu hanya 3-4 kali saja. Tanpa sepengetahuannya, setiap hari melihatnya bekerja di toko ahjumma. Aku mulai bekerja di kantor appa besok. Aku tidak bisa mengontrolnya seperti biasa. Karena hyung sudah menjadi bos , kadang dia sering di rumah, aku memintanya untuk mengontrolnya.

Hari pertama bekerja, aku sudah ditempatkan sebagai manager. Ruangan yang cukup besar, dengan fasilitas penuh. Semua berjalan dengan lancar. Aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan kantor. Melewati hari-hari dengan bekerja seperti ini membuatku lebih mandiri dari biasanya. Sekarang sudah tepat 3 bulan aku bekerja. Gajinya juga sudah cukup untuk kebutuhanku. Appa sangat bangga dengan kinerja ku. Ada yang janggal hari ini tentang Hae Yeon, 3 hari ini hp Hae Yeon tidak aktif. Aku menelfon hyung , hyung bilang sudah 4 hari tidak lihat Hae Yeon bekerja. Ada apa sebenarnya? Aku meminta sekretarisku untuk membatalkan beberapa meeting yang aku harus kuhadiri hari ini. Aku segera menuju ke toko ahjumma bertanya keberadaan Hae Yeon. Ahjumma terdiam, beberapa kali aku memohon, akhirnya ahjumma memberi tahuku bahwa Hae Yeon sempat mimisan dan muntah darah sebelum koma di rumah sakit 3 hari ini. Setelah aku mencatat nomor kamar dan rumah sakit dimana Hae Yeon dirawat, ahjumma bilang Hae Yeon sempat menitipkan surat untukku.

“ Oppa.. saat ini pasti kamu sedang mengkhawatirkan aku.. mian oppa.. saat kamu membaca surat ini mungkin aku sudah tidak ada, atau aku sedang di penghujung hidupku.. aku rindu setiap pelukan yang oppa selalu lakukan untukku disaat aku sedih.. aku takut oppa selalu memikirkan aku, jadi aku memutuskan untuk menghadapinya sendiri.. aku senang karena cepat atau lambat aku akan bertemu dengan eomma dan appaku disana.. aku mengidap leukimia stadium 2.. sebenarnya aku merindukanmu, aku ingin memelukmu selama aku mampu menopang tubuhku sendiri.. tapi aku tidak mampu lagi, oppa.. aku takut oppa menderita karena aku seperti ini..aku tahu oppa mencintaiku, tapi lebih baik oppa belajar lupakan aku dari sekarang.. ada yang harus oppa tahu, aku juga memiliki rasa yang sama dengan oppa.. tapi aku tidak bisa menjadi pendamping oppa dengan keadaanku yang seperti ini..”
Saranghaeyo Oppa <3
Kim Hae Yeon

Ratusan jarum menusuk jantungku setelah membaca surat ini. Air mataku sudah memenuhi seluruh wajahku. Mengapa saat aku membutuhkan orang yang aku cintai , kau selalu mengambil mereka, Tuhan? Aku ingin bersamanya, aku tidak menyalahkanMu, ijinkan aku bertemu dengannya lagi dan  setidaknya berikan 1-2 bulan agar aku bisa menghabiskan waktu bersamanya meskipun dengan keadaannya yang tidak memungkinkan. Tapi aku janji akan menjaganya sampai akhir hidupnya nanti. Setidaknya aku bisa bertunangan dengannya, karena aku ingin mengenalkannya dengan semua orang bahwa dia lah orang yang aku cintai selama hidupku. Hatiku tidak sanggup melihat kenyataan pahit yang mau tak mau harus aku terima ini. Bahkan saat hatiku menangis, hanya yeoja yang aku cintai yang bisa memelukku dan menenangkan hatiku. Siapa yang akan menggantikannya nanti , Tuhan? Beritahu aku. Cinta yang selama ini tertanam dan tumbuh dengan baik di hatiku, kini layu bahkan mati dengan begitu saja.

Tubuhnya menjadi lebih kurus , tangan dan kakinya kaku , bernafas pun harus memakai alat-alat itu. Hae Yeon jangan terlalu lama , bangunlah dari mimpi panjangmu itu. Kita harus bertemu. Aku akan menunggumu disini sampai kau bangun. Aku janji aku akan membahagiakanmu meskipun akhirnya kita harus dipisahkan. Aku mengenggam tangannya erat, menangis dihadapannya. Hyung yang aku kabari tadi tentang Hae Yeon sekarang sudah berada di dalam ruangan. Aku meminta hyung menjaganya sebentar. Sedangkan aku keluar menelfon appa untuk meminta ijin untuk menjaga Hae Yeon. Appa tahu aku mencintai Hae Yeon , appa juga tahu keadaannya. Aku berterima kasih dengan appa yang sudah mengijinkan aku tidak bekerja selama beberapa bulan karena ini. Aku menutup telfon, aku menengok karena hyung berteriak “hae !! Hae Yeon sudah sadar !! panggil dokter sekarang”. Aku segera memanggil dokter dan kembali ke kamar Hae Yeon. Setelah dokter memeriksanya, katanya semua kembali normal, besok sudah boleh pulang, tapi tidak boleh terlalu lelah. Aku senang mendengar kabar baik itu. Terima Kasih, Tuhan telah mengabulkan 1 permintaanku. Hae Yeon menangis saat aku berdiri di depannya. “untuk apa oppa disini? Jangan temui aku lagi, lupakan aku, oppa” ucapnya sambil menangis. “ andwae, aku mencintaimu, aku tidak ingin meninggalkanmu” aku memeluknya erat. Hae Yeon membalas pelukanku dan bilang bahwa dia juga mencintaiku. “uljima, Hae Yeon” aku mengelus kepalanya. “jangan lepaskan pelukanmu, aku ingin memelukmu seperti ini terus , dan berjanjilah akan selalu disampingku” dia masih memelukku. “peluklah aku selama kau inginkan, aku tidak akan meninggalkanmu, beritahu apa aja yang ingin kau lakukan, aku akan mengabulkannya untukmu”.

Karena keadaan Hae Yeon seperti ini, aku memutuskan untuk menjaganya di rumahku saja. Hyung dan appa juga setuju dan mengijinkan aku menemani dan menjaganya. Rambutnya yang panjang kini sudah dipotong pendek karena takut semakin banyak yg rontok. 3 minggu menjaganya di rumah, membawanya keliling taman, menyanyikan lagu untuknya. Tapi , anehnya hari ini dia meminta sesuatu yang tidak pernah terlintas di otakku selama ini. Dia meminta berlibur di Pulau Jeju. Aku bertanya ke hyung dan appa. Mereka bilang pergilah dengannya, mungkin dia ingin bersamamu. Aku meminta Pengurus Park mengurus semuanya. Tiba saatnya aku dan Hae Yeon berangkat ke Pulau Jeju.

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan Hae Yeon. Hae Yeon yang masih aku tuntun memintaku untuk memegang tangannya saja, aku lakukan semua yang ia mau. Udara dingin disini benar-benar menyejukkan. Kami tidak menyewa kamar hotel , tapi aku menyewa sebuah cottage agak besar di pinggir pantai, karena aku tahu Hae Yeon menyukai pantai. Setelah aku menyusun barang-barang, Hae Yeon masih duduk di balkon menikmati pemandangan pantai. Aku datang membawa segelas air dan obat-obatan yang harus ia makan. Dia meminum semua obatnya. Aku mengajaknya pergi lihat-lihat toko-toko. Dia menyetujuinya, sampai tiba di sebuah toko ahjussi yang menjual kerajinan yang berpasangan. Hae Yeon ikut denganku melihat sepasang cincin yang dipajang dibalik lemari kaca. Ahjussi itu menghampiri kami, cincin ini hanya ada 1 di Pulau Jeju, aku akan menuliskan nama kalian di bagian dalam cincin itu jika kalian mau. Aku mengingat permintaan dimana aku ingin bertunangan dengannya. aku memutuskan untuk membelinya dan meminta menuliskan nama kami masing-masing. Setelah nama selesai diukir, aku meminta ahjussi dan beberapa pembeli menjadi saksi dimana aku bertunangan dengan Hae Yeon, aku menyematkan cincin itu di jari manis Hae Yeon “nan jeongmal saranghaeyo Hae yeon”,begitu juga Hae Yeon. Aku meminta para pembeli dan ahjussi mendoakan Hae Yeon agar mendapat muzijat dari Tuhan untuk kembali hidup. Beberapa orang yang menjadi saksi dimana kami bertunangan , bahkan ada yang menangis. Kami kembali ke cottage. Aku membawa Hae Yeon ke kamarnya. Aku menemaninya sampai dia tertidur pulas. Aku tidak dapat memejamkan mataku takut sesuatu terjadi dengannya. Besok adalah ulang tahunku.

Hae Yeon masih tertidur pulas dikala matahari sudah mulai terbit. Tak lama, matanya terbuka, aku membantunya bersandar. Aku kembal duduk ke posisi semula. “saengil chukkha hamnida..saengil chukkha hamnida..saranghaneun lee dong hae.. saengil chukkha hamnida” ucapnyya yang membuatku tersenyum.. dia mengeluar sebuah kotak dari lemari kecil disampingnya. “ ini kadomu, oppa”. “ gomawo” balasku. Aku membuka kadonya karena penasaran, isinya sebuah jam tangan , gelang yang diukir namaku dengannya, dan sapu tangan yang pernah aku pinjamkan, tapi sapu tangan  itu sudah dijahit namaku. “nan jeongmal saranghaeyo,oppa” Hae Yeon mengecup bibirku selama beberapa menit sambil menangis. Dia menghentikan ciumannya itu. “arrayo, hae yeon.. nan eonjena neol saranghaeyo”. Aku kembali meraih wajahnya dan membalas ciumannya.

Aku dan Hae Yeon berjalan menyusuri pinggir pantai. Sampai akhirnya kami, duduk di pinggir pantai. Memandangi laut di Pulau Jeju dengan cermat. Hae Yeon mengeluarkan kamera polaroidnya dan memintaku foto berdua. Aku menyimpan salah satu foto berdua kami sebagai tanda kami pernah bersama. Saat pandanganku tertuju dengan langit yang cerah ini, tiba-tiba Hae Yeon menyenderkan kepalanya di bahuku. Aku menggenggam tangannya erat takut akan kehilangannya. Hae Yeon menatapku sambil tersenyum. Aku ingin setiap hari menghabiskan waktu bersamanya seperti ini. Memeluknya , mendengarkan suaranya yang indah itu sampai akhir hidupku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan diriku setelah dia meninggalkan aku nanti. Semua ini kenyataan. Aku menatap langit , berharap eomma mendengarkan apa yang aku pikirkan di dalam hati ini. Eomma, dia adalah wanita yang aku cintai, Kim Hae Yeon. Yeoja yang memiliki bakat , suara , dan wajah yang cantik. Sesuai dengan tipe wanita yang pernah eomma sarankan untukku. Tapi , sayangnya sebentar lagi Tuhan akan memanggilnya, sehingga aku tidak dapat bersama dengannya. Jika eomma bertemu dengannya, jagalah dia, jebal.

Pagi ini, Hae Yeon kembali memintaku mengantarkan ke pinggiran pantai lagi. Matahari ,dan angin melengkapi kebersamaan kami. Hae Yeon kembali memelukku erat. “oppa.. berjanjilah denganku jangan pernah lupakan aku, kenanglah aku di dalam hatimu.. meskipun aku harus pergi..tapi cintaku tidak akan pergi, karena cinta ini akan selalu bersamamu.. aku akan sering datang ke mimpimu untuk memelukmu seperti ini lagi.. jangan terjatuh karena aku tidak disampingmu.. jebal..”. “arrayo, Hae Yeon na.. aku berjanji.. saranghaeyo Kim Hae Yeon”. Hae Yeon menyentuh wajahku dengan kedua telapak tangannya dan mendekatkan wajahnya hingga bibir kami bertemu lagi. Tiba-tiba, tubuh Hae Yeon melemah , aku menekuk kakiku , membiarkan dia menyandar. Aku genggam tangannya untuk menguatkannya. Aku langsung menelfon hyung untuk mengirimkan bantuan secepatnya kesini. “Oppa, sudahlah. Aku sudah harus pergi. Ini sudah waktunya” perlahan air matanya mengalir. Aku menangis karena tidak sanggup melihatnya seperti ini. Matanya tertutup dan tangannya terlepas dari genggamanku. Aku tahu semuanya akan berakhir disini. Biarkan yeoja yang kucintai ini menghembuskan nafas terakhirnya di Pulau Jeju ini. Kim Hae Yeon , selamat jalan. Jangan pernah lupakan aku. Suatu saat nanti aku berharap akan menemuimu lagi. Saranghaeyo Kim Hae Yeon.

THE END  

~ admin fishy ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar