Kamis, 14 Juni 2012

Our Kiss part 8


Leeteuk’s pov
Ia tersenyum padaku. Benarkah itu? Berarti ia tidak hilang ingatan? Syukurlah, aku sangat senang. Semua kekhawatiranku sudah terjawab. Hm.. tidak semua, setidaknya seperempatnya sudah terjawab dan aku bisa sedikit tenang walaupun aku masih takut ia benar2 manyukai sungmin. Sudahlah, yang penting ia sadar dan masih mengingatku.
“leeteuk oppa kan?” suaranya begitu lembut dan pelan.
“ne. Kau melupakanku?”
Aku menjawab dengan sarkastik untuk menggodanya.
“ani, hanya memastikan bahwa aku tidak salah orang. Kurasa wajahmu berubah”
Wajahku berubah? Apa maksudnya? Apakah ia mengingatnya? Dulu dan sekarang...
**
Ahn Minseo’s pov
Dan hari ini aku sudah diizinkan pulang oleh dokter Lee. Dokter yang sangat baik itu dan juga.. tampan. Kalau tidak salah kuingat, namanya itu Lee Donghae. Baik dan tampan, memang pria idaman. Namun sayangnya aku tak tertarik.
Aku menertawai diriku sendiri selama perjalanan pulang kerumah yang diantar oleh leeteuk oppa.
“waeyo? Kau seperti senyum2 sendiri minseo-ah” tanya leeteuk oppa tampak penasaran. Aku tak mau menjawab dan hanya menggeleng membuat ia gemas padaku.
Setibanya dirumah, aku disambut oleh banyak orang, ada eomma, appa, ahjumma, ahjussi, dan sungmin oppa.
“selamat datang Minseo-ah. Akhirnya kau pulang kerumah juga, kami semua merindukanmu” kata ahjumma. Eomma tidak mengatakan apapun hanya memelukku erat. Aku tersenyum simpul tanda terimakasih. Kami makan malam bersama merayakan kepulanganku.
Setelah makan malam selesai, leeteuk dan sungmin oppa membawaku ke kamar dan menyuruhku untuk istirahat. Aku hanya menurut karena mereka berdua ingin yang terbaik untukku dan ingin aku cepat sembuh dan pulih.
Pintu kamar ditutup dan aku menarik selimut putih bercorak garis2 hitam alias zebra. Aku barusan menutup mataku namun aku membukanya kembali. Aku mendengar orang berbicara didepan pintu kamarku. Telingaku kupasang baik2 untuk mendengar pembicaraan itu. Namun sayangnya aku terlalu congek sehingga tidak bisa mendengar apapun hanya bisikan bisikan tak jelas.
                                                •                             •                             •
“hyung, aku mendukungmu untuk mendapatkannya. Berjuanglah. Jangan berpikir aku menyukainya yah, aku dan Minseo hanya sahabat. Dan selamanya hanya akan tetap menjadi sahabat ^^”
“benarkah?”
“ne. Oyah, kudengar ia sudah memiliki namjachingu di kanada. Kalau ia memang benar2 mengingatmu, kuyakin ia akan memilihmu dan menetap dikorea serta tidak akan kembali lagi ke kanada.”
“mwo? Jinjja? Apa kau berbohong sungmin-ah?”
“ani. Percaya saja padaku, makanya menangkan hatinya. Kuyakin ia akan menetap dikorea hanya untuk bersamamu”
“ne, arraseo.”
                                                •                             •                             •
Still Minseo’s pov~
Pagi ini, begitu cerah. Matahari tampak berseri dan hangat. Burung2 berkicauan dan sangat gembira menyambut hari pertamaku dirumah setelah kecelakaan maut itu. Haahh.. indah sekali. apakah bunga2 juga bermekaran seperti dengan suasana hatiku yang sangat bahagia ini? Tentu saja...
Aku turun perlahan dari kamarku menju ke dapur.
“annyeong Minseo-ssi” sapa leeteuk oppa dari meja makan. Pagi sekali ia sudah berada disini, sepertinya ia sedang memasak sesuatu.
“annyeong leeteuk oppa” balasku sambil mengucek mataku dan duduk di kursi meja makan. Ia tiba2 datang dengan sepiring bubur ayam di tangannya.
“ini kau sarapan dulu” katanya. Aku menatap buburnya dan wajahnya bergantian.
“ini sarapanku?” tanyaku
“ne. Makanlah” jawabnya lalu hilang dari pandanganku dan kembali lagi dengan segelas susu putih.
“gomawo oppa. Tapi mana eomma?”
“ia sedang pergi dengan appa-mu.”
“oh.. arraseo”
Aku mengambil sesendok bubur buatan leeteuk oppa dan mulai memasukkannya kedalam mulutku. Hmm.. enak sekali, batinku. Aku melihatnya dan mengacungkan jempolku mengekspresikan kalimat yang barusan kuucapkan dalam pikiranku. Ia tersenyum sumringah.
“oppa.. bisakah kau mengantarku ke taman itu lagi nanti sore?”
“yang mana?”
“yang terakhir kita kunjungi”
Leeteuk oppa akhirnya paham tempat yang kumaksud dan mengangguk menyanggupi permintaanku.
**
Aku sudah siap dan tinggal menunggu leeteuk oppa datang menjemputku. Sore ini aku memakai kaus lengan panjang dan celana pendek. Udaranya cukup sejuk sekarang karena mendung, mungkin semakin malam akan hujan dan dingin.
Klakson berbunyi dan aku bergegas keluar rumah.
“sudah?”
“hmm”
Mobilnya melaju ditengah jalanan yang ramai. Kami duduk tanpa bebicara ditemani dengan lagu All My Heart, lagu Super Junior. Aku sangat menikmati alunan lagunya. Begitupun dengannya, kupikir begitu.
Di taman...
Kami sampai dan aku langsung turun. Sudah pukul enam sore. Matahari mulai turun dan menyembunyikan dirinya kembali dibagian barat. Langit terlihat lebih gelap dari biasanya, apakah pertanda ini akan hujan? Yahh.. jangan hujan.. jebal... aku masih ingin mengenang tempat ini.
Taman indah yang ada dipojok kota seoul bagian utara. Jembatan kecil ditengah taman, kolam ikan, telephone box, dan pohon singkong dan ubi itu. Aku mengingatnya. Ahahaha, aku tertawa dalam hatiku mengingat kejadian itu. Aku melirik leeteuk oppa yang dari tadi juga seru sendiri memandangi tempat yang sudah tidak banyak pengunjung ini.
Aku berjalan perlahan tak menentu menikmati pemandangan dan udara dingin yang sedikit menusuk tulang. Tapi akhirnya aku sampai disebuah bangku kecil dan aku duduk. Kakiku cukup pegal. Leeteuk oppa mengikuti apa yang aku lakukan.
“apa kau sudah mau pulang? Sepertinya akan hujan”
Aku menggeleng menjawab pertanyaannya.
Tak lama kemudian benar2 gerimis dan turun hujan deras. Karena mobil kami diparkir sedikit jauh, leeteuk oppa segera mencari tempat berteduh terdekat. Ia membawaku kebawah pohon.
“leeteuk oppa -_- kalo hujan gaboleh dibawa pohon kalo gak mau disamber geledek -_-“ kataku dan ia hanya tersenyum konyol sambil menggaruk kepalanya.
“eh iya, mian. Aku lupa” jawabnya cengengesan. Tak lama , ia menarik tanganku untuk masuk ke telephone box itu.
“disini kurasa lebih aman” katanya sambil cengengesan lagi. Aku menatapnya sambil tersenyum menertawainya. Lenganku memeluk tubuhku sendiri karena kedinginan.
“kau dingin?” tanya leeteuk oppa. Aku hanya mengangguk.
Sebenarnya aku gugup, telephone box ini terlalu kecil untuk dimasuki dua oarang. Akhirnya kami kesempitan dan jarak antar tubuh dan wajah kami sangat dekat. DEG! Aduh.. jantungku tak bisa diajak kompromi, jantungku malah berdetak cepat dan kencang hingga menimbulkan suara yang aneh. Apakah leeteuk oppa mendengarnya? Kurasa iya. Bagaimana ini? aku malu..
Leeteuk oppa melepas jaket putihnya dan memakaikannya padaku.
“ini kau pakailah” katanya
“lalu oppa?”
“sudah, pakai saja.” Jawabnya memaksaku.
Aku menurutinya, namun kulihat kini giliran dia yang kedinginan. Aku merasa kasihan padanya. Aku memeluknya erat agar ia bisa merasakan sedikit hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar