Kamis, 14 Juni 2012

Our Kiss part 3


Eomma menghentikan mobilnya didepan department store alias mall. Sudah lama aku tidak mengunjungi mall ini. mall yang biasa eomma selalu mengajakku belanja dulu.
“ini juga berubah” ucapku
Eomma tersenyum sambil memilih beberapa baju yang kurasa itu untukku.
“eh, Rae woon-ssi” teriak eomma pelan pada seorang wanita seumuran eomma diujung sana. Aku sontak menoleh dan mendapati kedua ibu2 itu tengah berbincang hangat. Huhh.. aku menghela napas panjang. Mungkin sudah terbiasa dengan budaya barat yang selalu cuek dengan orang lain dan paling malas menunggu orang lain yang sedang asik mengobrol, termasuk eommaku.
“annyeong” suara itu mengagetkanku secara tiba2. Ia juga memegang pundakku. Aku refleks menoleh kebelakang mencari asal suara berat itu. Aku mendapati seorang namja yang tak asing bagiku.
“annyeong” ulangnya lagi tampak seperti namja idiot dengan senyum konyolnya, umur berapa dia kufikir ? sedikit kerutan dibagian matanya, pelipis yang mulai turun dan rahang yang sudah sangat tegas untuk seorang pria dewasa, walaupun tubuhnya masih terlihat tegap sempurna. Biar kutebak, umur 28 tahunkah ia ? ah tidak .. tidak.. mungkin 30! 
“annyeong” jawabku seadanya dengan senyum kecil tak iklas. Dia hanya tersenyum konyol lagi. Dan aku memalingkan wajahku pada wajahnya. Aku hendak berjalan menuju eomma namun jemarinya menarik pergelangan tanganku.
“jamkkanman” katanya. Aku tersentak menoleh padanya dengan sedikit tatapan sinis
“what are you doing ? put your hands off me and stay away.” Jawabku ketus.
“hmm ? mwo ?”
“namja pabbo” batinku
“mwo ? apa yang kau katakan barusan ?” ia memelototkan matanya menatapku.
“ani. Ada apa ?” tanyaku dengan nada menurun.
“ani, aku hanya ingin lebih dekat denganmu.” Jawabnya.
Aku belum sempat menjawab seseorang memanggilku.
“Minseo-ah, kemari”
“ne, leeteuk-ah, bawa Minseo kemari”
Teriak dua yeoja sebaya itu sambil melambaikan tangannya pada kami. Aku dan leeteuk saling menatap sesaat dan kemudian melangkah masuk lebih dalam tempat kedua yeoja seumuran itu berada.
“kalian sudah saling kenal kan ?” tanya ahjumma yang memang cukup ramah itu. Aku hanya menjawab dengan melemparkan senyum manisku pada ahjumma itu dan kemudian eomma pamit dengannya dan akhirnya kami berpisah. Huufftt.. aku menghela napas sejenak terhindar dari namja pabbo itu.
**
Aku baru pulang bertemu bersama teman temanku, namun dengan cepat appa menghampiriku.
“appa ? kau mengagetkanku” batinku.
Appa berbicara langsung dan tanpa basa basi lagi. Aku tak percaya ini. apa yang ia katakan barusan ? ia memintaku untuk mempersiapkan diri untuk makan malam spesial minggu depan ? kufikir dengan siapa ? mengapa appa tampak begitu antusias ? entahlah, aku tak mengerti. Kurasa minggu depan masih lama, mengapa ia tampak terburu buru sekali ?
“aahhh.. ne appa” jawabku lemas segera beranjak melangkah ke tangga dan menuju kamarku. Sejenak aku merasa tenang, melihat suasanan kamar masa kecilku dan semua barang-barangku tersimpan rapi disusun oleh eomma. Warna dinding yang dilapisi wallpaper dengan gambar bubble hitam dan putih klasik minimalis membuat ruangan ini begitu elegan dan menenangkan batin. Apalagi aromathheraphy eucalyptus yang menyelimuti seluruh atmosfir ruang kamarku. Aku menghempaskan tubuhku ke ranjang dan menatap dinding kamar yang putih bersih.
“mengapa ia menyebalkan sekali ? dari sejak awal bertemunya!” batinku. Keheningan yang barusan kunikmati seketika pecah akan bunyi dering ponselku. Aku terkejut dan melompat spontan. Akhirnya aku mengaduk tas jinjing yang barusan kubawa dan mencari benda itu.
“ne ?”
Ahh.. ternyata kibum. Aku kaget dibuatnya.
“chagii.. apa kau baik2 saja ? jeongmal bogoshipeo”
“nadoo chagi” jawabku.
Sejenak aku melepas rinduku pada namja chinguku yang sudah.. mmm.. dua minggu kutinggalkan disana. Ia berbicara manja membuatku semakin gemas dengannya. Senyumnya ketika mengembang membuat pipinya semakin tembam, bibirnya seolah sangat kecil, dan matanya hanya terlihat segaris. Semua ciri2 wajah yang kuingat jelas ketika ia tersenyum tergambar jelas dibenakku. Aku rasa aku sangat merindukannya. Bagaimana ini ? apakah aku harus segera kembali ke kanada ? ah, tidak. Belum waktunya. Terlalu cepat.
“tenang saja, aku akan segera kembali” kataku
“yaksokhage ?”
“ne!”
Setelah berbincang lama, akhirnya kami saling mengakhiri pembicaraan, menutup telepon dan aku beranjak menuju kamar mandi dan membasuh wajah.
**
Pagi yang datang begitu cepat. Kicauan burung bagaikan alarm alami yang membangunkanku dan memintaku sadar dari alam mimpi. Korea sedang mengalami musim semi, pantas saja mataharinya cukup terik. Membuat kulitku terasa panas. Namun biarkanlah, aku lebih memilih kulitku memerah daripada melihat bunga2 diluar sana tidak bisa tumbuh karena kekurangan sinar mentari untuk fotosintesa. Aku menatap jendela dan tersenyum sumringah. Indah sekali.
Bangun, beranjak ke kamar mandi dan menggosok gigi. Kemudian turun menghampiri eomma dan appa yang sudah menunggu di meja makan.
 
“annyeong eomma, appa” sapaku ramah sembari meraih segelas susu.
“ne. Oyah Minseo-ah, apakah kau sudah siap2 ?”
Pertanyaan eomma seolah membuat susuku terhenti tercekat ditenggorokan dan tak bisa mengalir. Alhasil aku hanya bisa batuk2 tanda keselek.
“hmm ?” gumamku setelah susah payah kutelan susu sapi itu.
“untuk minggu depan.” Sambung eomma. Aku menatap eomma sesaat dan kemudian beralih ke appa. Apakah tema yang dibicarakan eomma sama dengan yang appa bicarakan kemarin ? appa hanya tersenyum menjawab ertanyaan dipiranku dengan kata ‘iya’
“ahh, belum. Aku belum mempersiapkannya. Kan masih lama” balasku santai.
“tidak bisa. Hari ini juga kau harus segera pergi mencari gaun untuk makan malam itu” jawab appa sambil mengeluarkan hamburger masa depan alias dompet tebalnya yang selalu dipenuhi oleh uang receh. Eh salah maksudku dolar.
“ini.. appa mau hari ini semuanya beres.” Sambung appa menyodorkan uang asing itu.
Aku hanya diam tak percaya sambil melongo membuka lebar mulutku menunggu seekor lalat masuk -_-
**
Sesuai dengan yang appa katakan, aku harus mempersiapkan semuanya untuk perjamuan makan malam tidak jelas itu. Bagaimana tidak ? aku saja tidak tahu dengan siapa aku akan makan malam dan mengapa appa begitu semangat. Dari pagi aku pergi ke money changer dan langsung ke mall ternama di kota seoul, Hyundai Department Store.
“annyeong, bisa kubantu ?” tanya seorang namja tinggi yang kuyakin bukanlah manusia. Mengapa tidak ? postur tubuhnya yang tegap tinggi, kulit putih mulus, dan lesung pipi sempurna membuatnya bagaikan malaikat. Ya ampun Ahn Minseo... apa yang kau pikirkan ? kau sudah milik Kim Kibum, namja dengan senyum pembunuh satu2nya yang ada di dunia. Tidak akan ada yang bisa menandingi dan menggantikan senyum Kibum-ku, kata angelku.
Ahn Minseo, lihatlah.. dia pria yang sangat tampan. Senyumnya yang begitu ceria, lesung pipi yang dalam, dan bibir tipis yang merah. Apakah itu tidak menggoda ? cepat ajak ia berkenalan, ia pasti tertarik padamu. Jangan pikirkan kibum lagi. Lagipula ia kan sedang di kanada, mana ia tahu apa yang kau lakukan sekarang. Ayoo cepat... nanti kau akan menyesal!!, kata evil-ku.
Ditengah perdebatan dua sisi dari diriku, aku segera membuyarkan lamunanku menyadari sedari tadi aku hanya menatapnya karena angel dan devilku mulai berdebat tak jelas dan berkeliaran dipikiranku.
“hmm..” aku memalingkan wajahku sejenak dan berpura pura melihat-lihat.
“bisa tolong carikan dress elegant untuk makan malam penting, hmm ?” tanyaku manis.
Ia kemudian mengangguk dan pergi meninggalkanku. Huhh.. nafasku sedikit sulit tadi.
“nona..” panggil seorang yeoja lain yang kuyakin adalah karyawaan di mall ini.
“hmm ?” tanyaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar