Author : Admin petals
Title : Our Kiss
Genre : Romance, comedy
Cast : Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Kibum, Lee Sungmin, Choi
Siwon, Ahn Minseo (sebagai aku)
Ahn Minseo’s pov
Dan hari ini aku akan kembali ke korea. Bertemu dengan eomma
dan appa, melihat keadaan mereka setelah enam tahun aku tidak melihat mereka.
aku harap mereka baik2 saja. Setelah beres2 dan meyakinkan diriku sendiri bahwa
tidak ada satu barang pun yang tertinggal, akhirnya aku menuju airport, diantar
oleh manajerku.
“goodbye. Don’t forget do call me back when you arrive
there”
“okay, bye” jawabku singkat dan segera masuk dan check in
Selama dipesawat, aku merasa seperti gugup. jantungku
berdegup kencang. Sudah lama aku tidak menginjakkan kakiku ditempat itu dan
sekarang aku kembali dan tentunya mengingat kenangan menyakitkan itu, bagiku.
Aku harus bertemu dengan ayahku setelah sekian lama. Aku tidak bisa
membayangkan keadaan apa yang akan terjadi nantinya. Mungkin aku hanya bisa
menatap ayahku kosong tanpa berkata apapun. Tenggelam didalam kecanggungan yang
mendalam bagai tak saling mengenal satu sama lain. Bagi sebagian besar orang,
pasti akan langsung memeluk kedua orangtuanya. Namun tidak bagiku, berbicara
saja sudah sulit bagaimana memeluk.
INCHEON AIRPORT
Aku sampai disini.
“tidak ada yang berubah” batinku. Mataku masih asik
menjelajahi setiap sudut tempat itu memastikan bahwa memang tidak ada yang
berubah.
Hmm.. aku belum memberitahu siapapun tentang kedatanganku ke
korea. Aku berjalan menuju sebuah taxi dan langsung memintanya mengantarku
pulang kerumah. Dan perasaan itu datang kembali. Perasaan itu sama pada saat
dipesawat tadi, bahkan lebih parah. Setelah setengah jam didalam taxi, aku
sampai dirumah yang tak asing bagiku. Tempat dimana aku dibesarkan dan tinggal
bersama kedua orangtuaku. Aku masuk begitu saja dari pagar utama karena memang
tidak dikunci. Masuk hingga ke pintu utama dalam rumahku yang memang lumayan
besar. Perlahan membuka pintunya dan melangkah masuk setapak demi setapak.
Aku menghentikan langkahku spontan melihat apa yang sedang
berada didepanku.
DEG !
Aku menatap pria setengah baya yang tak salah lagi adalah
appaku sendiri. Ia juga menatapku langsung dan tepat ke dalam pupil mataku.
Tatapannya dan tatapanku kurasa sama, hanya kosong dan kaget. Tidak mengeluarkan
reaksi apapun. Hingga mungkin sepuluh menit keadaan ini berlangsung, seorang
pria dengan suara berat berdeham.
“hmm ? Minseo ? kau sudah kembali ?”
Akhirnya aku mendengar suara appaku kembali. Mendengar
suaranya.
“ne appa. Apa kabar ?” tanyaku dengan nada dan suara
bergetar.
Ia tiba2 berdiri dan berjalan mendekatiku dan kemudian
memelukku. Mendekapku pada pelukan hangatnya yang kalau aku tidak salah ingat
terakhir ia memelukku adalah pada saat aku berusia 3 tahun. ia memelukku dengan
begitu tenangnya. Aku tidak membalas pelukannya karena kedua tanganku memegang
barang penuh.
“minseo..” panggilnya lembut
“ne appa ?”
Ia tidak menjawab lagi. Selanjutnya ia memanggil salah satu
pelayan rumahku untuk membawa koper dan tas ku.
•
• •
Flashback—
Aku duduk termenung di sebuah kedai kopi langgananku yang
tak cukup ramai. Duduk diam menatap kosong lurus ke depan menembus jendela kaca
yang dipenuhi rintikkan air hujan yang mengguyur bumi. Suara air hujan yang
menabrak genting membuat aku merasa tenang, seolah air itu pecah. Aku mengingat
terakhir kali aku berada di seoul adalah pada saat aku berumur delapan belas
tahun dan setelah itu aku nekad kesini. Ya, ke kanada. Aku sendirian berangkat
ke negara bagian benua amerika ini tanpa ditemani oleh siapapun. Pada saat itu,
aku setress dan mengalami banyak tekanan dari kedua orangtuaku. Ditambah lagi
aku nekad dan memiliki cukup biaya, waktu membawaku hingga sampai pada titik
ini. tak kusangka semuanya akan menjadi seperti ini. terakhir aku berbicara
pada appaku yaitu pada saat.... eeuummm....
Aku mencoba mengingat keajadian sepuluh tahun silam yang
sangat perih bagiku.
“menjadi seorang gitaris tidak pernah bisa menjamin
kehidupanmu. Menjadi seorang gitaris itu hanya bagaikan pengemis. Bernyanyi
dijalan dan berjalan tak menentu sambil memetik gitar tak jelas”
Ya, begitulah kalimat terakhir yang dilontarkan appa sebelum
beberapa hari kemudian kuputuskan untuk pergi dari rumah. Rasa nyeri pada
dadaku sangat terasa sekali hingga aku tak bisa menahan airmataku. Kupejamkan
sejenak mataku mencoba untuk mencegah air bening itu jatuh menelusuri pipiku
yang dingin, tapi gagal. Kalimat itu benar2 terngiang jelas di telingaku,
tergambar jelas di benakku bagaimana sikap dan nada bicara appa mengatakan
kalimat tajam itu padaku dan aku hanya bisa menunduk pasrah. Mencoba mengikuti
semua kemauannya untuk bersekolah di SMAK dan mengambil jurusan IT.
“appa kumohon, mengertilah diriku” batinku pada saat itu
yang hampir putus asa.
Aku tiba2 saja mendongak dan membulatkan mataku. Mencoba
tidak lagi membiarkan butiran bening itu keluar dan memenuhi pelupuk mataku.
Aku, Ahn Minseo, aku telah membuktikan pada appa bahwa aku bisa menjadi apa
yang kuinginkan dengan sukses. Impianku sejak kecil, menjadi gitaris terkenal
telah tercapai. Appa pasti juga tahu akan hal ini, maka besok kuputuskan untuk
pulang kerumahku di seoul yang sangat kurindukan. Terutama eomma. Ia menangis
setiap kali aku meneleponnya. Apalagi ketika aku pertama kali memberitahunya
bahwa aku akan menetap di kanada, bahkan kudengar kabar bahwa eomma sempat tak
sadarkan diri selama dua hari. Namun karena tekadku yang sudah bulat, aku tidak
akan pulang. Aku sudah terlanjur mengambil keputusan yang kuinginkan dan aku
harus melangkah maju apapun yang terjadi.
“yeoboseyo ? chagi, datanglah ke kafe tempat biasa. Aku
ingin berbicara sesuatu” kataku pada seseorang disebrang telepon, setlah
meyakinkan ia akan datang aku pun menutup teleponku dan menunggunya.
Baru saja menyeruput beberapa kali wine asal prancis, ia
segera berdiri dihadapanku membuat ku kaget
“oppa, kau ini senang sekali membuatku sakit jantung. Cepat
sekali datangnya” kataku sambil memanyunkan bibirku beberapa sentimeter
“ne.” Jawabnya sambil terkekeh melihat sifatku yang
sesungguhnya diam dan dingin namun tiba2 bisa berubah menjadi anak kecil
berumur lima tahun.
Ia mencubit pipiku. “aww, sakit oppa” kataku sambil mengelus
pipiku
“ada apa ?”
“anii.. aku hanya ingin mengatakan bahwa aku akan kembali ke
korea besok pagi.”
“jinjjayo ? lalu pekerjaanmu ?”
“aku sudah mengatakan itu pada Shindong ahjussi, ia
memberiku cuti berlibur untuk beberapa minggu dan aku akan secepatnya kembali
kesini” jelasku dan ia hanya mengangguk.
“Minseo-ah, mian besok aki tidak bisa mengantarmu ke
airport, pagi2 sekali aku sudah harus pergi ke lokasi syuting. Niga gwenchanayo
?”
Aku tersenyum kecil mendengar perkatannya. Ia memang selalu
sibuk, wajar saja. Ia adalah aktor terkenal disini, dan ini suatu kehormatan
bagiku bisa menjadi yeojachingu nya. Dan mungkin juga karena pengaruh takdir,
ia adalah orang yang lahir dan berketurunan korea namun tinggal di kanada.
Sungguh beruntung memiliki teman pria yang satu kebangsaan, jadi dalam waktu
yang singkat kita dapat langsung merasa cocok satu sama lain dan akhirnya ia
menjadi namjachinguku.
“ne. Gwenchanayo. Kau jangan khawatir oppa,
berkonsentrasilah pada pekerjaanmu” jawabku dan ia berdiri dan mengecup
keningku singkat.
•
• •
Tidak ada komentar:
Posting Komentar