Kamis, 14 Juni 2012

Our Kiss part 1


Author : Admin petals
Title : Our Kiss
Genre : Romance, comedy
Cast : Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Kibum, Lee Sungmin, Choi Siwon, Ahn Minseo (sebagai aku)
Ahn Minseo’s pov
Dan hari ini aku akan kembali ke korea. Bertemu dengan eomma dan appa, melihat keadaan mereka setelah enam tahun aku tidak melihat mereka. aku harap mereka baik2 saja. Setelah beres2 dan meyakinkan diriku sendiri bahwa tidak ada satu barang pun yang tertinggal, akhirnya aku menuju airport, diantar oleh manajerku.
“goodbye. Don’t forget do call me back when you arrive there”
“okay, bye” jawabku singkat dan segera masuk dan check in
Selama dipesawat, aku merasa seperti gugup. jantungku berdegup kencang. Sudah lama aku tidak menginjakkan kakiku ditempat itu dan sekarang aku kembali dan tentunya mengingat kenangan menyakitkan itu, bagiku. Aku harus bertemu dengan ayahku setelah sekian lama. Aku tidak bisa membayangkan keadaan apa yang akan terjadi nantinya. Mungkin aku hanya bisa menatap ayahku kosong tanpa berkata apapun. Tenggelam didalam kecanggungan yang mendalam bagai tak saling mengenal satu sama lain. Bagi sebagian besar orang, pasti akan langsung memeluk kedua orangtuanya. Namun tidak bagiku, berbicara saja sudah sulit bagaimana memeluk.
INCHEON AIRPORT
Aku sampai disini.
“tidak ada yang berubah” batinku. Mataku masih asik menjelajahi setiap sudut tempat itu memastikan bahwa memang tidak ada yang berubah.
Hmm.. aku belum memberitahu siapapun tentang kedatanganku ke korea. Aku berjalan menuju sebuah taxi dan langsung memintanya mengantarku pulang kerumah. Dan perasaan itu datang kembali. Perasaan itu sama pada saat dipesawat tadi, bahkan lebih parah. Setelah setengah jam didalam taxi, aku sampai dirumah yang tak asing bagiku. Tempat dimana aku dibesarkan dan tinggal bersama kedua orangtuaku. Aku masuk begitu saja dari pagar utama karena memang tidak dikunci. Masuk hingga ke pintu utama dalam rumahku yang memang lumayan besar. Perlahan membuka pintunya dan melangkah masuk setapak demi setapak.
Aku menghentikan langkahku spontan melihat apa yang sedang berada didepanku.
DEG !
Aku menatap pria setengah baya yang tak salah lagi adalah appaku sendiri. Ia juga menatapku langsung dan tepat ke dalam pupil mataku. Tatapannya dan tatapanku kurasa sama, hanya kosong dan kaget. Tidak mengeluarkan reaksi apapun. Hingga mungkin sepuluh menit keadaan ini berlangsung, seorang pria dengan suara berat berdeham.
“hmm ? Minseo ? kau sudah kembali ?”
Akhirnya aku mendengar suara appaku kembali. Mendengar suaranya.
“ne appa. Apa kabar ?” tanyaku dengan nada dan suara bergetar.
Ia tiba2 berdiri dan berjalan mendekatiku dan kemudian memelukku. Mendekapku pada pelukan hangatnya yang kalau aku tidak salah ingat terakhir ia memelukku adalah pada saat aku berusia 3 tahun. ia memelukku dengan begitu tenangnya. Aku tidak membalas pelukannya karena kedua tanganku memegang barang penuh.
“minseo..” panggilnya lembut
“ne appa ?”
Ia tidak menjawab lagi. Selanjutnya ia memanggil salah satu pelayan rumahku untuk membawa koper dan tas ku.
                                                •                             •                             •
Flashback—
Aku duduk termenung di sebuah kedai kopi langgananku yang tak cukup ramai. Duduk diam menatap kosong lurus ke depan menembus jendela kaca yang dipenuhi rintikkan air hujan yang mengguyur bumi. Suara air hujan yang menabrak genting membuat aku merasa tenang, seolah air itu pecah. Aku mengingat terakhir kali aku berada di seoul adalah pada saat aku berumur delapan belas tahun dan setelah itu aku nekad kesini. Ya, ke kanada. Aku sendirian berangkat ke negara bagian benua amerika ini tanpa ditemani oleh siapapun. Pada saat itu, aku setress dan mengalami banyak tekanan dari kedua orangtuaku. Ditambah lagi aku nekad dan memiliki cukup biaya, waktu membawaku hingga sampai pada titik ini. tak kusangka semuanya akan menjadi seperti ini. terakhir aku berbicara pada appaku yaitu pada saat.... eeuummm....
Aku mencoba mengingat keajadian sepuluh tahun silam yang sangat perih bagiku.
“menjadi seorang gitaris tidak pernah bisa menjamin kehidupanmu. Menjadi seorang gitaris itu hanya bagaikan pengemis. Bernyanyi dijalan dan berjalan tak menentu sambil memetik gitar tak jelas”
Ya, begitulah kalimat terakhir yang dilontarkan appa sebelum beberapa hari kemudian kuputuskan untuk pergi dari rumah. Rasa nyeri pada dadaku sangat terasa sekali hingga aku tak bisa menahan airmataku. Kupejamkan sejenak mataku mencoba untuk mencegah air bening itu jatuh menelusuri pipiku yang dingin, tapi gagal. Kalimat itu benar2 terngiang jelas di telingaku, tergambar jelas di benakku bagaimana sikap dan nada bicara appa mengatakan kalimat tajam itu padaku dan aku hanya bisa menunduk pasrah. Mencoba mengikuti semua kemauannya untuk bersekolah di SMAK dan mengambil jurusan IT.
“appa kumohon, mengertilah diriku” batinku pada saat itu yang hampir putus asa.
Aku tiba2 saja mendongak dan membulatkan mataku. Mencoba tidak lagi membiarkan butiran bening itu keluar dan memenuhi pelupuk mataku. Aku, Ahn Minseo, aku telah membuktikan pada appa bahwa aku bisa menjadi apa yang kuinginkan dengan sukses. Impianku sejak kecil, menjadi gitaris terkenal telah tercapai. Appa pasti juga tahu akan hal ini, maka besok kuputuskan untuk pulang kerumahku di seoul yang sangat kurindukan. Terutama eomma. Ia menangis setiap kali aku meneleponnya. Apalagi ketika aku pertama kali memberitahunya bahwa aku akan menetap di kanada, bahkan kudengar kabar bahwa eomma sempat tak sadarkan diri selama dua hari. Namun karena tekadku yang sudah bulat, aku tidak akan pulang. Aku sudah terlanjur mengambil keputusan yang kuinginkan dan aku harus melangkah maju apapun yang terjadi.
“yeoboseyo ? chagi, datanglah ke kafe tempat biasa. Aku ingin berbicara sesuatu” kataku pada seseorang disebrang telepon, setlah meyakinkan ia akan datang aku pun menutup teleponku dan menunggunya.
Baru saja menyeruput beberapa kali wine asal prancis, ia segera berdiri dihadapanku membuat ku kaget
“oppa, kau ini senang sekali membuatku sakit jantung. Cepat sekali datangnya” kataku sambil memanyunkan bibirku beberapa sentimeter
“ne.” Jawabnya sambil terkekeh melihat sifatku yang sesungguhnya diam dan dingin namun tiba2 bisa berubah menjadi anak kecil berumur lima tahun.
Ia mencubit pipiku. “aww, sakit oppa” kataku sambil mengelus pipiku
“ada apa ?”
“anii.. aku hanya ingin mengatakan bahwa aku akan kembali ke korea besok pagi.”
“jinjjayo ? lalu pekerjaanmu ?”
“aku sudah mengatakan itu pada Shindong ahjussi, ia memberiku cuti berlibur untuk beberapa minggu dan aku akan secepatnya kembali kesini” jelasku dan ia hanya mengangguk.
“Minseo-ah, mian besok aki tidak bisa mengantarmu ke airport, pagi2 sekali aku sudah harus pergi ke lokasi syuting. Niga gwenchanayo ?”
Aku tersenyum kecil mendengar perkatannya. Ia memang selalu sibuk, wajar saja. Ia adalah aktor terkenal disini, dan ini suatu kehormatan bagiku bisa menjadi yeojachingu nya. Dan mungkin juga karena pengaruh takdir, ia adalah orang yang lahir dan berketurunan korea namun tinggal di kanada. Sungguh beruntung memiliki teman pria yang satu kebangsaan, jadi dalam waktu yang singkat kita dapat langsung merasa cocok satu sama lain dan akhirnya ia menjadi namjachinguku.
“ne. Gwenchanayo. Kau jangan khawatir oppa, berkonsentrasilah pada pekerjaanmu” jawabku dan ia berdiri dan mengecup keningku singkat.
                                                •                             •                             •

Tidak ada komentar:

Posting Komentar