Kamis, 14 Juni 2012

Our Kiss part 7


Leeteuk’s pov
Apa yang dilakukannya? Ia milikku. Tolong jangan sentuh dia, sungmin atau kau akan mati!
Apa yang aku pikirkan? Sungmin berusaha memberi napas buatan untuk Minseo agar oksigen tetap berjalan ke otak dan minseo bisa selamat.
Tapi mengapa harus sungmin yang memberikannya ? mengapa bukan aku? Aku tidak suka itu!!
Kalimat yang negatif maupun positif bertubi tubi menyerang otakku membuat aku kesal sendiri terhadap diriku. Sungmin mencoba menyelamatkan Minseo, ia adalah teman Minseo. Untuk apa aku cemburu? Tolong lah Jung Soo, untuk kali ini saja coba kau bersikap dewasa, semuanya akan baik2 saja. Walaupun perasaan panik, kesal, cemburu, sedih, kecewa, dan segala perasaan sejenisnya menyelimuti dadaku, aku harus tetap berkonsentrasi menyetir agar cepat sampai dirumah sakit.
Aku menarik napas ku dalam dan mengeluarkannya perlahan, mencoba merilekskan pikiran dan hatiku. Dan aku melirik lagi kebelakang, sungmin masih melanjutkan apa yang ia lakukan. Berulang kali. Mungkin ia akan melakukan itu sampai kami tiba dirumah sakit. Aaarggghhhhh !!!!
Dirumah sakit..
Setelah dokter memberikan pertolongan pertama pada Minseo setelah hampir tiga jam, akhirnya doket dan para suster keluar. Dengan segera aku bertanya kepada dokter apa yang terjadi dengan Minseo. Apakah ia baik2 saja atau malah keadaannya sangat buruk dan sekarat.
“Minseo mengalami cedera pada otak bagian belakangnya. Berdoalah agar ia tidak mengalami amnesia dan mengingat semuanya” jawab dokter dan segera berlalu. Aku menatap sungmin kosong dan terduduk dibangku terdekat. Sungmin melirik Minseo yang masih tak boleh dijenguk karena takut istirahatnya terganggu dan hanya melihat dari kaca pintu.
“Minseo-ah, jebal bangunlah”
Suaranya terdengar bergetar. Aku sudah meneteskan airmataku tak bisa menahan kesedihan yang memuncak di dadaku. Nafasku serasa berhenti melihat dan mengingat Minseo dalam keadaan seperti ini.
Aku melirik sungmin dan aku terkejut serta refleks menghapus airmataku. Aku tahu sungmin adalah orang yang lembut dan manis, namun ia tidak pernah bersedia mengeluarkan airmatanya untuk apapun, kecuali untuk hal2 yang sudah menyangkut kehidupannya yang begitu mendalam. Tak kusangka airmata telah penuh mengisi pelupuk matanya dan hampir menetes. Ia tidak melihatku dan tiba2 ia menyeka airmatanya agar tidak menetes. Sungmin ... seorang pria yang menurutku sangat lembut namun begitu kuat. Untuk kali ini aku melihatnya menangis untuk yeoja setelah sepuluh tahun aku bersahabat dengannya. Apakah ia menyukai Minseo ? apakah ia mencintai Minseo ?
Pertanyaan yang lagi2 membuat aku sesak napas dan tak sanggup untuk memikirkan hal itu. Aku mulai cemas dan khawatir. cemas akan segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang kuharapkan, dan terlebih lagi aku khawatir bahwa minseo akan memilihnya.
Aku dalam keadaan menunduk dan menatap lantai. Kurasa seseorang berdiri dihadapanku yang membuatku mendongak. Sungmin...
“hyung, mengapa kau menangis? Apakah kau mengenal temanku itu?” tanya sungmin.
Aku lagi2 menyeka airmataku. Merasa sedikit malu mengapa aku begitu mudah menangis dihadapan dongsaengku ini. aku menceritakan semuanya pada sungmin. Termasuk perjodohan itu. Perjodohan yang tak pernah ia mengerti namun aku sangat bahagia akan hal itu. Sungmin menatapku tak percaya.
“tapi itulah kenyataannya sungmin-ah.” Jawabku ketika sungmin bertanya apakah benar yang kuceritakan barusan. Ia memalingkan wajahnya dan tak menatapku lagi.
**
Berhari2 aku dan sungmin bergantian menjaga Minseo dirumah sakit. Menunggunya agar cepat sadar dari tidurnya yang sudah tiga hari. Dan hari ini giliranku yang menjaganya. Secara tak sadar aku tidur disamping ranjangnya dalam keadaan terduduk dan meletakkan kepalaku diatas lipatan kedua lenganku yang ada ditepi ranjang sambil memeluk tangan Minseo.
Aku tersadar secara tiba2 ketika pagi datang dan aku merasa ada yang bergerak. Aku mengucek mataku dan mencari apa itu tadi yang bergerak. Tak lama kemudian aku melihat bahwa jemari Minseo bergerak. Aku senang sekaligus panik. Kupanggil segera dokter Lee untuk memeriksanya.
“dia sudah sadar dan lukanya sudah mengering, tapi tetap harus beristirahat. Mungkin fisik dan mentalnya masih syok dan butuh banyak ketenangan” jelas dokter Lee
“ne. Gomawo”
Aku menatapnya lekat dan berharap ia segera membuka matanya dan aku adalah orang pertama yang ia lihat.
“ju..nnggg ss..sooo opp...ahh” gumamnya.
Suaranya yang begitu kecil ditambah lagi alat nafas itu yang menutupi mulut dan hidungnya, namun aku bisa mendengar suara samar2 itu. Mataku terbelalak dan tak percaya. Apa maksudnya? Sebelum semua pertanyaan itu dapat kujawab ia sudah membuka matanya perlahan dan semua pertanyaan itu hilang seketika.
“Minseo? Ahn Minseo? Kau sudah sadar?” tanyaku dengan senyum cerah.
“hmm”
Minseo’s pov
Aku perlahan membuka mataku karena aku merasa telapak tanganku begitu hangat. Siapa yang sedang menggengam tanganku? Tangannya lebar dan hangat. Dan aku merasa seperti baru bangun dari tidur siang yang cukup panjang. Tanganku masih lemas namun kuberanikan diriku untuk membuka alat oksigen yang menutupi hidung dan mulutku. Aku menatap pria yang ada disampingku dengan berdiri tegap disertai mata berbinar nan bulat. Ia tersenyum. Aahh.. kurasa aku mengenalnya. mm.. siapa dia? Aku tampak mengenalnya. senyumnya sangat lebar yah.. dan lesung pipi manis itu... mmmmm.... aduh, kepalaku perih dan sakit. Aku kembali memejamkan mataku sejenak sambil memegang kepalaku.
“neon gwenchanayo? Perlu kupanggilkan dokter?”
Suara berat itu... aahhh.. lagi2 aku merasa mengetahuinya namun aku tidak bisa mengingat. Mungkin bisa, namun sulit dan butuh perjuangan mengingat kepalaku begitu perih. Ia perlahan melepas jemarinya dan kurasa ia hendak pergi memanggil dokter. Sebelum ia melepas genggamannya, aku menggenggam  tanganya agak sedikit kuat menyuruhnya untuk tidak memanggil dokter. Ia berbalik dan kembali menatapku, kurasa begitu.
“dimana aku? Apakah aku baru bangun dari tidur yang panjang?” tanyaku.
“ne. Kau dirumah sakit dan sudah terbaring tak sadar tiga hari belakangan ini”
Mwoo?! Jinjjayo?! Pantas saja aku seperti merasa masuk ke dunia lain dan tidak kembali-kembali.
Perlahan kubuka mataku dan mecoba menatapnya. Hmm? Aku mulai mengingat satu per satu akan hal itu. Sesuatu yang sempat kulupakan dan aku kini mengingatnya kembali. Dengan sangat jelas. Termasuk orang yang ada dihadapanku ini dan beberapa kenangan itu yang menyangkut dirinya.
Aku tersenyum padanya menandakan aku berterima kasih padanya karena sudah menjagaku tiga hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar