Leeteuk’s pov
Apa yang dilakukannya? Ia milikku. Tolong jangan sentuh dia,
sungmin atau kau akan mati!
Apa yang aku pikirkan? Sungmin berusaha memberi napas buatan
untuk Minseo agar oksigen tetap berjalan ke otak dan minseo bisa selamat.
Tapi mengapa harus sungmin yang memberikannya ? mengapa
bukan aku? Aku tidak suka itu!!
Kalimat yang negatif maupun positif bertubi tubi menyerang
otakku membuat aku kesal sendiri terhadap diriku. Sungmin mencoba menyelamatkan
Minseo, ia adalah teman Minseo. Untuk apa aku cemburu? Tolong lah Jung Soo,
untuk kali ini saja coba kau bersikap dewasa, semuanya akan baik2 saja.
Walaupun perasaan panik, kesal, cemburu, sedih, kecewa, dan segala perasaan
sejenisnya menyelimuti dadaku, aku harus tetap berkonsentrasi menyetir agar
cepat sampai dirumah sakit.
Aku menarik napas ku dalam dan mengeluarkannya perlahan,
mencoba merilekskan pikiran dan hatiku. Dan aku melirik lagi kebelakang,
sungmin masih melanjutkan apa yang ia lakukan. Berulang kali. Mungkin ia akan
melakukan itu sampai kami tiba dirumah sakit. Aaarggghhhhh !!!!
Dirumah sakit..
Setelah dokter memberikan pertolongan pertama pada Minseo
setelah hampir tiga jam, akhirnya doket dan para suster keluar. Dengan segera
aku bertanya kepada dokter apa yang terjadi dengan Minseo. Apakah ia baik2 saja
atau malah keadaannya sangat buruk dan sekarat.
“Minseo mengalami cedera pada otak bagian belakangnya.
Berdoalah agar ia tidak mengalami amnesia dan mengingat semuanya” jawab dokter
dan segera berlalu. Aku menatap sungmin kosong dan terduduk dibangku terdekat.
Sungmin melirik Minseo yang masih tak boleh dijenguk karena takut istirahatnya
terganggu dan hanya melihat dari kaca pintu.
“Minseo-ah, jebal bangunlah”
Suaranya terdengar bergetar. Aku sudah meneteskan airmataku
tak bisa menahan kesedihan yang memuncak di dadaku. Nafasku serasa berhenti
melihat dan mengingat Minseo dalam keadaan seperti ini.
Aku melirik sungmin dan aku terkejut serta refleks menghapus
airmataku. Aku tahu sungmin adalah orang yang lembut dan manis, namun ia tidak
pernah bersedia mengeluarkan airmatanya untuk apapun, kecuali untuk hal2 yang
sudah menyangkut kehidupannya yang begitu mendalam. Tak kusangka airmata telah
penuh mengisi pelupuk matanya dan hampir menetes. Ia tidak melihatku dan tiba2
ia menyeka airmatanya agar tidak menetes. Sungmin ... seorang pria yang
menurutku sangat lembut namun begitu kuat. Untuk kali ini aku melihatnya
menangis untuk yeoja setelah sepuluh tahun aku bersahabat dengannya. Apakah ia
menyukai Minseo ? apakah ia mencintai Minseo ?
Pertanyaan yang lagi2 membuat aku sesak napas dan tak
sanggup untuk memikirkan hal itu. Aku mulai cemas dan khawatir. cemas akan
segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang kuharapkan, dan terlebih lagi
aku khawatir bahwa minseo akan memilihnya.
Aku dalam keadaan menunduk dan menatap lantai. Kurasa
seseorang berdiri dihadapanku yang membuatku mendongak. Sungmin...
“hyung, mengapa kau menangis? Apakah kau mengenal temanku
itu?” tanya sungmin.
Aku lagi2 menyeka airmataku. Merasa sedikit malu mengapa aku
begitu mudah menangis dihadapan dongsaengku ini. aku menceritakan semuanya pada
sungmin. Termasuk perjodohan itu. Perjodohan yang tak pernah ia mengerti namun
aku sangat bahagia akan hal itu. Sungmin menatapku tak percaya.
“tapi itulah kenyataannya sungmin-ah.” Jawabku ketika
sungmin bertanya apakah benar yang kuceritakan barusan. Ia memalingkan wajahnya
dan tak menatapku lagi.
**
Berhari2 aku dan sungmin bergantian menjaga Minseo dirumah
sakit. Menunggunya agar cepat sadar dari tidurnya yang sudah tiga hari. Dan
hari ini giliranku yang menjaganya. Secara tak sadar aku tidur disamping
ranjangnya dalam keadaan terduduk dan meletakkan kepalaku diatas lipatan kedua
lenganku yang ada ditepi ranjang sambil memeluk tangan Minseo.
Aku tersadar secara tiba2 ketika pagi datang dan aku merasa
ada yang bergerak. Aku mengucek mataku dan mencari apa itu tadi yang bergerak.
Tak lama kemudian aku melihat bahwa jemari Minseo bergerak. Aku senang
sekaligus panik. Kupanggil segera dokter Lee untuk memeriksanya.
“dia sudah sadar dan lukanya sudah mengering, tapi tetap
harus beristirahat. Mungkin fisik dan mentalnya masih syok dan butuh banyak
ketenangan” jelas dokter Lee
“ne. Gomawo”
Aku menatapnya lekat dan berharap ia segera membuka matanya
dan aku adalah orang pertama yang ia lihat.
“ju..nnggg ss..sooo opp...ahh” gumamnya.
Suaranya yang begitu kecil ditambah lagi alat nafas itu yang
menutupi mulut dan hidungnya, namun aku bisa mendengar suara samar2 itu. Mataku
terbelalak dan tak percaya. Apa maksudnya? Sebelum semua pertanyaan itu dapat
kujawab ia sudah membuka matanya perlahan dan semua pertanyaan itu hilang
seketika.
“Minseo? Ahn Minseo? Kau sudah sadar?” tanyaku dengan senyum
cerah.
“hmm”
Minseo’s pov
Aku perlahan membuka mataku karena aku merasa telapak
tanganku begitu hangat. Siapa yang sedang menggengam tanganku? Tangannya lebar
dan hangat. Dan aku merasa seperti baru bangun dari tidur siang yang cukup
panjang. Tanganku masih lemas namun kuberanikan diriku untuk membuka alat
oksigen yang menutupi hidung dan mulutku. Aku menatap pria yang ada disampingku
dengan berdiri tegap disertai mata berbinar nan bulat. Ia tersenyum. Aahh..
kurasa aku mengenalnya. mm.. siapa dia? Aku tampak mengenalnya. senyumnya
sangat lebar yah.. dan lesung pipi manis itu... mmmmm.... aduh, kepalaku perih dan
sakit. Aku kembali memejamkan mataku sejenak sambil memegang kepalaku.
“neon gwenchanayo? Perlu kupanggilkan dokter?”
Suara berat itu... aahhh.. lagi2 aku merasa mengetahuinya
namun aku tidak bisa mengingat. Mungkin bisa, namun sulit dan butuh perjuangan
mengingat kepalaku begitu perih. Ia perlahan melepas jemarinya dan kurasa ia
hendak pergi memanggil dokter. Sebelum ia melepas genggamannya, aku
menggenggam tanganya agak sedikit kuat
menyuruhnya untuk tidak memanggil dokter. Ia berbalik dan kembali menatapku,
kurasa begitu.
“dimana aku? Apakah aku baru bangun dari tidur yang
panjang?” tanyaku.
“ne. Kau dirumah sakit dan sudah terbaring tak sadar tiga
hari belakangan ini”
Mwoo?! Jinjjayo?! Pantas saja aku seperti merasa masuk ke
dunia lain dan tidak kembali-kembali.
Perlahan kubuka mataku dan mecoba menatapnya. Hmm? Aku mulai
mengingat satu per satu akan hal itu. Sesuatu yang sempat kulupakan dan aku
kini mengingatnya kembali. Dengan sangat jelas. Termasuk orang yang ada
dihadapanku ini dan beberapa kenangan itu yang menyangkut dirinya.
Aku tersenyum padanya menandakan aku berterima kasih padanya
karena sudah menjagaku tiga hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar