“dia adalah pemilik hyundai department store, perlakukanlah
ia dengan baik”
Kalimat yeoja itu membuatku kaget setengah mampus. Bagaimana
mungkin ? apakah ia berbohong ? tidak mungkin juga.
“ini nona.. silahkan” ia membuyarkan lamunanku.
“hmm ?” gumamku tak jelas. Ia menyodorkan sebuah dress yang
benar2 elegant dan mewah. Aku menatap dress itu dengan terpana. Gaun tercantik
yang pernah aku lihat. Gaun berwarna kuning gading elegan selutut yang pas
dengan lekukan badan wanita. Model sabrina dengan mawar besar di belakangnya.
Beberapa kristal bulat bersinar ikut menghiasi sekitar lengannya. Memang tampak
polos, namun indah dan mewah.
“silahkan dicoba” sambungnya.
Aku mengambil dress itu dan memakainya diruang ganti.
Beberapa menit kemudian, aku keluar dengan memakai gaun itu seolah meminta
komentar namja itu. Hmm ? kulihat ia tak berkedip dan hanya menatapku. Apakah
terlihat aneh dan tak cocok pada tubuhku ?
“benar2 indah nona. Kau benar2 cantik” katanya seolah
menjawab pertanyaanku yang bahkan belum kutanyakan. Ia segera pergi dan kembali
dengan sebuah high heels bludur dengan tumit lancip setinggi 7 cm berwarna krem
beras dan mengisyaratkan ku untuk duduk dan ia memakaikan sepatu itu pada kaki
jenjang nan mulusku. Aku berdiri dan kembali menatap diriku didepan kaca besar.
Aku membolak balikkan badanku. Aku rasa ini cukup cantik, namun kuharapkan
komentarnya.
“kau cantik sekali nona” katanya membuatku tersenyum manis.,
“jinjjayo ?” tanyaku memastikan. Ia mengangguk mantap dan
yakin tanpa mengalihkan pandangan dariku.
Setelah itu aku masuk dan mengganti kembali pakaianku dan
membayarnya dikasir.
“nona, kalau boleh tahu, siapa namamu ?” tanya namja itu
padaku yang sedang asik membayar dikasir.
“Minseo. Ahn Minseo”
“ohh, naneun Choi Siwon”
balasnya dan aku membalas jabatan tangannya.
Nama yang begitu tegas untuk seorang pria, kupikir.
“bisakah kita bertemu lagi ?”
“tentu” jawabku dambil berjalan pergi dari kasir dengannya.
“bagaimana kalau kau memberikan nomor ponselmu padaku ?”
Hmm ? aku sedikit terkejut, namun setelah itu kuberikan saja
nomor ponselku.
“gomawo”
“ne, aku pamit dulu siwon. Eh? Eumm, siwon oppa ?” kataku
tak yakin
“ne. Annyeong” jawabnya sedikit terkekeh dan membungkukkan
tubuhnya sedikit.
Haaah, barang bawaannya banyak sekali. ini..
Aku melirik jam tangan hitamku dan, APAA ?! Sudah pukul 9
malam ? bagaimana mungkin ??
Aku mengehela nafasku. Lelah sekali rasanya. Kakiku sangat
pegal. Malah aku harus berjalan hingga ke depan untuk mencari taxi. Kakiku
sudah goyah dan tak kuat lagi. Dan kurasa high heels ku juga akan patah
sebentar lagi. Aku berjalan perlahan dengan susah payah karena membawa barang
belanjaan yang sangat banyak. Ditengah sunyinya gelap, aku mendengar suara
ricuh klakson sebuah mobil, namun aku menghiraukannya. Siapa yang peduli ? aku
berjalan semakin jauh dan jauh, namun herannya suara klakson itu semakin
menjadi-jadi dan membuat telingaku sakit. Dengan wajah super seram, aku menoleh
kebelakang dan mobil itu berhenti tepat dibelakangku. Kacanya yang hitam
membuat mataku tak sanggup menembus kaca itu untuk melihat siapa si pengendara
mobil pabbo itu. Kusipitkan mataku lebih kecil lagi hingga terlihat seperti
merem, namun tetap saja tak terlihat. Akhirnya aku menyerah dan menunggunya
untuk keluar dari mobil mewahnya itu.
Aaah!! Ternyata dia.. si namja pabbo yang paling menyebalkan
karena tatapan matanya yang selalu terlihat mencurigakan ketika menatapku.
“haa ? huhhh” aku mengehela napas.
“mian, ku klakson dua kali kau tak dengar, jadi ku klakson
berulang kali” katanya dengan begitu innocent dan wajah polos namun menurutku
itu tampak konyol.
“aku tidak tuli, jadi panggil saja namaku jika kau
memanggilku dan tolong jangan membunyikan klakson seperti itu lagi atau
kuhancurkan mobilmu” kataku dengan api yang sudah membara diujung ubun-ubun dan
segera pergi.
“jamkannam!!” panggilnya memegang pergelangan tanganku.
“ku antar pulang”
Hmm ? aku tak percaya ini. mengapa ia tiba2 bisa berlagakj
begitu serius dan cool ? bukannya barusan ia tampak innocent dan konyol ?
“ayolah.. apa kau tidak berat membawa barang bawaan sebanyak
ini dan jalan kaki pulang ?”
“mwo ? kau pikir tak ada taxi ?” tanyaku nyolot padanya
“mwo ? kau pikir jam segini masih ada taxi atau bahkan
angkutan umum biasa yang lewat ?” jawabnya tak kalah nyolot dariku.
Sial! Aku mati kutu dibuatnya. Kulirik jam tanganku sekali
lagi dan... pukul sembilan tiga puluh malam. Jangankan angkutan umum, becak pun
tak akan lewat.
“baiklah aku kalah, lalu?” tanyaku dengan wajah jengkel
sekaligus lemas.
“kuantar pulang” jawabnya sambil mengambil semua barang
bawaanku, memasukkannya kebagasi mobil dan membuka kan pintu untukku.
“hmm ?” gumamku.
“masuklah Minseo-ssi” katanya formal. Aku sedikit terkekeh
melihat tingkah konyolnya.
Didalam mobil..
Tiba2 saja leeteuk yang ku kenal bawel, cengengesan dan
menyebalkan bisa berubah dingin dan pendiam seperti ini. apakah ia kerasukan ? alhasil kami diselimuti
kecanggungan didalam mobil. Tenggelam dan sibuk didalam pikiran masing2, aku
bahkan menelan ludah saja tak berani dan takut ia terdengar karena begitu
sunyi. Detik jam tanganku pun terdengar. Bagaimana ini ? aku juga tak berani
bergerak, entahlah, mengapa lama sekali sampainya ? jauh sekali yah kurasa..
Tiba2 mobilnya terhenti. Aku lihat sepertinya ini bukan
rumahku. Bahkan juga mungkin bukan rumahnya. Ini seperti sebuah taman di dalam
kota seoul yang agak sedikit terpencil. Pantas saja jauh sekali.
“kau ?”
“bisakah kau lebih sopan sedikit padaku ? setidaknya
memanggilku oppa ?”
Kalimatnya terdengar begitu tinggi dan penekanan tegas pada
setiap katanya serta terdengar tidak menyukai kata yang barusan kuucapkan. Aku
merasa seperti ia membentakku. Apakah benar itu? Atau aku yang terlalu
sensitif? Tapi.. ya memang aku salah.
“ne. Mian.. oppa” jawabku pelan.
Ia tak menjawab lagi dan keluar dari mobilnya. Aku yang tak
mengerti mengikutinya. Kupandang lebih jelas lagi. Taman kota dengan jembatan
ditengahnya, kemudian bunga2 disekeliling taman dan telepon box itu. Aku mulai
mengingatnya.
“hmm.. masa terindah yang pernah kulewati bersama seseorang”
kataku pelan
“jinjjayo ? aku juga”
Tak kusangka ia mendengar apa yang kukatakan karna kuyakin
suaraku barusan tak lebih keras dari suara jangkrik. Kemudian aku hanya
menatapnya sesaat dan tersenyum. Ia tampak memperhatikan telepon box itu dan
aku memperhatikan jembatan gantung yang ada disana.
“jadi tempat ini yang kulewati dan kupikir aku mengenalnya
ketika jalan2 bersama eomma..” batinku.
“oppa, bisakah kita pulang sekarang ?” tanyaku
“ne, arraseo” jawabnya dan menuju mobil.
Leeteuk oppa mengatarku pulang hingga depan rumahku.
“gomawo” kataku lalu langsung membuka pintu mobil. Tangannya
menarikku hingga aku menolehnya dan wajahku berada tepat didepan wajahnya
dengan jarak 5 cm. Deg! Jantungku terasa ingin mencelos begitu saja menatap
wajahnya yang berbeda ini.
“besok kujemput pukul tujuh pagi” katanya dan aku hanya
bergeming.
“hmmm?” gumamku tak mengerti dan menarik wajahku perlahan
menjauhinya. Ia tidak menjawab dan langsung keluar mobil, menuju bagasi dan
mengeluarkan barang2ku.
“masuk sana. Annyeong”
Aku hanya menatapnya heran dan mengikuti apa yang ia katakan
tanpa membalas kata terakhirnya. Benar2 freak. Aneh. Namja teraneh yang kutemui
untuk pertama kalinya.
**
Tidur pulasku tiba2 saja hancur seketika. Aku terjaga karena
mendengar suara nyaring itu. Menghancurkan balon mimpiku dan membuat rusuh satu
komplek. burung2 pun semuanya kabur dan tak ada yang tersisa. Seolah suara itu
menggelegar bahkan mengalahkan suara petir dan geledek. Siapa dia ? dengan
langkah ogah2an aku berjalan perlahan menuju jendela dan melirik sekilas.
Sebuah mobil kuning. Ahh.. dasarr idiot!, batinku dan segera kembali menarik
selimut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar